SIAPAKAH ORANG YANG BERUNTUNG
Oleh : Azwir B. Chaniago
Setiap manusia yang berakal (sehat), apakah dia berada di
timur ataupun di barat, semuanya menginginkan dan berusaha untuk mendapatkan
keberuntungan atau keuntungan bagi dirinya. Semua sama, tidak ada yang mau
merugi. Perbedaanya adalah dalam cara mencarinya, cara memahaminya dan cara menentukan
mana keberuntungan yang utama dan harus
dikejar dan diprioritaskan.
Kalau kita melihat kenyataan dalam kehidupan ini, mengertilah
kita bahwa dalam hal mencari dan
mengejar keberuntungan, manusia paling tidak bisa dibagi menjadi tiga bagian :
Pertama : Manusia yang berusaha mencari keberuntungan dunia saja. Tidak pernah
berfikir untuk mencari keberuntungan akhirat sedikitpun. Hari harinya digunakan
untuk memikirkan dan berusaha mengejar kenikmatan dunia . Seolah olah merasa :
(1) Dia akan hidup selamanya padahal semua manusia akan mati
sebagaimana yang di firmankan Allah dalam banyak ayat. Diantaranya Allah berfirman : “Kullu nafsin dzaa-iqatul
maut, wa nabluukum bisy syarri wal khairi fitnah, wa ilainaa turja’uun”
Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan
keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada
Kami. (Q.S al Anbiyaa’ 35).
(2) Boleh jadi juga dia merasa bahwa apa yang dilakukan dan
dinikmati di dunia tidak akan ditanya kelak di akhirat. Sungguh Allah telah
berfirman : “Tsumma la tus-alunna yauma-idzin ‘anin na’iim” Kemudian
kamu benar benar akan ditanya pada hari itu (hari akhirat) tentang kenikmatan
(yang megah di dunia itu) (Q.S at Takaatsur 8)
(3) Atau mungkin pula karena tidak mengetahui bahwa kehidupan
dunia adalah kesenangan yang melalaikan. Allah berfirman : “Dzarhum
yak-kuluu wa yatamatta’uu wa yulhihiimul amalu fa saufa ya’lamuun” Biarkanlah mereka (di dunia) makan dan
bersenang senang dan dilalaikan oleh angan angan (kosong) mereka, kelak mereka
akan mengetahui (akibat perbuatannya) Q.S al Hijr 3.
Kedua : Manusia yang berusaha mencari keberuntungan dunia sebanyak banyaknya
tapi mencari keberuntungan akhirat secukupnya saja. Dengan kata lain, terhadap
keberuntungan dunia dia tidak pernah merasa puas tapi untuk akhirat sudah merasa cukup.
Waktunya habis untuk mengejar dunia dan sangatlah sedikit yang tersisa baginya
untuk mencari keberuntungan akhirat.
Mungkin orang ini salah dalam memaknai kata qanaah.
Ketahuilah bahwa qanaah bermakna selalu
merasa cukup meskipun dengan yang sedikit. Tapi perlu dipahami pula bahwa qanaah atau merasa cukup
ini adalah untuk urusan dunia sedangkan untuk mencari keberuntungan akhirat
jangan pakai kata qanaah tapi gunakan kata fastabiqul khairat yaitu berlomba
lomba dalam mencari kebaikan untuk akhirat.
Ketiga : Manusia yang berusaha mencari keberuntungan dunia sebagai sarana untuk
mencari keberuntungan yang abadi dan sangat agung yaitu keberuntungan di
akhirat. Orang ini memang berusaha mencari keberuntungan dunia tapi bukan
dijadikan tujuan. Hanya sekedar sarana untuk mendapatkan keberuntungan akhirat.
Berapapun dia mendapatkan keberuntungan dunia dia selalu merasa cukup meskipun dengan
yang sedikit. Biasanya orang ini akan banyak berdoa sebagaimana kalimat doa yang disebut dalam
surat al Baqarah ayat 201 yakni : “Rabbanaa aatinaa fid dun-yaa hasanah, wa
fil akhirati hasanah, wa qinaa ‘adzaban naar”. Ya Rabb kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan lindungilah kami dari adzab
neraka.
Ketahuilah bahwa
tentang keberuntungan yang hakiki, sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah mengajarkan dengan sangat jelas bagi hamba hamba-Nya, yaitu sebagaimana firman-Nya : “ Kullu
nafsin dzaa-iqatul maut, wa innama tuwaffauna ujuurakum yaumal qiyaamah, faman
zuhziha ‘anin naari wa udkhilal jannata faqad faaz. Wamal hayaatad dun-yaa
illaa mataa’ul ghuruur” Tiap tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan
sesungguhnya pada hari Kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, maka sungguh ia
telah beruntung. Kehidupan dunia itu hanyalah kesenangan yang memperdayakan
(Q.S Ali Imran 185).
Syaikh as Sa’di menjelaskan bahwa ayat yang mulia ini
mengandung penjelasan tentang zuhud dari dunia karena bersifat sementara dan
tidak kekal. Dan bahwa dunia itu adalah perhiasan yang menipu, membuat fitnah
dengan keindahannya, menipu dengan kecantikan dan kemolekannya. Kemudian dunia
itu akan berpindah dan ditinggalkan menuju negeri yang abadi. Jiwa jiwa manusia
akan dipenuhi dengan dengan apa yang telah diperbuatnya di dunia ini berupa
kebaikan maupun keburukan.
Selanjutnya dijelaskan pula oleh beliau bahwa : Maka
barang siapa dijauhkan, artinya dikeluarkan, dari neraka dan dimasukkan
kedalam surga, maka sungguh dia telah beruntung, maksudnya dia telah memperoleh kemenangan
yang besar dan selamat dari yang siksa yang pedih dan sampai kepada surga yang
penuh nikmat. (Surga) yang berisikan segala keindahan yang tak pernah dilihat
oleh mata, tak pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terlintas pada
pikiran dan hati seseorang.
Pemahaman terbalik dari ayat ini adalah bahwa barangsiapa
yang tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak masuk kedalam surga maka ia
tidaklah beruntung bahkan dia celaka dengan kesengsaraan yang abadi dan disiksa
dengan hukuman yang kekal. (Kitab
Tafsir Kariimir Rahman)
Demikianlah makna tentang orang yang beruntung secara hakiki.
Kita bermohon kepada Allah Ta’ala agar dikumpulkan bersama orang orang yang
beruntung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar