Minggu, 29 Desember 2024

SEBAIK APAPUN SESEORANG UJIAN BERUPA MUSIBAH AKAN MENDATANGINYA

 

SEBAIK APAPUN SESEORANG UJIAN BERUPA MUSIBAH AKAN MENDATANGINYA

Disusun leh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, seseorang janganlah merasa bahwa ketika aqidahnya sudah lurus, ibadahnya sudah ikhlas dan ittiba', akhlaknya sudah mulia dan muamalahnya sudah baik maka ketika itu ujian berupa musibah tidak akan mendatanginya. Tidak, tidak demikian. Perhatikanlah firman Allah Ta’ala berikut ini :

أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ

وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ

Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, KAMI TELAH BERIMAN DAN MEREKA TIDAK DIUJI ?. Dan sungguh Kami telah menguji orang orang sebelum mereka maka Allah pasti mengetahui orang orang yang benar dan pasti mengetahui orang orang yang berdusta. (Q.S al Ankabut 2-3).

Ketahuilah bahwa ketika Allah Ta’ala menghendaki kebaikan bagi seorang hamba maka diberi ujian berupa musibah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

من يرد الله به خيرا يصب منه

Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan, Allah akan memberinya musibah. (H.R Imam Bukhari).

Dan juga  ujian berupa musibah  itu diantaranya untuk menggugurkan dosa. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَا يَزَالُ الْبَلَاءُ بِالْمُؤْمِنِ أَوْ الْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَفِي مَالِهِ وَفِي وَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللَّهَ وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ

Senantiasa ujian itu menerpa mukmin atau mukminah pada jasadnya, harta dan anaknya sampai ia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa. (H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ingatlah bahwa sungguh, ujian atau cobaan yang didatangkan kepada  para Nabi dan Rasul jauh lebih berat daripada yang selainnya. Ini adalah sebagaimana dijelaskan Rasulullah Salallahu ‘alaihi wa Sallam dalam sabda beliau :

 

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ، عَنْ أَبِيهِ، قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ، فَيُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ دِينُهُ صُلْبًا اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ البَلَاءُ بِالعَبْدِ حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الأَرْضِ مَا عَلَيْهِ خَطِيئَةٌ

Dari Mus’ab dari Sa’ad dari bapaknya, aku berkata: Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya ?. Kata beliau: Para Nabi, kemudian yang semisal mereka dan yang semisal mereka. Dan seseorang diuji sesuai dengan kadar dien (keimanannya).

Apabila diennya kokoh, maka berat pula ujian yang dirasakannya; kalau diennya lemah, dia diuji sesuai dengan kadar diennya. Dan seseorang akan senantiasa ditimpa ujian demi ujian hingga dia dilepaskan berjalan di muka bumi dalam keadaan tidak mempunyai dosa. (H.R at Tirmidzi no.2398, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Oleh karena itu hamba Allah tetaplah menjaga ketaatan kepada Allah Ta'ala. Ujian berupa musibah adalah suatu keniscayaan kapan saja Allah Ta'ala berkehendak. Semuanya harus diterima dengan sabar dan dengan memohon kepada Allah Ta'ala agar diberikan yang terbaik di dunia dan di akhirat kelak. 

Wallahu A'lam. (3.454)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar