Selasa, 17 Desember 2024

NIKMAT DATANG KARENA TAAT PERGI KARENA MAKSIAT

 

NIKMAT DATANG KARENA TAAT PERGI KARENA MAKSIAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa tidak ada pemberi nikmat  kecuali  Dia saja. Allah berfirman : 

 

                                                                                                           

  وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ  فَمِنَ اللَّهِ ۖ

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl 53).

Nikmat yang diberikan Allah Ta'ala sangatlah banyak bahkan tak terhitung jumlah dan jenisnya. Allah Ta’ala berfirman :

   وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ

Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. (Q.S Ibrahim 34).

Kewajiban hamba hamba Allah adalah bersyukur dengan semua nikmat yaitu menggunakannya untuk ketaatan dan mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala serta mencari ridha-Nya. Sungguh Allah Ta'ala telah memerintahkan hamba hamba-Nya untuk bersyukur atas nikmat-Nya. Allah Ta'ala berfirman :

فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu dan SYUKURILAH NIKMAT ALLAH jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (Q.S an Nahl 114)

Al Imam Ibnu Rajab al Hambali mengingatkan : Barangsiapa yang mendapat banyak nikmat hendaknya DIA IKAT NIKMAT ITU DENGAN SYUKUR. Kalau tidak, nikmat itu akan pergi. (Majmu' Rasail).

Dan ketahuilah bahwa sungguh  Allah Ta'ala ridha kepada orang orang yang bersyukur sebagaimana firman-Nya : 

وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ ۗ

Dan jika kamu bersyukur Dia (Allah) meridhai kesyukuranmu (Q.S az Zumar 7).

Bahwa nikmat yang dianugerahkan Allah Ta'ala kepada hamba hamba-Nya bisa datang atau bertambah karena taat dan pergi karena maksiat. Ketahuilah bahwa ketika seseorang melakukan maksiat dan dosa bisa jadi nikmat secara fisik seperti harta masih ada padanya tetapi berkahnya sudah tidak ada, sudah dicabut.  

Imam Ibnul Qayyim berkata : Diantara dampak  maksiat menghilangkan nikmat yang ada serta memutuskan nikmat yang berkesinambungan. Maksiat menghilangkan apa yang telah didapatkan dan memutuskan apa yang bersambung.

Sungguh, tidak ada yang menjaga nikmat Allah seperti halnya ketaatan kepada-Nya. Tidak ada pula yang menarik kembali apa yang hilang dari nikmat tersebut seperti halnya ketaatan. Apa yang ada di sisi-Nya tidak dapat diraih, melainkan dengan ketaatan.

Untuk segala sesuatu, Allah Ta'ala menjadikan sebab dan perusak. Allah Ta'ala menjadikan ketaatan kepada-Nya sebab untuk menarik nikmat-Nya sementara perusak yang mencegah nikmat adalah perbuatan maksiat. (Ad Daa' wad Dawaa').

Syaikh Abdurrahman Naashir as-Sa’di rahimahullah berkata : Yakni bersyukurlah kalian terhadap nikmat yang telah Allah berikan kepada kalian dan juga terhadap tercegahnya adzab dari kalian.

Di dalam syukur harus terkandung pengakuan dan kesadaran bahwa nikmat itu semata-mata dari Allah semata, dzikir dan pujian yang diucapkan melalaui lisannya serta ketaatan anggota badannya untuk semakin tunduk dan patuh dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Wallahu A'lam. (3.441)

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar