LIHAT KEKURANGAN DIRI
DAN BERUSAHALAH MEMPERBAIKINYA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, ada banyak saudara saudara kita yang mendapat
taufik dari Allah Ta'ala. Mereka telah memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang
ikhlas dan ittiba', memiliki akhlak yang mulia serta senantisa bermuamalah
dengan baik. Itulah jalan untuk keselamatan dan mendapat kebaikan di dunia dan
di akhirat.
Tetapi ternyata banyak pula saudara saudara kita yang
masih memiliki kekurangan dan kelemahan diri baik dalam beribadah, berakhlak
dan bermuamalah. Sebagian dari saudara saudara kita memang mengetahui
kekurangan dan kelemahan dirinya. Cuma saja belum ada usaha untuk evaluasi diri
atau muhasabah sehingga bisa memperbaiki dirinya.
Sungguh, keadaan yang demikian sebenarnya adalah
termasuk musibah yang perlu ditangisi. Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah
mengingatkan : Termasuk musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah dia
mengetahui adanya kekurangan pada dirinya, tetapi dia tidak peduli dan tidak
merasa sedih karenanya. (Syu’abul Iman).
Sungguh Alah Ta'ala telah mengingatkan agar orang
orang beriman selalu melakukan muhasabah sebagai jalan persiapan menghadapi
hari esok. Allah Ta'ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ
نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا
تَعْمَلُونَ
Wahai
orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah
kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(Q.S al Hasyr 18).
Syailh as Sa'di berkata :Ayat ini adalah
pangkal (patokan utama) dalam hal muhasabah diri. Setiap orang harus selalu
mengintrospeksi diri. Jika melihat adanya kekeliruan segera menyelesaikannya
dengan cara melepaskan diri darinya, bertaubat secara sungguh-sungguh dan
berpaling dari berbagai hal yang menghantarkan pada kekeliruan tersebut.
Jika
menilai dirinya bersikap sekenanya dalam menunaikan perintah-perintah Allah, ia
akan mengerahkan segala kemampuannya dengan meminta pertolongan pada Rabb-nya
untuk mengembangkan, dan menyempurnakannya, serta membandingkan antara karunia
dan kebaikan Allah yang diberikan padanya dengan kemalasannya. Karena hal itu mengharuskannya
merasa malu. (Tasir Tasiri Karimir Rahman).
Dalam
perkara ini yaitu tentang kematian serta
persiapan diri untuk menghadapi hidup setelah mati, Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasalam telah mengingatkan dalam sabda beliau :
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ
فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ
فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا
وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ
Dari
Ibnu Umar, dia berkata : Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada
Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya : Wahai
Rasulullah, orang beriman manakah yang paling baik ?. Beliau
menjawab : Yang paling baik akhlaknya.
Orang
ini bertanya lagi : Lalu orang beriman manakah yang paling berakal
(cerdas) ?. Beliau menjawab : Yang paling banyak mengingat kematian dan PALING
BAIK PERSIAPANNYA (untuk hidup) setelah kematian, merekalah yang
berakal. (H.R Ibnu Majah).
Wallahu A'lam. (3.450)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar