Rabu, 25 Desember 2024

LIHAT KEKURANGAN DIRI DAN BERUSAHALAH MEMPERBAIKINYA

 

LIHAT KEKURANGAN DIRI DAN BERUSAHALAH MEMPERBAIKINYA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, ada banyak saudara saudara kita yang mendapat taufik dari Allah Ta'ala. Mereka telah memiliki aqidah yang lurus, ibadah yang ikhlas dan ittiba', memiliki akhlak yang mulia serta senantisa bermuamalah dengan baik. Itulah jalan untuk  keselamatan dan mendapat kebaikan di dunia dan di akhirat.

Tetapi ternyata banyak pula saudara saudara kita yang masih memiliki kekurangan dan kelemahan diri baik dalam beribadah, berakhlak dan bermuamalah. Sebagian dari saudara saudara kita memang mengetahui kekurangan dan kelemahan dirinya. Cuma saja belum ada usaha untuk evaluasi diri atau muhasabah sehingga bisa memperbaiki dirinya.

Sungguh, keadaan yang demikian sebenarnya adalah termasuk musibah yang perlu ditangisi. Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah mengingatkan : Termasuk musibah terbesar yang menimpa seseorang adalah dia mengetahui adanya kekurangan pada dirinya, tetapi dia tidak peduli dan tidak merasa sedih karenanya. (Syu’abul Iman).

Sungguh Alah Ta'ala telah mengingatkan agar orang orang beriman selalu melakukan muhasabah sebagai jalan persiapan menghadapi hari esok. Allah Ta'ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S  al Hasyr 18).

 Syailh as Sa'di berkata :Ayat ini adalah pangkal (patokan utama) dalam hal muhasabah diri. Setiap orang harus selalu mengintrospeksi diri. Jika melihat adanya kekeliruan segera menyelesaikannya dengan cara melepaskan diri darinya, bertaubat secara sungguh-sungguh dan berpaling dari berbagai hal yang menghantarkan pada kekeliruan tersebut.

Jika menilai dirinya bersikap sekenanya dalam menunaikan perintah-perintah Allah, ia akan mengerahkan segala kemampuannya dengan meminta pertolongan pada Rabb-nya untuk mengembangkan, dan menyempurnakannya, serta membandingkan antara karunia dan kebaikan Allah yang diberikan padanya dengan kemalasannya. Karena hal itu mengharuskannya merasa malu. (Tasir Tasiri Karimir Rahman).

Dalam perkara ini yaitu tentang  kematian serta persiapan diri untuk menghadapi hidup setelah mati, Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasalam telah mengingatkan dalam sabda beliau :

 عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا قَالَ فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الْأَكْيَاسُ

Dari Ibnu Umar, dia berkata : Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu datang seorang lelaki dari kaum Anshar mengucapkan salam kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam lalu bertanya :  Wahai Rasulullah, orang beriman manakah yang paling baik ?.  Beliau menjawab : Yang paling baik akhlaknya.

Orang ini bertanya lagi :  Lalu orang beriman manakah yang paling berakal (cerdas) ?. Beliau menjawab : Yang paling banyak mengingat kematian dan PALING BAIK PERSIAPANNYA (untuk hidup)  setelah kematian, merekalah yang berakal. (H.R Ibnu Majah).

Wallahu A'lam. (3.450)   

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar