Jumat, 09 Agustus 2024

PENGHALANG MANUSIA UNTUK BERSYUKUR

 

PENGHALANG MANUSIA UNTUK BERSYUKUR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Meskipun telah diberi nikmat yang banyak bahkan sangat banyak tetapi ternyata sedikit sekali manusia yang bersyukur atau berterima kasih kepada Allah Ta'ala.   Allah Ta'ala  menjelaskan perkara ini dalam banyak firman-Nya, diantaranya adalah :

Pertama : Q.S al A’raf ayat 10 

وَلَقَدْ مَكَّنَّاكُمْ فِي الْأَرْضِ وَجَعَلْنَا لَكُمْ فِيهَا مَعَايِشَ ۗ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan disana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikir sekali kamu bersyukur. 

Kedua : Q.S al Mu’minun ayat 78. 

وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ ۚ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ

Dan Dia-lah yang telah menciptakan bagimu pendengaran,penglihatan dan hati nurani, tetapi sedikit sekali kamu bersyukur. 

Lalu kenapa sedikit sekali manusia yang bersyukur. Ada beberapa penyebab atau penghalang, diantaranya adalah :

Pertama :   Tidak mengetahui atau tidak mau  tahu nikmat itu datang dari mana.

Sungguh Allah Ta’ala telah menjelaskan bahwa tidak ada pemberi nikmat  kecuali  Dia saja. Allah Ta'ala berfirman :  

وَمَا بِكُمْ مِّنْ نِّعْمَةٍ فَمِنَ اللّٰهِ

Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl 53) 

Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata : Syukur itu menurut asalnya adalah adanya pengakuan akan nikmat yang telah Allah berikan dengan cara tunduk kepada-Nya, merasa hina di hadapan-Nya dan mencintai-Nya. Maka barangsiapa yang tidak merasakan bahwa itu adalah suatu kenikmatan maka dia tidak akan mensyukurinya.

Barangsiapa yang mengetahui itu adalah nikmat namun dia tidak mengetahui dari mana nikmat itu berasal, dia juga tidak akan mensyukurinya. Barangsiapa yang mengetahui itu adalah suatu nikmat dan mengetahui pula dari mana nikmat itu berasal, namun dia mengingkarinya sebagaimana orang yang mengingkari Allah yang memberi nikmat, maka dia telah kafir.

Barangsiapa yang mengetahui itu adalah suatu nikmat dan dari mana nikmat itu berasal, mengakuinya dan tidak mengingkarinya, akan tetapi ia tidak tunduk kepada-Nya dan tidak mencintai-Nya atau ridha kepada-Nya, maka ia tidak mensyukurinya.

Barangsiapa yang mengetahui itu adalah nikmat dan dari mana nikmat itu berasal, mengakuinya, tunduk kepada yang memberi nikmat, mencintai-Nya dan meridhai-Nya, dan menggunakan dalam kecintaan dan ketaatan kepada-Nya, maka inilah baru disebut sebagai orang yang bersyukur.

Kedua : Tidak pernah puas dengan nikmat yang telah ada.

Allah Ta’ala telah memberi nikmat yang sangat banyak. Allah Ta'ala berfirman :  

وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. DAN JIKA KAMU MENGHITUNG NIKMAT ALLAH, NISCAYA KAMU TIDAK AKAN MAMPU MENGHITUNGNYA. Sungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah). Q.S Ibrahim 34.

Jadi memang ada manusia yang mengingkari nikmat Allah karena selalu merasa nikmat Allah masih kurang baginya, tidak pernah puas dan tidak merasa cukup, tidak qana’ah. Padahal Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  telah mengingatkan dalam sabda beliau  

وَكُنْ قَنِعًا، تَكُنْ أَشْكَرَ النَّاسِ

Dan jadilah kalian orang yang qana’ah (merasa cukup dengan yang sedikit) niscaya engkau menjadi manusia yang bersyukur.  (H.R Ibnu Majah, dari Abu Hurairah, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Ketiga : Selalu melihat orang yang diatas dalam urusan dunia.

Ini juga merupakan salah satu penyebab orang orang sedikit yang bersyukur. Dia selalu membandingkan dirinya dengan orang lain dalam hal harta dunia. Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  telah mengingatkan, dalam sabda beliau : 

انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم

Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau lihat orang yang berada di atasmu (dalam masalah ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu. (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Memang kita boleh melihat yang di atas tapi bukan dalam urusan dunia tapi urusan akhirat. Untuk urusan dunia kita disuruh qanaah, merasa cukup untuk akhirat selalu merasa kurang. Kita sering melihat saudara kita sangat taat dan rajin beribadah maka ini harus kita perhatikan, kita inginkan dan kita contoh. Ini namanya fastabiqul khairat.

Keempat : Merasa nikmat itu sebagai hasil kepandaian dan usahanya sendiri. 

Allah telah menerangkan tentang kisah Qarun yaitu seorang hamba yang tidak mau bersyukur atas nikmat yang diterimanya. Sungguh dia telah mengingkari bahwa nikmat itu datang dari Allah Ta’ala.  

Dia merasa bahwa nikmat itu adalah karena kepandaiannya mengumpulkan harta. Perhatikanlah firman Allah dalam surat al Qashash 78.  

قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ 

Dia (Qarun) berkata : Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu karena ilmu yang ada padaku. 

Wallahu A'lam. (3.335)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar