MEMANG TELAH BERAMAL
TETAPI BISA JADI TIDAK BERNILAI DI SISI ALLAH
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, kewajiban hamba hamba Alah adalah beribadah
atau melakukan amal shalih berlandaskan iman yaitu sebagai modal atau bekal utama untuk menuju negeri
akhirat.
Tidak ada perbedaan pendapat dikalangan ulama bahwa
syarat diterimanya ibadah adalah : (1) IKHLAS KARENA ALLAH DAN (2) ITTIBA'
YAITU MENGIKUTI PETUNJUK RASULULLAH SALALLAHU 'ALAIHI WASALLAM.
Ketahuilah
bahwa diantara dalil yang mencakup dua
hal ini yaitu tentang ikhlas dan ittiba’ adalah sebagaimana
dijelaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya :
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ
لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
Dan
siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang orang yang ikhlas menyerahkan
dirinya kepada Allah, sedangkan dia mengerjakan kebaikan. (Q.S an Nisa’ 125)
Syaikh
as Sa’di berkata : Maksudnya, tidaklah ada seorangpun yang paling baik agamanya
daripada seorang yang menyatukan antara keikhlasan kepada Dzat yang disembah
yaitu penyerahan diri hanya untuk Allah yang menunjukkan akan penyerahan hati,
penghadapannya, kembalinya, keikhlasannya dan penghadapan wajah serta seluruh
anggota tubuh kepada Allah Ta’ala.
Sedangkan
dia pun disamping keikhlasan dan penyerahan diri tersebut dia mengerjakan
kebaikan yaitu mengikuti syariat Allah yang telah Allah utus rasul rasul
dengannya dan telah Allah turunkan kitab kitab-Nya dan Allah jadikan hal itu
sebagai jalan bagi makhluk makhluk-Nya yang terpilih dan pengikut pengikut mereka.
(Kitab Tafsir Karimir Rahman).
Sungguh,
amal seseorang bisa tidak bernilai di
sisi Allah Ta'ala tersebab tidak ikhlas dan tidak ittiba'. Allah Ta'ala
berfirman :
Pertama
: Dalam surat al Kahfi 103 dan 104. Allah
Ta'ala berfirman :
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُم بِٱلْأَخْسَرِينَ أَعْمَٰلًا
ٱلَّذِينَ ضَلَّ
سَعْيُهُمْ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ
صُنْعًا
Katakanlah: Apakah akan Kami beritahukan kepadamu
tentang orang-orang yang paling merugi perbuatan (amal) nya ?.
Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya
dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat
sebaik-baiknya.
Al Imam ath Thabari menjelaskan : Yaitu orang orang
yang beramal TIDAK DIATAS PETUNJUK dan istiqamah, bahkan di atas
PENYIMPANGAN DAN KESESATAN. Tersebab
mereka beramal tidak berdasarkan apa yang diperintahkan Allah Ta'ala. Sejatinya
mereka ingkar terhadap perintah itu. Tetapi mereka menyangka bahwa apa yang
mereka lakukan itu sebagai ketaatan. (Jami'ul Bayan).
Kedua : Dalam surat al Furqan 23. Allah Ta'ala berfirman :
وَقَدِمْنَآ إِلَىٰ
مَا عَمِلُوا۟ مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَٰهُ هَبَآءً مَّنثُورًا
Dan kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu
kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (Q.S al Furqan 23)
Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Dan Kami
mendatangi segala apa yang mereka perbuat dari kebaikan dan kebajikan yang
tampak secara zhahir, kemudian Kami menjadikannya tidak berguna dan tidak
berarti, tidak memberikan manfaat kepada mereka, bagaikan debu yang
beterbangan, yaitu debu-debu ringan yang terlihat pada pancaran sinar matahari.
Yang demikian itu karena amal tidak berguna di akhirat, kecuali apabila
terpenuhi pada pemiliknya : Iman kepada Allah, berikut ikhlas untuk-Nya dan
mengikuti Rasul-Nya, Muhammad Salallahu 'alaihi Wasallam. (Departemen Agama
Saudi Arabia).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di berkata : “Dan kami hadapi segala amal yang mereka
kerjakan,” maksudnya, (kami bersengaja kepada) amal perbuatan mereka yang
mereka harapkan menjadi kebaikan dan mereka telah bersusah payah mengerjakannya
: “lalu kami jadikan amal itu bagaikan debu yang berterbangan,” maksudnya,
batal lagi sirna.
Mereka telah merugi dan tidak mendapatkan pahalanya (bahkan)
mereka disiksa karenanya. Hal yang demikian itu karena amal tersebut tidak ada
nilai imannya dan karena bersumber dari seorang yang mendustakan Allah dan para
Rasul-Nya. Sebab, amal kebaikan yang diterima Allah adalah yang bersumber dari
seorang Mukmin nan tulus lagi membenarkan para rasul dan mengikuti mereka.
(Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Oleh karena itu, hamba hamba Allah hendaklah benar
benar memperhatikan amal ibadah yang dilakukannya. Apakah sudah betul betul
ikhlas karena Allah dan sudah sesuai dengan petunjuk dari Rasulullah Salallahu
'alaihi Wasallam.
Wallahu A'lam. (3.343).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar