MENJAGA ADAB
BERTETANGGA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Secara asal, manusia itu adalah
makhluk sosial yang butuh hidup berkelompok, bermasyarakat, berdampingan
terutama untuk memenuhi berbagai kebutuhannya dan untuk saling tolong menolong.
Sungguh, manusia tidan bisa hidup sendiri apalagi di zaman yang sudah sangat
maju ini.
Kelompok kecil yang selalu hidup berdampingan adalah tetangga.
Untuk membangun kerukunan di antara tetangga diperlukan akhlak yang
mulia dan terutama sekali saling tolong
menolong dan saling berlaku baik.
Sungguh, Allah Ta'ala memerintahkan kepada hamba-Nya untuk selalu
berbuat baik kepada tetangga. Allah Ta'ala berfirman :
وَاعْبُدُوا
اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى
الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ
الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ
اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ
Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang
tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, TETANGGA DEKAT DAN
TENTANGGA JAUH, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan
diri. (Q.S an Nisa' 36).
Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam mengingatkan dalam sabda beliau :
وَعَنْ
أَنَس رضي الله عنه عَنْ النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم قَالَ: “وَالَّذِيْ
نَفْسِيْ بِيَدِهِ لاَ يُؤْمِنُ عَبْدٌ حَتَّى يُحِبَّ لِجَارِهِ مَا يُحِبُّ
لِنَفْسِهِ.”.
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam, beliau bersabda : Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah (sempurna) beriman seorang hamba sampai dia menyukai bagi tetangganya kebaikan yang dia suka untuk dirinya. (Muttafaqun ‘alaih).
Diantara penjelasan sederhana dalam hal ini adalah bahwa jika seseorang mendapat nikmat maka tetangga ikut senang. Sebaliknya jika seseorang mendapat cobaan atau musibah maka tetangga ikut bersedih dan mendoakan kebaikan baginya bahkan berusaha untuk membantu.
Selain itu, ketahuilah bahwa seseorang jangan pernah menyakiti tetangganya baik
dengan ucapan maupun perbuatan. Dalam satu hadits
yang diriwayatkan bahwa menyakiti tetangga adalah perbuatan tercela bahkan
terkait dengan iman seorang hamba, beliau bersabda :
مَن كانَ
يُؤْمِنُ باللَّهِ واليَومِ الآخِرِ فلا يُؤْذِ جارَهُ
Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,
janganlah menyakiti tetangganya. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam mengingatkan bahwa salah satu penyebab seseorang masuk neraka adalah mengganggu atau menyakiti tetangga.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ فُلَانَةَ
يُذْكَرُ مِنْ كَثْرَةِ صَلَاتِهَا وَصِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا غَيْرَ أَنَّهَا
تُؤْذِي جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ هِيَ فِي النَّارِ قَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ فَإِنَّ فُلَانَةَ يُذْكَرُ مِنْ قِلَّةِ صِيَامِهَا وَصَدَقَتِهَا
وَصَلَاتِهَا وَإِنَّهَا تَصَدَّقُ بِالْأَثْوَارِ مِنَ الْأَقِطِ وَلَا تُؤْذِي
جِيرَانَهَا بِلِسَانِهَا قَالَ هِيَ فِي الْجَنَّةِ
Dari Abu Hurairah beliau berkata, seseorang telah bertanya kepada Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam : Fulanah diceritakan memiliki shalat, puasa dan shadaqah yang banyak, tetapi dia mengganggu tetangganya dengan lisannya. Beliau menjawab : Dia di neraka.
Lalu bertanya lagi : Wahai Rasulullah si Fulanah (yang lain) diceritakan memiliki puasa dan shadaqah serta shalat sedikit. Dia bershadaqah sedikit dari tepung gandum dan tidak mengganggu tetangganya dengan lisannya. Beliau menjawab : Dia di surga.(H.R Imam Ahmad).
Selain itu, bahwa salah satu adab dalam bertetangga adalah seseorang janganlah meremehkan pemberian tetangga meskipun kecil dan mungkin tak seberapa nilainya. Sungguh, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam mengingatkan wanita muslim untuk tidak menyepelekan pemberian tetangga :
يا نِساءَ المُسْلِماتِ، لا تَحْقِرَنَّ جارَةٌ لِجارَتِها، ولو فِرْسِنَ شاةٍ
Wahai para istri kaum Muslimin, jangan sampai seorang tetangga meremehkan (pemberian) tetangganya, meski hanya berupa kaki kambing. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Wallahu A'lam. (3.348)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar