KETAJAMAN LIDAH BISA JADI MELEBIHI
KETAJAMAN PEDANG
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh, lidah yang tidak dipelihara akan bisa membuat
hati orang lain luka parah karena ketajamannya. Ibaratnya, ketajaman lidah bisa
melebihi ketajaman pedang yang baru diasah. Bahkan kita pernah mendengar
pepatah bijak orang dahulu mengenai bahaya lidah : Kalau pedang melukai tubuh
ada harapan akan sembuh. Tetapi kalau lidah melukai hati kemana obat hendak
dicari.
Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah
mengingatkan kita semua untuk senantiasa dan terus menerus menjaga diri dalam menggunakan lidah atau lisan. Beliau bersabda :
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ
وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).
Jika melihat kepada zhahir hadits ini maka kita bisa
mengambil pelajaran bahwa berbicara yang baik adalah terkait dengan iman. Atau
dengan kata lain, jika lidah tidak dijaga maka imannya bisa dipertanyakan.
Selain itu ingatlah, bahwa suatu ucapan ternyata bisa
mengantarkan seorang hamba ke surga dan BISA PULA MELEMPARKANNYA KE NERAKA.
Oleh karena itu BERSUNGGUH SUNGGUHLAH menjaga lisan dari perkataan perkataan
yang buruk dan tercela. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam telah mengingatkan dalam sabda beliau yang diriwayatkan
dari Abu Hurairah :
إن العبد ليتكلم بالكلمة من
رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة
من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم
Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang
mendatangkan keridhaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab
perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya.
Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat
yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan TERSEBAB
PERKATAAN TERSEBUT DIA DILEMPARKAN KE DALAM API NERAKA. (H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim.
Selain itu,
ketahuilah bahwa begitu besarnya bahaya
tersebab ketajaman lisan maka para sahabat
dan ulama terdahulu juga memberi
nasehat dalam perkara ini, diantaranya :
(1) Umar bin Khaththab yang memberi nasehat tentang
memelihara dan menjaga lisan. Beliau berkata : Semoga Allah merakhmati orang
yang menahan diri dari banyak berbicara dan lebih mengutamakan banyak beramal.
(Uyun al Akhbar, Ibnu Taimiyah)
(2) Ibnu Mas’ud berkata : “Jauhilah
oleh kalian sikap berlebihan dalam berbicara. Cukuplah bagi seseorang untuk
berbicara seperlunya” (Jami’ul Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab al Hambali).
(3) Imam an Nawawi berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar-benar baik dan berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan ia mengatakannya.
Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya.
Berdasarkan hal ini, maka perkataan yang mubah tetap dianjurkan untuk
ditingggalkan dan disunnahkan menahan diri untuk tidak mengatakannya, karena
khawatir akan terjerumus kepada perkataan yang haram dan makruh. Inilah yang
sering terjadi (Syarah Shahih Muslim).
Tetapi sangatlah disayangkan di zaman kita ini banyak
orang bermudah mudah atau lancang berbicara dan berkomentar suka sukanya, tanpa ilmu bahkan tanpa
memperhatikan perasaan orang lain tersebab perkataannya yang buruk dan tak
terjaga.
Wallahu A'lam. (3.339)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar