MENJAGA HAWA NAFSU
MEMANG SESUATU YANG BERAT
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Manusia
memiliki hawa nafsu dalam dirinya dan hawa nafsu itu cenderung kepada
keburukan. Alah Ta’ala berfirman :
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ
بِالسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ
(Yusuf
berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang
diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Q.S Yusuf 53).
Allah
Ta’ala berfirman :
فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا
يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ
هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ
Dan
siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti keinginan hawa
nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun ?. Sungguh Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang orang yang zhalim. (Al Qashash 50).
Syaikh
as Sa’di berkata : (Orang yang mengikuti hawa nafsunya) jadi, dialah orang yang
paling sesat karena ketika ditawarkan kepadanya petunjuk dan jalan lurus yang
dapat mengantarkan kepada Allah Ta’ala dan kepada negeri yang kemuliaan-Nya
yaitu surga, dia tidak menghiraukannya dan tidak pula mendatanginya.
Ketika
dibujuk oleh hawa nafsunya untuk menelusuri jalan jalan yang dapat
menjerumuskan kepada kebinasaan dan kesengsaraan maka dia pun mengikutinya dan
meninggalkan petunjuk. Maka apakah ada seseorang yang lebih sesat dari pada
orang yang seperti itu karakternya ?. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Tetapi memang menjaga hawa nafsu agar tidak mencelakakan diri
adalah sesuatu yang berat. Perhatikanlah, sungguh telah banyak manusia dari zaman
ke zaman yang tergelincir kepada keburukan dan menjadi hina karena tak mampu
melawan kehendak hawa nafsunya. Seorang berpangkat jatuh pangkatnya karena
pengaruh hawa nafsu ingin mendapat harta yang banyak lalu mengambil sesuatu
yang bukan haknya.
Oleh karena itu hamba hamba Allah bersungguh sungguhlah menjaga
keinginan buruk dari hawa nafsu. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah
mengingatkan perkara ini dalam sabda beliau :
أَفْضَلُ الْجِهَادِ
أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang,
bersungguh sungguh) melawan dirinya dan hawa nafsunya. (H.R Ibnu an Najjar dari Abu Dzarr, Abu Nu’aim dan ad Dailami, dishahihkan oleh
Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush-Shaghir).
Imam Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud dengan berjihad atau
berjuang menundukkan (hawa) nafsu adalah
mencegah atau melawan nafsu dari keinginannya untuk (selalu) menyibukkan diri
dengan selain ibadah atau ketaatan kepada Allah Ta’ala. (Fathul Baari).
Syaikh ‘Abdur-Razaq bin Abdul-Muhsin al Badr berkata : Jika kaum Muslimin melalaikan jihad
melawan diri sendiri (hawa nafsunya), mereka tidak akan mampu jihad melawan
musuh-musuh mereka, sehingga dengan sebab itu terjadi kemenangan musuh terhadap
mereka. (Khuthab wa Mawa’izh min Hajjatil-Wada').
Wallahu A'lam. (3.346).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar