Kamis, 22 Agustus 2024

MENJAGA HAWA NAFSU MEMANG SESUATU YANG BERAT

 

MENJAGA HAWA NAFSU MEMANG SESUATU YANG BERAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Manusia memiliki hawa nafsu dalam dirinya dan hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan. Alah Ta’ala berfirman : 

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِالسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

(Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 53).

Allah Ta’ala berfirman :

فَإِن لَّمْ يَسْتَجِيبُوا۟ لَكَ فَٱعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ أَهْوَآءَهُمْ ۚ وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ ٱتَّبَعَ هَوَىٰهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّٰلِمِينَ

Dan siapakah yang lebih sesat dari pada orang yang mengikuti keinginan hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun ?. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang zhalim. (Al Qashash 50).

Syaikh as Sa’di berkata : (Orang yang mengikuti hawa nafsunya) jadi, dialah orang yang paling sesat karena ketika ditawarkan kepadanya petunjuk dan jalan lurus yang dapat mengantarkan kepada Allah Ta’ala dan kepada negeri yang kemuliaan-Nya yaitu surga, dia tidak menghiraukannya dan tidak pula mendatanginya.

Ketika dibujuk oleh hawa nafsunya untuk menelusuri jalan jalan yang dapat menjerumuskan kepada kebinasaan dan kesengsaraan maka dia pun mengikutinya dan meninggalkan petunjuk. Maka apakah ada seseorang yang lebih sesat dari pada orang yang seperti itu karakternya ?. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Tetapi memang menjaga hawa nafsu agar tidak mencelakakan diri adalah sesuatu yang berat. Perhatikanlah, sungguh telah banyak manusia dari zaman ke zaman yang tergelincir kepada keburukan dan menjadi hina karena tak mampu melawan kehendak hawa nafsunya. Seorang berpangkat jatuh pangkatnya karena pengaruh hawa nafsu ingin mendapat harta yang banyak lalu mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Oleh karena itu hamba hamba Allah bersungguh sungguhlah menjaga keinginan buruk dari hawa nafsu. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam telah mengingatkan perkara ini dalam sabda beliau : 

أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ

Jihad yang paling utama adalah seseorang berjihad (berjuang, bersungguh sungguh) melawan dirinya dan hawa nafsunya. (H.R  Ibnu an Najjar dari Abu Dzarr,  Abu Nu’aim dan ad Dailami, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Shahih Al-Jami’ush-Shaghir).

Imam Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud dengan berjihad atau berjuang menundukkan (hawa)  nafsu adalah mencegah atau melawan nafsu dari keinginannya untuk (selalu) menyibukkan diri dengan selain ibadah atau ketaatan kepada Allah Ta’ala. (Fathul Baari).

Syaikh ‘Abdur-Razaq bin Abdul-Muhsin al Badr  berkata : Jika kaum Muslimin melalaikan jihad melawan diri sendiri (hawa nafsunya), mereka tidak akan mampu jihad melawan musuh-musuh mereka, sehingga dengan sebab itu terjadi kemenangan musuh terhadap mereka. (Khuthab wa Mawa’izh min Hajjatil-Wada').

Wallahu A'lam. (3.346).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar