MUNGKINKAH ORANG ORANG BERIMAN MENGALAMI CABIN
FEVER
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Jika Allah Ta’ala berkehendak, ada kemungkinan keadaan sulit yang dihadapi
seseorang atau sekelompok orang karena harus tinggal di satu tempat untuk waktu
yang relatif lama. Diantaranya : (1) Harus tinggal di rumah karena di luar
rumah kondisi keamanan sangat tidak kondusif tersebab bencana alam ataupun
wabah penyakit menular. (2) Harus tinggal di rumah tahanan karena kesalahan
yang jelas ATAUPUN TIDAK JELAS.
Keadaan tak nyaman tersebab harus tinggal atau
berada disatu tempat terus menerus ini MEMBUAT
SESEORANG BISA berubah perilakunya dari sebelumnya. Misalnya menjadi
mudah tersinggung, mudah putus asa atau kurang motivasi bahkan bisa tak sabaran
dan yang lainnya. Dalam istilah para pakar inilah KEADAAN yang disebut dengan
CABIN FEVER.
Lalu datang pertanyaan, mungkinkah orang orang
beriman bisa mengalami cabin fever tersebut.
Jawabnya : Bisa jadi tetapi kecil kemungkinannya karena :
(1) Orang orang beriman SANGAT YAKIN bahwa
segala sesuatu terjadi adalah atas kehendak Yang Maha Kuasa. Allah Ta’ala
berfirman :
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ
اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا ۚ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah (Muhammad) : Tidak akan menimpa
kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung
kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang orang yang beriman. (Q.S at
Taubah 51).
Allah Ta’ala berfirman :
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ إِلَّا
بِإِذْنِ اللَّهِ ۗ
Tidak ada
sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah.
(Q.S at Taghabun 11).
Berkenaan dengan ayat ini, Alqamah berkata :
Ayat ini tentang musibah yang menimpa seseorang kemudian dia menyadari
bahwa itu semua dari Allah, maka dia
ridha dan menerimanya (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).
(2) Sungguh ujian yang menimpa seorang hamba menjadi
penghapus dosa baginya. Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ ؛
وَلَا نَصَبٍ ؛ وَلَا هَمٍّ ؛ وَلَا حَزَنٍ ؛ وَلَا غَمٍّ ؛ وَلَا أَذًى – حَتَّى
الشَّوْكَةُ يَشَاكُهَا – إلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ
Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa
sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran (pada pikiran), sedih
(karena sesuatu yang hilang), kesusahan hati atau sesuatu yang
menyakiti sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.
(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Jadi ketika ada musibah berupa wabah penyakit
yang meluas dan yang lainnya maka orang orang beriman menerima dengan hati lapang
karena Allah Ta’ala akan mengampuni dosa dosanya.
(3) Ketika orang beriman harus tinggal di satu
tempat dalam waktu yang agak lama MAKA TAMPAK JELAS BAGINYA ADA WAKTU LUANG
YANG BANYAK. Inilah kesempatan besar
untuk BISA SEMAKIN mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Lalu kesempatan ini diisi dengan berbagai
ibadah seperti banyak berdoa, banyak melakukan shalat sunnah, banyak melakukan
puasa sunnah, banyak berdzikir, kesempatan belajar ilmu dari kitab kitab agama
serta dari medsos, banyak membaca dan mempelajari al Qur an, banyak
beristighfar.
Jika ada kemampuan maka bisa menulis kajian dan nasehat
untuk kaum muslimin dan berdakwah melalui sarana online. Jadi semua
waktunya bisa digunakan untuk melakukan kebaikan bagi dirinya dan bagi orang
lain. Nah, jika seseorang pandai memanfaatkan waktunya pada saat yang tak
nyaman itu apalagi digunakan untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala
maka cabin fever akan menjauh.
Dalam hal ini sangatlah baik kalau kita
belajar dari Prof. Dr. Abdul Malik Karim
Amrullah yang kita kenal dengan Buya Hamka (wafat 1981). Beliau pernah berada di rumah
tahanan selama lebih dari dua tahun tersebab KESALAHAN YANG TAK JELAS yaitu di
zaman penguasa orde lama. Peristiwa ini beliau sebutkan dalam pembukaan Kitab
Tafsir al Azhar.
Beliau menceritakan : Pada tanggal 12
Ramadhan 1383 H atau 27 Januari 1964 M. kira kira pukul 11 siang yaitu sehabis
memberikan kajian untuk kaum Muslimat di Masjid al Azhar Kebayoran Baru Jakarta
Selatan saya pulang kerumah untuk sedikit beristirahat menjelang masuknya waktu
shalat zuhur.
Belum setengah jam saya berada di
rumah lalu datanglah empat orang tamu. Saya mengira bahwa tamu tersebut adalah
pengurus salah satu masjid yang akan meminta saya untuk memberikan ceramah atau
kajian di masjidnya. Ternyata dugaan saya salah dan tak pernah terbayang
sedikitpun sebelumnya.
Setelah saya temui tamu tersebut,
tanpa banyak bicara, seorang diantara mereka menyerahkan selembar surat kepada
saya. Setelah saya baca ternyata surat
itu adalah perintah penangkapan terhadap diri saya. Kemudian saya dibawa dan
dimasukkan ke rumah tahanan.
Selanjutnya beliau mengatakan : Saya
mendapat pengalaman dan hikmah yang sangat besar, yaitu dalam meresapi intisari
ayat 5 dan 6 surat al Insyiraah. Allah
berfirman : “Fa inna ma’al ‘usri yusra.
Inna ma’al ‘usri yusraa”. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka biarpun (dalam tahanan) SAYA
TIDAK MAU BEMENUNG DIRI. Lalu datang petunjuk dari Allah. Segera saya baca al
Qur-an. Pada 5 hari pertama berada dalam tahanan saya telah mengkhatamkan al
Qur an tiga kali. Setelah itu saya tidak banyak lagi berfikir kapan saya bisa
keluar tahanan ini.
Ketahuilah saudaraku, selama dalam
tahanan beliau membagi waktu antara
mengkhatamkan bacaan al Qur-an dan menulis tafsir al Qur-an, disamping
melakukan ibadah ibadah lainnya. Dengan pertolongan Allah Ta’ala, hasilnya
sangatlah mengagumkan.
Pertama :
Dalam waktu dua tahun empat bulan
berada di tahanan, beliau telah mengkhatamkan al Qur-an lebih dari 150 kali.
Kalau kita hitung dengan masa beliau berada di tahanan berarti beliau
mengkhatamkan al Qur-an antara tiga sampai empat hari sekali.
Kedua : Yang lebih mengagumkan lagi bahwa
disamping mengkhatamkan al Qur an lebih dari 150 kali beliau juga menyelesaikan
tafsir al Qur an yaitu Tafsir Al Azhar sebanyak 28 juz. Untuk diketahui,
sebelum masuk tahanan beliau telah menyelesaikan tafsir al Ahar 2 juz yaitu juz 18 dan juz 19.
Sungguh Buya Hamka ketika menghadapi
musibah yaitu berada di rumah tahanan selama lebih dari dua tahun membuat
beliau semakin banyak beribadah dan semakin produktif dalam menulis yang
bermanfaat bagi umat. Tak ada sedikitpun kegelisahaan pada diri beliau apalagi
mengalami cabin fever. Sikap beliau yang demikian sangatlah layak untuk
djadikan tauladan.
Oleh karena itu, ketika orang orang
beriman menghadapi musibah seperti wabah
penyakit menular yang berbahaya ataupun yang lainnya, lalu berserah diri
kepada Allah Ta’ala dan melakukan usaha mendekatkan diri kepada-Nya maka cabin
fever akan menjauh.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Wallahu A’lam. (1.959).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar