CONTOH TELADAN ULAMA BESAR KETIKA
DALAM
PERJALANAN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Salah satu nikmat yang diberikan Allah Ta’ala
kepada manusia adalah nikmat waktu. Dan
manusia haruslah menggunakannya untuk segala sesuatu yang bermanfaat. Jangan
mau menjadi orang yang tertipu dengan mensia siakannya. Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasalam telah mengingatkan dalam
sabda beliau :
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُمَا قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ
مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, Nabi Salallahu ‘alai Wasallam bersabda : Dua kenikmatan yang banyak dilupakan manusia adalah (nikmat) kesehatan dan waktu luang. (H.R Imam Bukhari).
Dari Ibnu Abbas, dia berkata, Nabi Salallahu ‘alai Wasallam bersabda : Dua kenikmatan yang banyak dilupakan manusia adalah (nikmat) kesehatan dan waktu luang. (H.R Imam Bukhari).
Ketahuilah bahwa ada dua ulama besar Saudi
yang sangat baik kita jadikan teladan dalam MENGGUNAKAN WAKTUNYA ketika berada DALAM
PERJALANAN menggunakan mobil. Mari kita simak kisahnya.
Pertama : Syaikh Abdul Aziz bin Baz
rahimahullah.
Beliau adalah bekas Rektor Universitas Islam
Madinah. Pernah menjabat sebagai Ketua al Lajnah ad Daimah lil Buhuts al
Ilmiyah wal Ifta’ atau Dewan Riset Ilmu dan Fatwa. Dan juga sebagai Mufti
Kerajaan Saudi Arabia. Beliau wafat tahun 1420 H.
Dalam Kitab Duruusun wa Mawaqifu wa ‘Ibarun,
yang ditulis oleh Syaikh Abdul Aziz as
Sadhan, disebutkan : Dan termasuk sesuatu yang mengagumkan dalam pemeliharaan
Syaikh bin Baz terhadap waktu dan majelis majelis beliau adalah seperti kabar
yang diceritakan oleh putra beliau, Ahmad kepada saya.
Bahwa Syaikh sangat bersemangat dan antusias
(dalam menggunakan waktunya) sampai detik detik dari waktu beliau. Ketika
ditengah perjalanan naik mobil beliau menyibukkan diri dengan ilmu. Terkadang
dengan mendikte atau mendengarkan.
Putra beliau, Ahmad, telah mengabarkan bahwa :
Telah dibacakan beberapa kitab atas Syaikh di dalam mobil. Lalu Ahmad
menyebutkan kitab itu dan diantaranya adalah : (1) Majmu’ Fatawa, Syaik
Muhammad bin Ibrahim. (2) Ighatsatul Lahfaan, Imam Ibnul Qayyim. (3) Al Iqnaa’,
Ibnu Mundzir. (4) Kitaab Marwiyyatil La’ni fis Sunnah, dan juga beberapa
risalah kecil.
Kedua : Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq bin Abdul
Muhsin al Badr
Syaikh Prof. Dr. Abdurrazaq, Ulama Besar Saudi,
seorang guru besar di Universitas Islam Madinah dan juga pengajar tetap di Masjid
Nabawi, beberapa waktu yang lalu pernah diundang memberikan kajian di Masjid Istiqlal Jakarta.
Selain itu beliau juga pernah diundang ke
Lombok untuk memberikan kajian disana. Pada suatu kali, di Lombok, dengan
didampingi beberapa ustadz, Syaikh Abdurrazaq
berangkat dari hotel menuju tempat
kajian yang berjarak sekitar dua jam perjalanan mobil.
Ustadz Abu Muhsin Firanda, Lc. M.A seorang mahasiswa
Indonesia, yang SAAT ITU sedang mengambil S3 di Universitas Islam Madinah juga
ikut dalam rombongan tersebut.
Ustadz Firanda menceritakan apa yang dilakukan
di mobil dalam perjalanan tersebut. Kata Ustadz Firanda : Tidak lama setelah
mobil bergerak maka salah seorang ustadz di mobil itu membacakan matan kitab al
Aqidah ath Thahawiyah yang ditulis oleh Imam Thahawi. Lalu Syaikh Abdurrazaq
mensyarah atau menjelaskan makna makna matan tersebut. Semua ustdadz yang ada
di mobil itu mendengarkan dengan sungguh sungguh.
Diantaranya
juga ada yang merekam kajian tersebut untuk bisa diambil manfaat pada waktu yang lain. Jadi ada majlis ilmu
diperjalanan sehingga waktu yang ada menjadi sangat bermanfaat, apalagi
digunakan untuk belajar ilmu syar’i dari seorang Guru Besar.
Lalu bagaimana dengan kita ?. Sebagian orang,
tentu tidak semua, jika berada dalam satu rombongan melakukan perjalanan dengan mobil maka
umumnya akan diisi dengan acara ngobrol, bisa jadi banyak bercanda, saling
mengeluarkan koleksi lelucon, diselingi dengan berbagai minuman dan cemilan.
Bahkan ada pula yang memejamkan mata meskipun tidak lagi mengantuk.
Mungkin juga ada pula yang terus asyik
bersama handphone dengan membuka berbagai fasilitasnya, termasuk WA-an
dan yang lainnya.
Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam telah
mengingatkan kita semua dalam sabda beliau :
مِنْ حُسْنِ إِسْلاَمِ الْمَرْءِ
تَرْكُهُ مَا لاَ يَعْنِيْهِ
Baiknya Islam seseorang (ialah) meninggalkan
perkara yang tidak berguna baginya. (H.R
Ibnu Majah)
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.964).