JANGAN MENGABAIKAN AMANAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sungguh menjaga dan menunaikan
amanah adalah merupakan kewajiban yang tidak boleh diabaikan atau dilalaikan sedikitpun
oleh seorang hamba. Allah Ta’ala berfirman : “Innallaha
ya’murukum an tu-addul amaanaati ilaa ahlihaa”. Sungguh Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya. (Q.S an Nisa’ 58).
Syaikh as Sa’di berkata : Amanah
itu adalah setiap hal yang dipercayakan kepada seseorang dan ia diperintahkan
untuk menunaikannya. Allah memerintahkan hamba hamba-Nya agar menunaikan
amanah, maksudnya secara sempurna dan penuh. Tidak dikurangi, dicurangi dan
tidak pula diulur ulur. Termasuk dalam amanah di sini adalah amanah kekuasaaan,
harta, rahasia rahasia dan perintah perintah yang tidak diketahui kecuali Allah
semata.
Sesungguhnya para ahli fikih telah
menyebutkan bahwa barangsiapa yang diserahkan kepadanya suatu amanah maka ia
wajib menjaga amanah itu pada suatu tempat yang patut. Mereka berkata : Karena
sesungguhnya tidaklah mungkin dapat ditunaikan kecuali dengan menjaganya maka
wajiblah hal itu dilakukan.
Dan firman Allah : “Kepada yang berhak menerimanya” adalah
sebuah dalil bahwa tidaklah diserahkan dan ditunaikan kepada selain orang yang
berhak menerimanya dan wakil orang terebut adalah dalam posisi pemberi amanah.
Apabila ia menyerahkannya kepada salain orang yang berhak menerimannya maka ia
tidaklah dikatakan telah menunaikannya. (Tafsir Karimir Rahman).
Imam Ibnu Katsir berkata : (Dalam
ayat ini) Allah Ta’ala mengabarkan bahwa Dia memerintahkan untuk menunaikan
amanat kepada ahlinya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad,
disebutkan bahwa Rasulullah bersabda : “Tunaikanlah
amanah kepada yang memberikan amanah dan jangan khianati orang yang berkhianat
kepadamu”.
Hal ini mencakup seluruh amanah
yang diwajibkan bagi manusia, berupa hak hak Allah terhadap hamba-Nya, seperti
shalat, zakat, puasa, kafarat nadzar dan yang lainnya. Kesemuaannya adalah
amanah yang diberikan tanpa pengawasan hamba-Nya yang lain. Serta amanah yang
berupa hak hak sebagian hamba dengan hamba yang
lain seperti titipan yang
kesemuaannya adalah amanah yang dilakukan tanpa pengawasan saksi. Itulah
yang diperintahkan Allah Ta’ala untuk ditunaikan.
Barangsiapa yang tidak melakukannya
di dunia ini maka akan dimintai pertanggung jawabannya di hari Kiamat. (Tafsir
Ibnu Katsir).
Ketahuilah bahwa seseorang yang
mengabaikan amanah yang dibebankan kepadanya berarti dia telah mencederai
keimanannya dan dia telah merugi karena amanah adalah merupakan salah satu indikasi orang beriman yang
beruntung. Allah berfirman : “Walladziina
hum liamaanaatihim wa ‘ahdihim raa-uun”. (Dan sungguh beruntung orang orang yang
beriman) orang orang yang memelihara amanat
amanat dan janjinya (Q.S al
Mu’minuun 8).
Syaikh as Sa’di berkata : Maksud
(ayat ini) adalah mereka memperhatikan,
menjaga lagi memelihara amanah. Sangat bersemangat untuk menjalankan dan menegakkan
(amanah). Lihat Tafsir Karimir Rahman.
Dalam surat an Anfal ayat 27, Allah
Ta’ala mengingatkan orang orang yang beriman agar tidak mengkhianati amanah
yang dipercayakan kepadanya. Allah berfirman : “Walaa takhuunuu amaanaatikum wa antum ta’lamuun” Janganlah kamu
mengkhianati amanah amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kamu mengetahui.
Syaikh as Sa’di berkata :
Barangsiapa menunaikan amanat, maka dia berhak mendapatkan pahala yang besar
dari Allah. Dan barangsiapa mengkhianatinya dan tidak menunaikannya, maka dia
berhak mendapatkan adzab yang keras dan dia menjadi pengkhianat Allah,
Rasulullah dan amanatnya itu sendiri. Dia menodai dirinya sendiri karena dia
telah mengambil sifat terburuk dari ciri terjelek yaitu khianat serta
mengabaikan sifat yang paling baik dan sempurna yaitu (menunaikan) amanat.
Oleh karena itu maka seorang
beriman haruslah menjaga amanah yang diberikan kepadanya agar dia beruntung
dengan mendapat pahala yang besar. Jika dia tidak amanah maka bisa jatuh menjadi orang munafik karena
Rasulullah telah menjelaskan bahwa salah satu tanda munafik adalah jika
dipercaya ia berkhianat.
Rasulullah
bersada: “Ayatal
munaafiqi tsalatsun, idzaa haddatsa kadzaba wa idzaa wa ‘ada akhlafa, wa idzaa
tumina khaana”. Tanda tanda orang munafik itu ada tiga, jika
berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar dan jika dipercaya ia
berkhianat (Mutafaq ‘alaihi).
Ketahuilah bahwa munafik adalah
seburuk buruk sifat manusia. Sungguh Allah akan memberikan hukuman yang berat
bagi mereka yaitu dengan menempatkannya pada neraka yang paling rendah. Allah
berfirman : “Innal munaafiqiina fid
darkil asfali minan nari walan tajida lahum nashiiraa”. Sungguh orang
munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan
kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (Q.S an Nisaa’ 145).
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (526)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar