MAKNA
SYAITHAN DIBELENGGU BULAN RAMADHAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Manusia
mempunyai musuh yang nyata yaitu syaithan yang selalu berusaha menggoda dan
mendorongnya untuk melakukan kemaksiatan dan dosa. Allah berfirman : “Innamaa
ya’murukum bis suu-i wal fahsyaa-i wa an taquuluu ‘alallahi maa laa
ta’lamun”. Sesungguhnya (syaithan)
itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji dan mengatakan apa yang
tidak kamu ketahui tentang Allah (Q.S al Baqarah 168).
Pada setiap bulan Ramadhan para syaithan itu dibelenggu
yaitu sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah : “Idza dakhala ramadhan futtihat abwaabul jannati wa ghuliqat abwaabu
jahannama wa sulsilatisy syayatiin.” Jika telah datang bulan Ramadhan pintu
pintu surga dibuka, pintu pintu neraka ditutup dan syaithan syaithan
dibelenggu. (Mutafaq ‘alaihi).
Imam al Qurthubi rahimahullah menguatkan
pendapat yang membawa hadits ini kepada makna sesuai zahirnya. maka apabila ada yang
bertanya : Mengapa kita masih melihat banyak keburukan dan kemaksiatan terjadi di bulan
Ramadhan padahal setan-setan telah
dibelenggu, tentu mestinya hal itu tidak akan terjadi ? Maka jawabannya adalah:
Pertama
: Ketahuilah bahwa kemaksiatan itu hanyalah berkurang dari orang orang yang
berpuasa apabila dia melaksanakan puasanya dan memperhatikan syarat syarat
puasa dan menjaga adab adabnya.
Kedua
: Atau bisa juga bermakna bahwa yang dibelenggu
itu hanyalah syaithan yaitu para pembesar syaithan bukan syaithan seluruhnya,
sebagaimana disebutkan pada sebagian riwayat hadits.
Ketiga
: Atau bisa juga maksudnya adalah pengurangan
keburukan keburukan di bulan Ramadhan dan ini sesuatu yang dapat disaksikan yaitu terjadinya kemaksiatan di
bulan Ramadhan lebih sedikit dibanding bulan lainnya. Karena dibelenggunya
seluruh syaithanpun tidak dapat memastikan keburukan dan kemaksiatan hilang
sama sekali. Sebab terjadinya kemaksiatan itu juga karena banyak sebab selain
syaithan seperti jiwa yang buruk, kebiasaan yang tidak baik dan godaan syaithan
syaithan dari golongan manusia.
Keempat
: Dan berkata ulama selain Imam al Qurtubi bahwa dibelenggunya setan-setan di
bulan Ramadhan adalah isyarat bahwa telah dihilangkannya alasan bagi seorang mukallaf
(orang yang sudah dibebani
kewajiban syariat) dalam
melakukan dosa. Seakan akan dikatakan kepadanya
: Setan-setan telah ditahan dari menggodamu, maka jangan lagi kamu
menjadikan setan sebagai alasan dalam meninggalkan ketaatan dan melakukan
maksiat. (Sebagaimana disebutkan dalam
Fathul Bari).
Syaikh
Muhammad bin Shalih al Utsaimin ditanya : Ya Syaikh, syaithan syaithan
dibelenggu pada hal kita lihat ada orang orang yang kerasukan jin pada siang
hari Ramadhan.
Beliau
menjawab : (1) Dalam sebagian riwayat hadits (disebutkan) bahwa syaithan
syaithan pembangkang dibelenggu (pada bulan Ramadhan) atau diikat, yaitu dalam
riwayat Imam an Nasa’i. (2) Hadits seperti ini termasuk perkara ghaib. Sikap
seorang muslim adalah menerima dan membenarkannya. Dan tidaklah kita
memperbincangkannya (apa kenyataan sesungguhnya) di balik itu. Sikap ini lebih
menyelamatkan agama seseorang dan lebih baik akibatnya. (3) Oleh karena itu
ketika Abdullah bin Ahmad bin Hambal berkata kepada bapaknya : Sesungguhnya
(ada) orang kerasukan (jin) pada bulan Ramadhan (mengapa sampai terjadi pada
hal syaitan dibelenggu). Imam Ahmad bin Hambal menjawab : Begitulah hadits ini
(menjelaskan) jangan membicarakan (lebih dalam masalah) ini. (4) Nampaknya yang
dimaksud dibelenggu adalah dibelenggunya syaithan dari upayanya menyesatkan
manusia, dengan dalil banyaknya kebaikan dan (banyaknya) orang yang bertaubat
kepada Allah Ta’ala di bulan Ramadhan (Majmu’ Fatawa, Syaikh Utsaimin)
Ketahuilah bahwa timbulnya kemaksiatan di bulan
Ramadhan adalah juga karena manusia itu
sendiri yang memang dibekali dengan hawa nafsu.
Dan hawa nafsu itu cenderung kepada
keburukan. Allah berfirman : “Wa maa ubarri-u nafsii, innan nafsa la-ammaa
ratun bis suu-i illa maa rahima rabbi”. (Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari
kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan,
kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabb-ku (Q.S Yusuf 53)
Dalam
kitab Tafsir Kariimir Rahman di sebutkan bahwa : “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan” maknanya adalah seringkali (nafsu itu) memerintahkan pemiliknya untuk berbuat
keburukan yakni perbuatan keji dan segala dosa.
Manusia
itu diciptakan dalam keadaan lemah. Kelemahannya ini bisa membuat manusia
berbuat keburukan di bulan Ramadhan meskipun tanpa tipu daya syaithan karena syaithan sudah
dibelenggu.
Syaikh
as Sa’di berkata : Manusia itu adalah lemah dalam hal fisik, lemah dalam
berkehendak, lemah dalam bertekad dan lemah dalam iman dan
kesabaran (Lihat Tafsir Kariimir Rahman). Allah berfirman : “Wa khuliqal insaanu
dha’iifaa”. Dan manusia diciptakan dalam keadaan lemah. (Q.S an Nisaa’ 28.)
Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu
A’lam. (342)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar