BERTAWAKAL HANYA KEPADA ALLAH SAJA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Secara bahasa tawakal adalah dari
kata tawakala yang bermakna menyerahkan, mempercayakan dan mewakilkan. Jadi
seorang yang bertawakal kepada Allah adalah orang yang menyerahkan dan mempercayakan
segala urusannya kepada Allah.
Imam al Gazali berkata : Tawakal
adalah menyandarkan kepada Allah tatkala menghadapi suatu kepentingan,
bersandar kepada-Nya pada waktu kesukaran, teguh hati tatkala ditimpa bencana
disertai dengan jiwa yang tenang dan hati yang tenteram.
Ketahuilah bahwa tawakal tidak
sepenuhnya identik dengan kepasrahan yang tidak beralasan. Tawakal harus
didahului oleh usaha yang maksimal. Hilangnya usaha maka hilang pulalah hakikat
dari tawakal itu. Dari Anas bin Malik, seorang
berkata kepada Rasulullah : Ya
Rasulullah, aku ikat kendaraanku lalu aku bertawakal atau aku lepas dia dan aku
bertawakal. Rasulullah bersabda : Ikatlah kendaraanmu lalu bertawakallah
(H.R Imam at Tirmidzi).
Hakikat tawakal.
Dalam Kitab Fathul Majid antara
lain disebutkan bahwa : Bertawakal kepada Allah maksudnya adalah (1) Bersandar
kepadaNya dengan sepenuh hati mereka dan (2) Menyerahkan segala urusan mereka
kepadaNya (3) Tidak berharap dari selainNya (4) Tidak condong dan berharap
kecuali kepadaNya.
Mereka mengetahui bahwa apa yang dikehendakiNya pasti terjadi.
Dialah yang menjalankan kerajaanNya dengan sendiriNya dan patut disembah dan
tidak ada sekutu bagiNya.
Tawakal sangat berkaitan dengan iman.
Bertawakal adalah salah satu
kewajiban seorang mukmin dan termasuk syarat syarat iman. Bahkan tawakal adalah
tingkatan paling agung dari penerapan : ‘Iiyaaka na’budu wa iiyaaka nasta’iin”. Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya
kepada Engkau kami mohon pertolongan. (Q.S al Fatihah 3).
Allah berfirman : “Wa ‘alallahi fa tawakkaluu inkuntum
inkuntum mu’miniin” Dan bertakwalah kamu hanya kepada Allah, jika kamu
orang orang yang beriman.(Q.S al Ma-idah 23).
Ibnul Qayyim berkata dalam
memberikan makna ayat ini : Allah
menjadikan tawakal kepada-Nya sebagai syarat dalam keimanan maka tidak adanya
tawakal menunjukkan tidak adanya iman.
Allah berfirman : “Wa qaala muusaa yaa qaumi inkunttum
aamantum billahi fa’alaihi tawakkaluu inkuntum muslimiin” Dan Musa berkata : Wahai kaumku. Apabila kamu
beriman kepada Allah maka bertawakallah kepada-Nya, jika kamu benar benar orang
muslim (berserah diri). Q.S Yunus 84.
Nabi Musa menjadikan tawakal
sebagai bukti kebenaran sikap berserah
diri. Jika imannya kuat maka tawakalnya akan lebih kuat. Jika imannya lemah
maka lemah pula tawakalnya kepada Allah. Jika sikap tawakal menjadi lemah maka
itu menunjukkan lemahnya iman. Allah Ta’ala menggabungkan antara tawakal dan
ibadah, antara tawakal dan iman antara tawakal dan Islam dan antara tawakal dan
hidayah. (Lihat Fathul Majid).
Perintah bertawakal.
Orang orang yang beriman akan
senantiasa berada dalam kebaikan dan dalam pemeliharaan Allah Ta’ala jika mereka bertawakal kepadaNya.
Sangatlah banyak ayat ayat al Qur an yang menyuruh manusia untuk bertawakal
kepadaNya, diantaranya adalah :
Pertama : “Fa’buduhu wa
tawakkal ‘alaihi, wa maa rabbuka bi ghaafilin ‘amma ta’maluun” Maka sembahlah Dia dan bertawakallah
kepadaNya. Dan Rabbmu tidak akan lalai terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S
Huud 123)
Kedua : “Wa tawakkal ‘alallahi wa kafa billahi
wakiilaa”.Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai
pemelihara. (Q.S al Ahzaab 3)
Ketiga : “Wattaqullahal
ladzii ilaihi tuhsyaruun” Dan
bertawakallah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikumpulkan. (Q.S
al Mujaadilah 9)
Keutamaan bertawakal.
Diantara keutamaan yang akan
diperoleh seorang hamba yang bertawakal adalah sebagaimana disebutkan dalam
surat ath Thalaq ayat 3 yaitu Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Allah
berfirman : Waman yatawakkal ‘alallahi
fahuwa hasbuh. Innallaha baalighu amrihii, qad ja’alallahu likulli syai-in
qadraa”. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah pasti mewujudkan urusan (yang
dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap tiap
sesuatu.
Syaikh as Sa’di berkata : “Dan barang siapa yang bertawakal kepada
Allah” maknanya adalah (bertawakal) dalam urusan agama dan dunianya dengan
bergantung sepenuhnya kepada Allah Ta’ala dengan maksud untuk mendapatkan apa
apa yang bermanfaat dan menghindari apa apa yang mudharat serta percaya
sepenuhnya bahwa mereka akan diberi kemudahan.
Selanjutnya Syaikh berkata : “Niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)
nya” . Maksudnya adalah bahwa Allah akan mencukupi keperluan yang
disandarkannya kepada Allah. Dan ketika suatu urusan berada dalam tanggungan
Yang Mahakaya, Mahakuat, Mahaperkasa lagi Mahapenyayang, maka Dia paling dekat
dengan hambaNya melebihi segala sesuatu.
Hanya saja mungkin hikmah ilahi
mengharuskan pemberian itu ditunda sampai waktu yang tepat bagi hamba yang
bersangkutan. Karena itu Allah berfirman : Sesungguhnya
Allah pasti mewujudkan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Maksudnya, keputusan
dan ketetapanNya pasti berlaku. (Kita Tafsir Kariimir Rahman).
Insya Allah bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam. (350).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar