TAFAKUR ATAS DOSA DAN KESALAHAN
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Muqaddimah.
Makna tafakur adalah berfikir,
memikirkan atau merenungkan. Secara hakikat tafakur adalah seperti ungkapan
orang bijak : Berhentilah barang sejenak,
bertafakurlah-berfikirlah-merenunglah, lalu berjalanlah kembali.
Amat disayangkan, disebabkan
perlombaan dalam berbagai bidang kehidupan yang serba modern dan serba cepat
maka kebanyakan manusia saat ini hampir tidak punya lagi waktu sedikitpun untuk
bertafakur.
Padahal Allah subhanahu wa Ta’ala
telah mengingatkan dan menyuruh kita untuk bertafakur. Allah berfirman : “Alladzaina yadzkuruunallaha qiyaaman wa qu’uudan wa ‘alaa junuu bihim
wa yatafakkaruuna fii khalqis samaawaati wal ardhi, rabbana maa khalaqta
haadzaa baathilaan, subhaanaka faqinaa ‘adzaban naar”. (Yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah saat berdiri, duduk atau dalam keadaan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) : Ya Rabb kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia, Mahasuci Engkau ,
lindungilah kami dari adzab neraka. (Q.S Ali Imran 191).
Imam Hasan al Bashri berkata : “Tafakur atau renungan adalah
ibarat cermin yang menampakkan kepadamu kebaikan kebaikanmu dan keburukan
keburukanmu.” Memang setiap saat kita
bercermin untuk melihat kebaikan dan kekurangan diri kita secara fisik. Tapi
Imam Hasan al Bashri telah memberikan nasehat agar senantiasa bertafakur yaitu
antara lain untuk bercermin melihat
perbuatan perbuatan baik dan juga
perbuatan perbuatan buruk yang telah kita
lakukan.
Tafakur
atas dosa dan kesalahan
Sungguh sangatlah banyak hal-hal
yang harus kita tafakuri dalam kehidupan ini. Satu diantaranya adalah tafakur,
merenung dan memikirkan dosa-dosa kita. Diantaranya adalah dosa kepada Allah,
kepada orang tua, keluarga, tetangga, saudara kita sesama muslim bahkan juga
dosa kepada pemimpin dan yang lainnya.
Para sahabat dahulu sangat takut
dengan dosa yang kecil sekalipun. Sampai ada diantara mereka yang berkata :
Jika kami memiliki dosa sebesar nyamuk maka kami merasa memiliki dosa sebesar
gunung Uhud. Manusia belakangan ada yang memiliki dosa sebesar gunung Uhud tapi
mereka merasa punya dosa sebesar nyamuk saja.
Tidak ada manusia yang tidak pernah
berbuat dosa. Andaikata ada seseorang yang berani mengatakan bahwa dia tidak
punya dosa, itupun juga dosa baginya.
Pertama : Dia
telah berbohong, karena mengaku tidak berdosa pada hal tidak ada manusia yang
tidak punya dosa.
Allah berfirman dalam sebuah hadits
Qudsi : “Yaa ‘ibaadii innakum takhtha-uuna bil laili wan nahaar. Wa ana
aghfirudz dzunuuba jami’a. Fastaghfiruunii aghfir lakum.” Wahai hamba-hambaKu kalian melakukan banyak kesalahan pada malam
dan siang hari. Dan Aku mengampuni dosa semuanya. Maka mintalah ampunan
kepadaKu, niscaya akan Aku ampuni. (H.R Muslim).
Rasulullah bersabda : “Kullubni
adam khaththa’ wa khairul khaththainat
tawwabun” Setiap bani Adam banyak berbuat salah dan yang paling baik dari
mereka adalah yang bertaubat (H.R Imam at Tirmidzi)
Kedua : Dia
telah berbuat kesombongan, merasa diri
suci, seolah olah dia adalah orang yang maksum. Allah berfirman : “Falaa tuzakkuu anfusakum. Huwa a’lamu
bimanit taqaa” Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang
paling mengetahui tentang orang orang yang bertakwa. (Q. an Najm 32)
Dua tempat menghapus dosa.
Sungguh Allah Ta’ala Mahapengampun.
Semua dosa orang mukmin akan dihapus kecuali dosa syirik yang belum dimintakan
taubat sebelum mati. Ada dua tempat menghapus dosa.
Pertama : Pada
saat kita hidup didunia sampai nyawa ada ditenggorokan. Diantara caranya adalah
memohon ampun dan bertaubat, mengikuti perbuatan buruk dengan perbuatan baik,
banyak beribadah dan berbuat kebaikan, musibah yang diterima dengan sabar dan
juga ada dosa tertentu yang bisa dihapus dengan membayar kafarat.
Kedua : Pada
saat sudah berada di alam akhirat, dosa
orang muslim juga bisa dihapus. Caranya adalah dibakar dengan api neraka sampai
kita bersih dari dosa. Berapa lama, ya tergantung banyaknya dosa yang bawa ke
alam akhirat.
Sekarang kita tinggal memilih mau
dosa kita dihapus ketika di dunia sehingga kita akan menghadap Allah dengan
qalbun salim atau kita mau dihapus dosa kita nanti di akhirat saja yaitu
dibakar dalam api neraka. Inipun sangat penting pula untuk kita tafakuri dan
renungkan.
Oleh sebab itu mari kita tafakuri
dosa dan kesalahan kita sehingga menjadi dorongan bagi kita untuk mendekatkan
diri kepada Allah dengan banyak beribadah.
Dan insya Allah tafakur yang kita lakukan menjadi dorongan pula untuk
menjauhi berbagai maksiat.
Semoga Allah selalu memberi
kekuatan dan kesempatan kepada kita semua agar dosa-dosa kita diampuni sebelum
meninggalkan dunia ini menuju kampung
akhirat yang abadi.
Wallahu A’lam (345)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar