SEKELUMIT NASEHAT UNTUK PENCINTA DUNIA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Memang
di zaman ini banyak manusia yang seolah olah ingin menghabiskan umurnya untuk
mengejar dunia. Dia telah tertipu oleh dunia, dikira dunia ini akan ada terus
padahal dunia adalah semu, fatamorgana dan fana. Dia merasa dunia adalah segala
galanya dan harus di kejar kalau perlu dengan berbagai cara.
Berikut
ini adalah sedikit nasehat yang
insya Allah bermanfaat bagi saudara saudara saya sesama muslim, terutama yang
saat ini masih terus berjuang habis habisan untuk mengejar dunia.
Pertama : Ketahuilah saudaraku, jika seseorang terus
menerus mencintai dan mengejar kehidupan
dunia dipastikan dia akan lalai terhadap urusan akhirat dan bisa membuat
agamanya rusak. Rasulullah bersabda :
“Maa dzi’baani jaa-i’aani ursilaa fii ghanamin bi afsada lahaa min hirshil
mar’i ‘alal maali wasy-syarafi lidiinih”. Dua serigala lapar yang dilepas
di tengah kumpulan kambing, tak lebih merusak dibandingkan dengan sifat rakus
manusia terhadap harta dan kedudukan yang sangat merusak agamanya. (H.R Imam at Tirmidzi, Imam
Ahmad dan Ibnu Hibban)
Kedua : Ketahuilah bahwa Allah Ta’ala Mahaadil.
Jika seseorang berusaha untuk mendapatkan dunia maka Allah akan memberikan
hasilnya berupa kenikmatan dunia. Di akhirat dia tidak mendapatkan apa apa dan
apa yang mereka dapat berupa kehidupan dunia dengan segala perhiasannya tidaklah bermanfaat sedikitpun
untuk akhiratnya.
Allah
berfirman : “Man kaana yuriidul hayaatad
dun-yaa wa ziinatahaa nuwaffi ilaihim a’maalhum fiihaa wa hum fiihaa laa
yubkhasuun. Ulaa-ikal ladziina laisa lahum fil aakhirati illan naar. Wa habitha
maa shana’uu fiihaa wa baathilun maa kaanuu ya’maluun”.
Barangsiapa
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan)
penuh atas apa yang mereka lakukan di dunia (dengan sempurna) dan mereka di
dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang orang yang tidak memperoleh
(sesuatu) di akhirat kecuali neraka dan sia sialah di sana apa yang telah mereka
usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan. (Q.S Hud
15-16).
Allah
berfirman : “Waman yurid tsawaabad
dun-yaa nu’tihii minhaa. Waman yurid tsawabal aakhirati nu’tihii minhaa.
Wasanajzisy syaakiriin” Barangsiapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan kepadanya pahala (dunia) itu. Dan barangsiapa mengehendaki pahala
akhirat Kami berikan (pula) kepadanya pahala (akhirat) itu. Dan Kami memberikan
balasan kepada orang orang yang bersyukur. (Q.S Ali Imran 145).
Kiranya
dua ayat ini sudah cukup memberi pelajaran yang berharga bagi kita bahwa jika
kita mengejar dunia pasti akan diberi tetapi apa yang kita lakukan itu akan sia
sia dan tidak bermanfaat sedikitpun untuk akhirat.
Ketiga : Semua orang percaya bahwa kehidupan dunia
hanyalah sementara. Keindahannya, kesenangan dan kenikmatannya pasti akan punah. Semua orang meyakini ini.
Tapi sangat banyak orang yang seolah olah tidak tahu, melupakan atau pura pura
lupa karena dunia memang sepintas kelihatan menggiurkan. Ketahuilah bahwa yang harus kita kejar adalah akhirat bukan
dunia. Jangan salah pilih.
Allah
telah memperingatkan hamba hambanya
untuk bersegera mencari akhirat dan mendapatkan surga. Allah berfirman : “Wa saari’uu ilaa maghfiratin min rabbikum
wa jannatin ‘ardhuhas samaawaatu wal ardhu u’iddat lil muttaqiin” Dan
bersegeralah kamu mencari ampunan Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya
seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali
Imran 133).
Kenapa
kita disuruh bersegera ?. Ketahuilah bahwa
kematian akan datang tiba tiba. Jadi bersegeralah. Sehat atau sakit tidaklah merupakan landasan dalam hal kematian. Orang bijak
berkata : Sehat tidaklah menjauhkan seseorang dari kematian dan sakit tidaklah
mendekatkan seseorang kepada kematian. Masih muda tidaklah menjauhkan seseorang
dari kematian dan sudah tua tidaklah mendekatkan seseorang dari kematian. Semua
adalah atas kehendak Allah Ta’ala semata.
Keempat : Orang yang melupakan akhirat pastilah akan
menyesal setelah meninggalkan dunia. Allah berfirman : “Walau
taraa idzil mujrimuuna naakisuu ru-uusihim ‘indarabbihim, rabbanaa absharnaa wa
sami’naa farji’naa na’mal shaalihan inna muuqinuun” Dan (alangkah ngerinya)
jika sekiranya kamu melihat orang orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya
dihadapan Rabbnya. (Mereka berkata) Yaa Rabb kami, kami telah melihat dan
mendengar, maka kembalikanlah kami (kedunia) niscaya kami akan mengerjakan amal
shalih. Sungguh kami adalah orang orang yang yakin. (Q.S as Sajdah 12).
Mereka
menyesal minta dikembalikan ke dunia, untuk apa. Untuk mencari dunia dan
akhirat yang fifty-fifty. Tidak, tidak untuk itu. Tapi mereka yang menyesal itu
meminta agar dikembalikan ke dunia : Untuk
tujuan melakukan amal shalih saja.
Tidak untuk melakukan yang lainnya. Kalau demikian apakah kita yang sudah ada
di dunia masih ingin mencari fifty-fifty antara dunia dan akhirat dan setelah
mati baru menyesal dan mita dikembalikan ke dunia untuk beribadah ?.
Kelima : Orang yang selalu mengejar kehidupan dan
harta dunia maka akan jatuh kepada sifat serakah karena tidak akan pernah
merasa puas. Orang yang serakah akan sangat sulit beribadah dengan ikhlas.
Ketahuilah
bahwa Imam Ibnul Qayyim berkata : Musuh ikhlas itu ada dua, satu diantaranya
adalah sifat serakah. Sifat serakah kata beliau bila bercampur dengan ikhlas
maka yang satu akan membunuh yang lain. Ibarat api dicampur dengan air, tidak
akan pernah bersatu. Kalau apinya besar akan membunuh air dan kalau airnya
besar akan membunuh api. Sifat serakah jika bercampur dengan ikhlas adalah
seperti juga biawak bercampur dengan ikan, yang satu akan membunuh yang lain.
Kalau ikannya lebih besar akan membunuh biawak dan kalau biawaknya lebih besar
maka akan membunuh ikan. (Lihat Fawaidul Fawaid)
Keenam : Ketahuilah
bahwa Allah Ta’ala menurunkan
rahmatNya ke alam dunia ini 1 bagian saja. Rasulullah Salallahu alaihi
wassallam pernah menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah memiliki 100 rahmat,
sementara Dia menurunkan rahmat itu hanya 1 bagian saja di dunia ini, di antaranya untuk jin,
manusia, hewan, dan binatang serangga. Dengan rahmat itulah mereka saling
santun-menyantuni dan sayang-menyayangi. Dengan rahmat yang 1 bagian itu pula
binatang buas mengasihi anaknya.
Dan Allah Ta’ala akan mengakhirkan 99 bagian
dari rahmatNya itu di hari akhirat kelak. Sebagaimana dijelaskan oleh
Rasulullah Saw. dalam sabdanya: “Sesungguhnya Allah memiliki 100
rahmat. 1 bagiannya Dia turunkan untuk jin, manusia dan hewan. Dengan
rahmat itu mereka saling santun menyantuni dan sayang menyayangi sehingga
binatang buas sekalipun menyayangi anaknya. Sementara 99 bagian rahmatNya yang lain akan Allah berikan
kepada hamba-hamba yang dirahmatiNya di hari kiamat”.(H.R Imam Muslim)
Untuk
siapakah rahmat itu? Rahmat Allah yang 99 bagian itu tentu hanya diberikan kepada para penghuni surga. Karena surga adalah reward
untuk orang-orang yang beriman dan beramal shalih, dari kalangan para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin.
Jadi
rahmat Allah yang kita kejar di dunia ini hanya 1 bagian dari 100 rahmat yang
Allah turunkan ke bumi. Lalu yang 99 bagian lainnya mau kita abaikan demi
mendapatkan yang 1 bagian karena cara berfikir kita yang sungsang. ? Allahu
Akbar.
Ketujuh : Ada yang mengatakan bahwa dunia dan akhirat itu
harus dikejar dengan seimbang atau fifty fifty. Orang yang berpikiran seperti
ini sebenarnya dia telah berbohong untuk menutup upaya dan kecintaannya
mengejar dunia. Perhatikanlah, apakah mereka sanggup untuk memanfaatkan waktu mengejar
dunia hanya 12 jam dan untuk urusan
akhirat atau beribadah 12 jam pula ?. Ini adalah pertanyaan yang sangat sulit
untuk dijawab dengan benar.
Kedelapan : Para pencinta dunia yang selalu mengejar
dan mengumpulkan harta, mungkin berfikir
bahwa kalau dia memiliki harta yang banyak maka semua kebutuhan dan kenikmatan
hidup bisa dibeli. Ketahuilah saudaraku bahwa tidak semua bisa dibeli dengan uang.
Perhatikanlah
beberapa ungkapan orang bijak berikut ini : (1) Uang memang bisa membeli
makanan yang paling enak dan paling mahal, tapi uang tidak mampu membeli selera
makan padahal untuk makan, manusia butuh selera makan. (2) Uang memang bisa
membeli tempat tidur yang empuk dan paling mahal, tapi uang tidak mampu membeli
tidur padahal manusia butuh tidur. (3) Uang memang bisa membeli peralatan
komputer yang paling canggih, tapi uang
tidak mampu membeli otak padahal manusia butuh otak. (4) Uang memang
bisa membeli sex tapi uang tidak mampu membeli cinta dan kasih sayang padahal
manusia butuh cinta dan kasih sayang. (5) Uang
memang bisa membeli rumah yang paling mewah dan paling mahal tapi uang
tidak mampu membeli home sweet home, sungguh tidak ada mata uang yang paling
kuatpun di dunia ini, mampu membeli
baiti jannati, rumahku surgaku.
Selanjutnya
mari kita perhatikan nasehat uswatun hasanah kita yaitu Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam. Dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :“Laisal ghinaa katsratil ‘aradhi walakinal
ghinaa ghinal nafsi” Kaya bukanlah
diukur dengan banyaknya kemewahan dunia. Namun kaya (ghina’) adalah hati yang
selalu merasa cukup. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Dalam
riwayat Ibnu Hibban, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam memberi nasehat berharga kepada
sahabat Abu Dzar. Abu Dzar radhiyallahu
‘anhu berkata : “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
berkata padaku, “Wahai Abu Dzar, apakah engkau memandang bahwa banyaknya harta
itulah yang disebut kaya (ghani)?” “Betul,” jawab Abu Dzar. Beliau bertanya
lagi, “Apakah engkau memandang bahwa sedikitnya harta itu berarti fakir?”
“Betul,” Abu Dzar menjawab dengan jawaban serupa. Lantas beliau pun bersabda,
“Sesungguhnya yang namanya kaya (ghani) adalah kayanya hati (hati yang selalu
merasa cukup). Sedangkan fakir adalah fakirnya hati (hati yang selalu merasa
tidak puas).” (H.R Ibnu Hibban).
Kesembilan : Jika ada yang
mengatakan bahwa hidup di dunia adalah separo untuk mencari dunia dan separo
untuk akhirat maka ini adalah ungkapan yang tidak tepat. Mungkin dia berdalil
dengan surat al Qashash 77 : “Wabtaghi
fiimaa ataakallahud darul aakhirah. Walaa tansa nashiibaka minad dun-yaa. Wa
ahsin kamaa ahsanallahu ilaika. Walaa tabghil fasaada fil ardhi. Innallaha laa
yuhibbul mufsidiin”. Dan carilah pada sesuatu yang telah
dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu
melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada hamba
hamba Allah) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di
(muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang orang yang berbuat
kerusakan. (Q.S al Qashash 77).
Ayat
77 dari surat al Qashash ini bukanlah bermakna
bahwa manusia berkewajiban mencari dunia dan akhirat secara seimbang
atau dengan istilah yang sering dipakai fifty-fifty. Tidak, tidak demikian
maknanya.
Ketahuilah
bahwa ayat 77 ini bukanlah ayat yang berdiri sendiri tapi adalah satu kesatuan dengan ayat sebelum
dan sesudahnya yaitu ayat 76 sampai 82. Ayat 76, 78 sampai 82 adalah berkisah tentang Qaarun. Qaarun,
sebagaimana kita ketahui adalah makhluk Allah yang hidup di zaman nabi Musa,
bahkan dia adalah anak paman nabi Musa. Setelah dia kaya raya, datang
kesombongan dan kekikirannya.Dia tidak mau menginfakkan sebagian hartanya
maka akhirnya dia ditenggelamkan Allah
kedalam bumi bersama hartanya.
Nah,
ayat 77 al Qashash ini adalah juga tentang Qaarun yaitu berupa nasehat yang
penting dan terutama ditujukan kepada Qarun yang melalaikan akhirat dengan
hartanya yaitu sangat pelit atau kikir untuk membelanjakan hartanya di jalan
Allah. Lalu ditegur melalui ayat ini. Lihatlah kalimat pembuka ayat ini :“Dan
carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu” Yaitu bersedekahlah dan berinfaklah dengan harta yang telah
diberikan Allah kepada engkau wahai Qaarun (dan juga orang orang yang
semisalnya).
Perhatikanlah saudaraku : (1)
Jika anda hidup untuk mencari dunia separo dan mencari akhirat separo atau
dengan istilah fifty fifty berarti anda
berada posisi berseberangan dengan firman Allah dalam surat adz Dzaariat 56 : Wa maa
khalaqtul jinna wal insa illaa li ya’buduun”
Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka beribadah kepada-Ku.
Ayat ini menjelaskan bahwa umur anda semuanya harus digunakan untuk ibadah kepada
Allah. Prof. DR Hamka dalam Kitab Tafsir al Azhar menyebutkan bahwa tidak ada
kegunaan manusia diciptakan Allah kecuali hanya untuk beribadah kepada-Nya.
(2) Allah memberikan nikmat kepada anda
terus menerus mulai sejak anda masih dalam kandungan sampai wafat. Nikmat Allah
yang anda manfaatkan terus menerus ada pada setiap detik dari kehidupan anda.
Bahkan nikmat Allah yang anda peroleh tidak terhingga, tidak bisa dihitung.
Lalu anda hidup di dunia pakai hitungan fifty fifty untuk dunia dan akhirat.
Allah berfirman : “Wain ta’udduu
ni’matallahi laa tuhshuuhaa, innal insaana lazhaluumun kaffaar”. Dan jika
kamu menghitung nikmat Allah niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.
Sungguh manusia itu sangan zhalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah) Q.S
Ibrahim 34.
Sebagai penutup kami nukilkan satu
firman Allah yang wajib kita perhatikan, yaitu dalam surat Faathir ayat 5 : “Yaa aiyuhan nasu inna wa’dallahi haqqun
falaa taghurran nakumul hayaatud dun-yaa, walaa yaghurrannakum billahil
gharuur”. Wahai manusia. Sungguh janji Allah itu benar maka janganlah
kehidupan dunia memperdayakan kamu dan janganlah (syaithan) yang pandai menipu
memperdayakan kamu tentang Allah.
Mudah mudahan bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(341)
Renungan
BalasHapus