CARA MERAIH SIKAP TAKWA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Secara bahasa kata takwa bermakna menjaga diri
atau berhati hati. Membuat perisai antara diri kita dengan yang ditakuti, karena ada kekhawatiran dan ketakutan kita
terhadap sesuatu, sehingga terhindar dari yang kita takuti itu.
Ibnu Mas’ud berkata bahwa makna takwa yaitu
hendaklah Allah ditaati tidak dimaksiati, diingat tidak dilupakan dan disyukuri
tidak diingkari.
Dalam Kitab Jami’ul Ulum wal Hikam disebutkan bahwa meninggalkan dosa, baik yang kecil
maupun yang besar dan itulah ketakwaan. Berbuatlah seperti orang yang berjalan
diatas tanah yang penuh onak dan duri berhati-hatilah terhadap yang engkau
lihat. Janganlah engkau meremehkan dosa kecil karena gunung pun tersusun dari
kerikil.
Abu Hurairah ditanya
oleh seseorang tentang takwa. Dijawab : Apakah engkau
pernah melewati jalan yang penuh onak dan duri. Orang itu menjawab : Ya pernah. Abu Hurairah bertanya lagi :Lalu apa
yang engkau lakukan?. Orang
itu menjawab : Jika aku melihat
duri aku menghindar, melewati atau aku berhati-hati darinya. Abu Hurairah berkata : Itulah makna
takwa (Jamiul ‘ulum wal Hikam).
Seorang Tabi’in yaitu Thalq bin Habib berkata: Apabila terjadi
fitnah (ujian),
padamkanlah fitnah itu dengan takwa. Orang-orang bertanya : Apakah takwa itu ? Thalq menjawab : Takwa adalah
engkau melakukan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah karena
mengharap pahala dari-Nya. Dan engkau meninggalkan segala bentuk kemaksiatan
kepada-Nya berdasarkan cahaya dari-Nya karena takut terhadap siksa-Nya. (Ibnul Mubarak, dalam Kitab az Zuhd).
Para ulama mengatakan bahwa ini adalah sebaik-baik makna atau
definisi takwa. Ketahuilah bahwa yang dimaksud dengan
cahaya Allah dalam
makna ini adalah Iman dan Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as Sunnah yang shahih berdasarkan
pemahaman salafush shalih.
Dimana saja seseorang
harus bertakwa.
Lalu dimana seseorang harus bertakwa. Apakah di masjid, di
majlis taklim atau pada acara kegiatan keagamaan saja. Sungguh tidak demikian,
tetapi takwa itu tidak boleh tidak harus
menyertai diri seorang hamba dimanapun dia berada.
Bukankah Rasulullah bersabda: “Ittaqillah
haitsuma
kunta”. Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada. (H.R Imam at Tirmidzi).
Maksudnya adalah bertakwa kepada
Allah disaat sepi maupun ramai. Ketika dilihat manusia ataupun tidak.
Ketahuilah bahwa bertakwa dikala ramai lebih mudah daripada bertakwa disaat
sendirian.
Meraih sikap takwa
Wajib bagi setiap muslim untuk
meraih takwa demi
keselamatannya di dunia dan di akhirat. Ketahuilah bahwa surga telah disediakan atau hanya
disediakan Allah Ta’ala buat orang orang yang bertakwa, tidak
untuk yang selainnya. Allah berfirman : “Wa
saari-‘u ilaa maghfiratin min rabbikum, wa jannatin ‘ardhuhas samaawaatu wal
ardhu, u-‘iddat lil muttaqiin” Dan bersegeralah kamu mencari ampunan
dari Rabbmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang
disediakan bagi orang orang yang bertakwa. (Q.S Ali Imran 133).
Sungguh dengan
ketakwaan seseorang akan mendapatkan jalan keluar dari masalah yang
dihadapinya. Allah berfirman : “Waman
yattaqillaha yaj’al lahuu makhraja” Dan barangsiapa yang bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. (Q.S at Talaaq 2).
Secara kontekstual ayat ini berlaku umum, maksudnya siapa pun
yang bertakwa kepada Allah dan meniti ridhaNya dalam berbagai keadaan maka
Allah akan memberinya balasan pahala di dunia dan di akhirat. Diantara
balasanNya secara garis besar adalah diberikan pintu keluar dari berbagai
keadaan sulit dan susah. (Tafsir Kariimir Rahman, Syaikh as Sa’di).
Salah satu perintah utama dalam syariat Islam adalah perintah
untuk bertakwa dengan sebenar benarnya takwa. Allah berfirman : “Yaa aiyuhal ladziina aamanuut taqullaha
haqqa tuqaatihiii, walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun”. Wahai orang orang yang beriman.
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar benar takwa kepadaNya dan janganlah
kamu mati kecuali dalam keadaan muslim. (Q.S Ali Imran 102).
Sungguh sangat banyak cara untuk
mencapai takwa diantaranya adalah:
Pertama : Belajar ilmu syar’i lalu bersegera dan
istiqamah mengamalkannya.
Ketahuilah bahwa belajar ilmu wajib baik kaum muslimin baik
laki laki maupun perempuan. Rasulullah bersabda : “Thalibul ‘ilmi fardhatun ‘ala kulli muslim” Belajar ilmu
adalah wajib bagi setiap muslim.
(H.R Imam Ahmad dan Ibnu Majah)
Sungguh (1) Tidaklah seorang hamba bisa mengingat Allah
secara benar kecuali dengan ilmu (2) Tidaklah seorang hamba bisa melakukan
ketaatan kepada Allah dengan benar kecuali dengan ilmu. (3) Tidaklah seorang
hamba bisa bersyukur atas nikmat Allah
kecuali dengan ilmu (4) Tidaklah seorang hamba bisa bersabar secara benar terhadap ujian yang diberikan Allah kecuali
dengan ilmu.
Mengamalkan ilmu adalah kewajiban
seorang yang telah mengetahui suatu ilmu. Ilmu tidak bermanfaat jika tidak
diamalkan. Sesungguhnya buah ilmu adalah amal. Dan Allah hanya akan memberikan
balasan berdasarkan amal yang dilakukan.
Allah berfirman :
“Innama tujzauna ma kuntum ta’malun.” Sesungguhnya kamu diberi balasan terhadap apa
yang telah kamu kerjakan. (Q.S. Ath Thuur 16).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan makna ayat ini bahwa Allah tidak akan
pernah menzhalimi seorangpun. Bahkan sebaliknya. Dia senantiasa memberikan
balasan kepada setiap orang sesuai dengan amalnya.
Sungguh Allah Ta’ala mencela orang yang mengetahui tapi tidak mengamalkannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman : “Ata’muruunan naasa bil birri wa tansauna anfusakum wa antum tatluunal
kitaab, afalaa ta’qiluun”. Mengapa kamu suruh orang lain (melakukan) kebajikan sedangkan kamu
melupakan (kewajiban) dirimu sendiri pada hal kamu membaca Kitab. . Maka tidakkah kamu
berfikir.” ? (Q.S.
al Baqarah 44).
Dalam kitab Tafsir Karimiir Rahman, Syaikh
as Sa’di antara lain menjelaskan bahwa ayat ini turun, walaupun kepada Bani Israil,
namun bersifat umum kepada setiap orang, karena ini adalah firman Allah.
Selanjutnya Syaikh berkata : Barangsiapa yang menyuruh orang lain kepada
kebaikan lalu dia tidak melakukannya atau melarang dari kemungkaran namun dia tidak
meninggalkannya maka hal itu menunjukkan tidak ada akal padanya. Dan ini suatu
kebodohan. Khususnya bila dia telah mengetahui hal itu dan hujjah benar-benar telah ditegakkan atasnya.
Sufyan ats Tsauri berkata : Bahwa sungguh ilmu dipelajari untuk (diamalkan) dan dijadikan sebagai sarana bertakwa kepada Allah.
Kedua : Melaksanakan perintah dan menjauhi
larangan Allah
Ini adalah aplikasi dari takwa.
Tidaklah dikatakan bertakwa jika menyelisihi perintah Allah dan mengabaikan larangannya. Allah berfirman : “Waman yuti’illaha
warasuulahuu, wa yakhsyallaha wa yattaqhi, fa ulaaika humul faa-izuun”. Dan barangsiapa taat kepada Allah
dan rasulnya, serta takut kepada Allah dan bertakwa kepadanya, maka itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S an Nur 52).
Ketiga : Bergaul dengan orang orang
yang selalu menjaga ketakwaannya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.
Teman dan lingkungan sangatlah berpengaruh pada diri
seseorang. Itulah sebabnya Rasulullah mengingat kita untuk memilih teman.
Tidaklah dianjurkan bersahabat karib dengan orang orang fasik, fujur atau yang semisalnya.
Rasulullah bersabda : “Arrajulu ‘alaa diini khaliilih, falyanzhur
ahadukum man yukhaalil” Seseorang itu bergantung kepada agama teman
dekatnya. Oleh karena itu hendaklah salah seorang dari kalian memperhatikan
siapa yang akan dijadikan teman dekatnya. (H.R at Tirmidzi dan Abu Dawud)
Ketahuilah bahwa (1) Pertemanan
dengan orang bertakwa adalah suatu nikmat yang besar. (2) Pertemanan
dengan orang bertakwa itu karena Allah bukan karena yang lain. (3) Pertemanan
dengan orang bertakwa insya Allah akan langgeng dari dunia sampai akhirat (4) Pertemanan
dengan orang bertakwa akan selalu saling mendoakan untuk kebaikan. (5) Pertemanan
dengan orang bertakwa akan selalu saling ingat mengingatkan tentang kebaikan. (6) Pertemanan
dengan orang bertakwa akan saling memberi udzur dan memaafkan jika ada
kesalahan dan
kekurangan..
Keempat : Selalu merasa diawasi oleh Allah Ta’ala.
Sungguh Allah memiliki Sifat sifat yang Mahaagung, Dzat yang Mahamengetahui dan senantiasa melihat dan mengawasi hamba hambaNya. Allah berfirman : “…Wa huwa ma’akum aina maa kuntum,
wallahu bima ta’maluuna bashiir”. ... Dan
dia bersama kamu dimana saja kamu berada. Dan Allah Mahamelihat apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. al Hadid 4)
Imam Ibnu Katsir berkata : Maksudnya adalah Allah senantiasa menyaksikan kalian
dan menyaksikan amal kalian. Bagaimanapun keadaan kalian dan dimana saja kalian berada di daratan atau di lautan, siang ataupun
malam, di rumah ataupun di padang pasir,
semua itu berada dalam pengetahuan, pengawasan dan pendengaranNya.
Sungguh seseorang yang merasa yakin selalu dilihat dan diawasi
Rabbnya, dan tentu akan
mendorongnya untuk terus berupaya
melakukan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala apa yang dilarang Allah
untuk bisa mencapai posisi terbaik yaitu posisi orang orang yang bertakwa.
Kelima : Banyak berdoa agar diberi sifat takwa.
Salah satu jalan atau cara yang tidak boleh diabaikan untuk
meraih ketakwaan adalah dengan banyak berdoa kepada Allah. Rasulullah
mengajarkan kepada umatnya salah satu doa yang sering beliau baca : “Allahumma inni as’alukal huda, wattuqa wal ’afaf wal ghina”. Ya Allah sesungguhnya aku memohon Engkau agar
diberi petunjuk, ketakwaan, kesucian diri dan kecukupan. (H.R. Muslim).
Mudah mudahan bermanfaat untuk kita semuanya. Wallahu A’lam.
(328)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar