SAHABAT MENANGIS MENJELANG WAFAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Disebutkan dalam berbagai riwayat
bahwa para sahabat banyak yang menangis menjelang wafatnya. Tetapi tangis
mereka tidak sedikitpun terkait atau tersebab akan berpisah dengan sesuatu yang
mereka cintai dalam urusan duniawi. Sungguh sebab sebab menangisnya mereka
memberikan pelajaran berharga buat kita dalam menjalani kehidupan dan kematian
yang pasti datang kepada kita semua.
Diantara kisah menangisnya para
sahabat adalah :
Pertama : Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab.
Umar bin Khaththab adalah Khalifah
ke dua setelah Abu Bakar ash Shiddiq. Beliau ditunjuk sebagai Khalifah atau
Amirul Mukminin, oleh Khalifah pertama Abu Bakar ash Shiddiq yaitu beberapa
waktu sebelum beliau wafat yakni pada tahun ke 13 H. Umar bin Khaththab menjadi
Amirul Mukminin selama 10 tahun yaitu sampai tahun 23 H. Beliau disebut sebagai
pemimpin yang sangat adil. Beliau adalah salah seorang dari sahabat yang
dijamin masuk surga.
Diriwayatkan bahwa setelah ditikam
oleh Abu Lu’luah seorang budak Majusi, pada saat mengimami shalat shubuh.
Beliau mengalami luka parah pada
perutnya.
Beberapa hari sebelum wafat beliau menangis.
Lalu orang orang bertanya : Wahai Amirul Mukminin apa yang menyebabkan engkau
menangis. Orang orang berkata kepadanya : Bergembiralah, karena melalui dirimu
Allah telah menampakkan keadilan. Tetapi beliau terus menangis dan berkata :
Bukankah aku akan dihadapkan kepada Rabbul ‘Alamin, lalu saya akan ditanya
perkara umat ini. Demi Allah sekalipun seandainya aku telah berlaku adil diantara mereka tentu aku masih takut tentang
diriku bahwa mereka tidak memberikan kesaksiannya dihadapan Allah kecuali
kesaksian yang didiktekan Allah kepada mereka. Lalu bagaimana dengan banyaknya perkara yang aku lalaikan ?. Air matanya
mengalir deras.
Ketika telah dekat ajalnya, Umar
berkata : Dudukkan aku. Lalu beliau didudukkan. Kemudian beliau berkata : Aku
yang Engkau perintahkan ya Allah, tapi aku tidak sepenuhnya mengerjakannya dan
aku yang Engkau perintahkan ya Allah tapi aku durhaka. Kalimat ini diucapkannya
sampai tiga kali. Lalu Umar mengucapkan : Laa ilaha ilallah. Dia mengangkat
kepala dan pandangannya berubah tajam.
Dia ditanya apa yang dilihatnya. Umar
menjawab : Sesungguhnya aku melihat ada yang datang, mereka bukan dari golongan
manusia dan bukan pula dari golongan jin. Kemudian beliau wafat. Innalillahi wa
inna ilaihi raaji’uun.
Demikianlah keadaan saat saat
terakhir menjelang wafatnya Umar bin
Khaththab. Beliau menangis karena takutnya kepada Allah Ta’ala karena (1)
Sebagai Amirul Mukminin beliau akan ditanya tentang umat yang dipimpinnya. (2)
Beliau merasa banyak perintah Allah yang belum dilakukannya dan banyak pula
durhaka terhadap perintah Allah.(3) Beliau merasa banyak perkara yang dillaikannya.
Kedua : Abdurrahman bin “Auf
Dia adalah salah satu diantara
sahabat yang dijamin masuk surga.
Abdurrahman bin ‘Auf juga dikenal sebagai salah satu sahabat yang sangat kaya
tapi dermawan. Beliau telah
menginfakkan hartanya dalam jumlah yang sangat banyak di jalan Allah untuk
menegakkan dan membela Islam.
Pada saat mau meninggal dia
menangis. Orang orang bertanya. Lalu dijawab : Aku khawatir Allah telah
memberikan balasan (yaitu melalui nikmat rizki yang banyak bagiku) atas semua
kebaikan dan amal shalih yang aku lakukan. Aku khawatir di akhirat aku tidak
memperoleh apa apa lagi dari amal shalihku.
Jadi Abdurrahman bin ‘Auf menangis menjelang
wafat karena (1) Merasa sudah diberikan nikmat yang banyak di dunia yaitu rezki
dan harta yang berlimpah, yaitu sebagai balasan dari amal kebaikan yang dia
lakukan. (2) Kalau memang demikian halnya maka dia merasa di akhirat tidak akan
mendapat bagian apa apa lagi dari amalnya.
Ketiga : Abu Hurairah.
Dia adalah salah satu sahabat yang
paling banyak meriwayatkan hadits. Dalam Kitab Ensiklopedi Islam disebutkan
bahwa dia meriwayatkan hadits sebanyak 5.374 hadits, yang sesudahnya adalah
Abdullah bin Umar meriwayatkan 2.630 hadits dan Anas bin Malik 2.266 hadits.
Abu Hurairah termasuk salah satu
penolong (agama) Allah melalui hadits hadits yang dihafal dan diriwayatkannya. Dia memiliki waktu yang banyak untuk selalu
bersama Rasulullah dan itulah salah satu sebab dia menjadi sahabat nomor satu
dalam meriwayatkan hadits. Imam al Bukhari berkata bahwa lebih dari 800 orang
sahabat dan Tabi’in yang meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah.
Pada saat menjelang wafatnya beliau
menangis. Lalu ditanya kenapa beliau menangis. Abu Hurairah menjawab : Perjalanan
menuju akhirat itu sangatlah panjang dan
berat, tapi perbekalanku hanya sedikit. Jadi
beliau takut kalau bekalnya tidak cukup. Bukankah jika seseorang akan melakukan
perjalanan yang panjang dan berat memerlukan bekal yang banyak.
Ketahuilah bahwa rute perjalanan
yang akan kita tempuh menuju negeri akhirat adalah persis sama seperti yang akan dilalui
Abu Hurairah, dan sebagaimana manusia umumnya, yaitu dimulai dengan sakaratul
maut, kematian, alam kubur dan fitnahnya, padang Mahsyar yang berat, timbangan
amal, melalui shiraat dan seterusnya sebelum sampai di surga atau neraka.
Nah kalau sahabat sekelas Abu
Hurairah menangis ketika akan wafat karena merasa kekurangan bekal lalu
bagaimana dengan saya dan anda yang saat ini masih hidup. Masih pantaskah kita
banyak bersenda gurau dan tertawa sehingga lalai dalam mempersiapkan bekal
menuju akhirat ? Mari bertanya kepada diri masing masing, seberapakah amal
shalih kita jika dibandingkan dengan Abu Hurairah. Pertanyaan : Mungkinkah kita
menangis sebelum wafat, kalaupun memang menangis lalu apa yang kita tangisi ?
(Lihat Kitab Rihlah ilad Darul
Akhirah, Syaikh Mahmud al Mishri Abu Amar)
Wallahu A’lam. (334)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar