HIKMAH DIBALIK MUSIBAH
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Musibah selalu akan datang kepada manusia kapan saja Allah
berkehendak. Musibah itu bisa terjadi pada diri seseorang, keluarganya,
hartanya atau yang lainnya. Itu ketetapan Allah yang pasti terjadi.
Banyak ayat al Qur-an dan as Sunnah yang menjelaskan hal ini,
diantaranya adalah firman Allah : “Ahasiban
naasu an yutrakuu an yaquuluu aamannaa wa hum laayuftanuun” Apakah manusia itu mengira bahwa mereka akan
dibiarkan dengan hanya mengatakan, kami telah beriman dan mereka tidak diuji ?.
(Q.S al Ankabuut 2).
Rasulullah bersabda : “Matsalul
mu’mini kamatsaliz zar’i, laa tazaalur riihu tamiluhu, walaa yazaalul mu’minu
yushibuhul bala’. Perumpamaan seorang mu’min tak ubahnya seperti tanaman, angin
akan menerpanya, ia akan selalu mendapat cobaan. (H.R Imam Muslim)
Jika ada musibah maka pertanyaan yang sering muncul adalah
apakah musibah ini ujian, peringatan atau adzab. Sebenarnya pertanyaan ini
tidak perlu menjadi masalah. Bukankah itu semua sudah merupakan ketetapan
Allah. Allah telah berfirman : “Qul lan
yushiibanaa illa maa kataballhu lanaa, huwa maulaanaa wa ‘alallahi fal
yatawakkalil mu’minuun”. Katakanlah (Muhammad) : Tidak akan menimpa kami
melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami dan
hanya kepada Allah bertawakkal orang orang yang beriman.
Oleh karena itu yang penting adalah bagaimana menyikapinya. Jika menerima dengan
menggerutu dan mendongkol maka akan mendatangkan tiga macam kerugian. (1)
Terima atau tidak, mendongkol atau tidak musibah itu tetap sudah terjadi karena
itu sudah ketetapan Allah. (2) Tidak mengambil pelajaran dari musibah sebagai
sarana untuk muhasabah atau introspeksi diri. (3) Jika tidak menerima dengan
sabar maka akan mendatangkan dosa.
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin
mengatakan bahwa : Bersabar itu wajib hukumnya dan beliau menyebutkan firman
Allah dalam surat al Anfal ayat 46 : “Washbiruuu, innallaha ma’ash shaabiriin” Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah bersama
orang orang yang sabar.
Ada diantara guru guru
kita yang menjelaskan, Allahu A’lam,
bahwa musibah ini bermuara pada tiga keadaan :
Pertama : Musibah bagi orang orang yang
fujur dan selalu bermaksiat adalah bentuk
adzab yang diberikan di dunia
sebelum adzab yang lebih berat di akhirat kelak.
Kedua : Musibah bagi orang orang yang kadang
kadang taat dan kadang kadang bermaksiat adalah bentuk peringatan agar dia sadar dan selalu menjaga ketaatannya
serta berusaha menjauhkan dirinya dari maksiat.
Ketiga : Musibah bagi orang orang yang
beriman dan selalu beramal shalih adalah bentuk
ujian. Ketahuilah bahwa dibalik
ujian itu ada hikmah yang besar dan bermanfaat.
Khusus untuk point ketiga ini penulis ingin menukil sedikit
peristiwa atau musibah berupa ujian yang pernah menimpa Prof. DR. Haji Abdul
Malik Karim Amrullah yang kita kenal dengan sebutan Buya Hamka. Diantara
tulisan atau karya beliau yang paling monumental adalah Kitab Tafsir al Azhar.
Beliau menceritakan : Pada tanggal
12 Ramadhan 1383 H atau 27 Januari 1964 M. kira kira pukul 11 siang yaitu
sehabis memberikan kajian untuk kaum Muslimat di Masjid al Azhar Kebayoran Baru
Jakarta Selatan saya pulang kerumah untuk sedikit beristirahat menjelang
masuknya waktu shalat zuhur.
Belum setengah jam saya berada di
rumah lalu datanglah empat orang tamu. Saya mengira bahwa tamu tersebut adalah
pengurus salah satu masjid yang akan meminta saya untuk memberikan ceramah atau
kajian di masjidnya. Ternyata dugaan saya salah dan tak pernah terbayang
sedikitpun sebelumnya. Rupanya tamu tersebut adalah petugas keamanan. Setelah saya temui tamu tersebut, tanpa banyak bicara,
seorang diantara mereka menyerahkan selembar surat kepada saya. Setelah saya baca ternyata surat itu adalah
perintah penangkapan terhadap diri saya. Kemudian saya dibawa dan dimasukkan ke
rumah tahanan.
Selanjutnya beliau mengatakan :
Saya mendapat pengalaman dan hikmah yang sangat besar, yaitu dalam meresapi
intisari ayat 5 dan 6 surat al
Insyiraah. Allah berfirman : “Fa inna
ma’al ‘usri yusra. Inna ma’al ‘usri yusraa”. Maka sesungguhnya bersama
kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.
Maka biarpun (dalam tahanan) saya
tidak mau bermenung diri. Lalu datang petunjuk dari Allah. Segera saya baca al
Qur-an. Pada 5 hari pertama berada dalam tahanan saya telah mengkhatamkan al
Qur an tiga kali. Setelah itu saya tidak banyak lagi berfikir kapan saya bisa
keluar.
Ketahuilah saudaraku, selama dalam
tahanan beliau membagi waktu antara
mengkhatamkan bacaan al Qur-an dan menulis tafsir al Qur-an, disamping
melakukan ibadah ibadah lainnya. Dengan pertolongan Allah Ta’ala, hasilnya
sangatlah mengagumkan.
Pertama : Dalam waktu dua tahun empat bulan berada di tahanan,
beliau telah mengkhatamkan al Qur-an lebih dari 150 kali. Kalau kita hitung
dengan masa beliau berada di tahanan berarti beliau mengkhatamkan al Qur-an antara
tiga sampai empat hari sekali.
Kedua : Yang lebih mengagumkan lagi bahwa disamping mengkhatamkan
al Qur an lebih dari 150 kali beliau juga menyelesaikan tafsir al Qur an yaitu
Tafsir Al Azhar sebanyak 28 juz. Untuk diketahui, sebelum masuk tahanan beliau
telah menyelesaikan tafsir al Qur an 2
juz yaitu juz 18 dan juz 19.
Sungguh itulah hikmah dan prestasi
yang besar, meskipun berada dalam tahanan. Semuanya itu beliau capai tentulah
dengan pertolongan Allah Ta’ala serta
niat yang ikhlas untuk mencari ridha Allah semata.
Mudah mudahan apa yang telah beliau
lakukan ini semua menjadi amal shalih bagi beliau dan juga menjadi pelajaran
yang bermanfaat bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (336)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar