REBUTAN MENOLAK JABATAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Pada suatu kali, Khalifah Umar bin Abdul Aziz akan mengangkat
seseorang untuk menjadi Qadhi (Kepala Pengadilan) di Bashrah. Pada zaman itu
jabatan sebagai qadhi adalah suatu jabatan yang sangat bergengsi di masyarakat.
Khalifah menugaskan seorang kepercayaannya setingkat mentri
yaitu Adi bin Arthas, untuk memilih satu diantara dua orang yang sangat berilmu
dan pantas menduduki jabatan Qadhi, yaitu : Iyas bin Muawiyah al Muzani atau al
Qasim bin Rabi’ah al Haritsi.
Lalu Iyas dan al Qasim diundang untuk bertemu Adi bin Arthas.
Membuka pertemuan tersebut Adi bin Arthas berkata : Saya ditugaskan Khalifah
untuk mengangkat satu diantara anda berdua untuk menjadi Qadhi di Bashrah.
Bagaimana pendapat anda.
Calon pertama : Iyas bin Muawiyah al Muzani.
Iyas berkata : Saya
tidak pantas menjadi Qadhi karena sungguh saya melihat ada yang lebih cocok dan
lebih baik daripada saya untuk menduduki jabatan itu, yakni al Qasim. Untuk mendukung pendapatnya,
Iyas menceritakan kebaikan dan keutamaan
yang banyak dari al Qasim dibanding dirinya.
Calon kedua : Al Qasim bin Rabi’ah al Haritsi.
Giliran al Qasim berbicara : Sungguh saya tidak pantas
menjadi Qadhi karena ada yang lebih baik
dan lebih mampu daripada saya
untuk memegang jabatan ini yaitu
Iyas bin Muawiyah. Lalu al Qasim menguraikan panjang lebar tentang kelebihan
dan keutamaan Iyas dibanding dirinya.
Tidak ada diantara dua
calon ini yang menyebutkan sedikitpun tentang keutamaan dirinya apalagi berpromosi untuk bisa diangkat menjadi Qadhi.
Sebenarnya kedua calon ini tidak menolak tapi mereka beranggapan bahwa dia
tidak lebih baik dari calon yang lain. Begitulah gambaran ketawadhu’ an orang shalih
dan berilmu saat itu.
Akhirnya setelah diskusi yang panjang dan mendengarkan berbagai
argumentasi diantara dua calon untuk tidak memilih dirinya, maka Adi bin Arthas
berkata : Kita tidak boleh keluar dari ruangan ini sebelum diputuskan siapa
yang akan menjadi Qadhi karena ini adalah tugas dari Khalifah. Untuk itu izinkan
saya mengambil keputusan dan harap anda menerimanya. Saya memutuskan untuk
mengangkat Iyas bin Muawiyah sebagai Qadhi. (Kitab Jejak Tabi’in, DR.
Abdurrahman Basya)
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan keadaan kita saat
ini. Masih adakah orang orang yang merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk
menduduki suatu jabatan ? Ataukah masih banyak yang meminta bahkan berebut
jabatan. Kita boleh berprasangka baik, mudah mudahan semua itu dilakukan dengan
niat ikhlas dalam rangka mencari ridha Allah semata.
Wallahu a’lam. (129)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar