JANGAN SUKA MENYALAHKAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh tidaklah ada manusia yang tidak pernah berbuat
kesalahan. Tidak ada seorangpun yang ma’sum, kecuali para Nabi dan Rasul yang
jika ada kesalahan langsung diingatkan Allah. Rasulullah bersabda : “Kullubni
aadam khaththa’un, wa khairul khaththainat tauwaabun. (H.R Imam at Tirmidzi).
Oleh sebab itu jika melihat seseorang melakukan kesalahan
maka tidaklah patut dicela. Jika mungkin beri nasehat dan doakan agar dia
meminta ampun kepada Allah dan memperbaiki kesalahannya. Kenapa demikian. Iya
karena kalau merujuk kepada hadits diatas dan melihat kepada kenyataan, maka
kitapun pada suatu saat pasti akan jatuh pula kepada kesalahan.
Cuma banyak manusia saat ini yang suka mencela melihat
seseorang yang melakukan kesalahan. Diantaranya
ada yang mencela seperti ini : Itu si Fulan, rajin ngaji, rajin shalat
tapi tidak amanah. Lebih baik seperti saya. Tidak rajin ngaji, tidak rajin
ibadah. Tapi saya amanah. Kalimat atau komentar ini bisa dilihat dari dua sisi :
Pertama : Dari segi si Fulan yang dicela itu.
Memang dia rajin
ngaji, rajin ibadah tapi sebagai manusia
biasa dia bisa tergelincir. Jatuh kepada kesalahan. Tapi kalau seorang rajin
ngaji, rajin ibadah lalu pada satu kali dia tergoda dan sampai berbuat keburukan
maka dia akan cepat cepat minta ampun dan bertaubat kepada Allah. Biasanya
kesalahannya tidaklah banyak dan bukan pula karena disengaja apalagi
direncanakan.
Selain itu, seorang yang berilmu, ahli ibadah juga pada suatu
waktu tergelincir kepada kesalahan. Mungkin karena tidak bisa mengendalikan
hawa nafsunya atau digelincirkan oleh syaithan. Tapi orang berilmu dan selalu
menjaga ibadahnya, biasanya kesalahannya
jarang jarang terjadi. Kalaupun ada kesalahannya hanya sedikit sedangkan
kebaikan yang dilakukannya adalah sangat banyak.
Kedua : Dari segi yang mencela.
Perhatikanlah apa yang
dikatakan pencela itu : Lebih baik seperti saya. Tidak rajin ngaji, tidak rajin
ibadah. Tapi saya amanah. Sadarilah wahai saudaraku. Bagaimana sipencela ini bisa
mengatakan dia lebih baik. Mencela saja sudah termasuk suatu yang tidak baik. Bagaimana
dia bisa mengatakan dia lebih baik kalau ngaji dan ibadah malas. Bagaimana dia
berani mengatakan dirinya lebih baik karena seorang yang amanah. Padahal seseorang yang mengaku dirinya
lebih baik dari orang lain, itu juga sudah tidak baik dan dilarang dalam
syariat Islam.
Allah berfirman : “Falaa tuzakkuu anfusihim” Maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. (Q.S an Najm 32)
Seseorang yang berani mengatakan bahwa dirinya lebih baik
dari orang lain berarti dia jauh dari tawadhu’ atau rendah hati. Lalu
bagaimana seseorang dikatakan amanah kalau tidak tawadhu.’ Padahal bersikap
tawadhu’ adalah salah satu amanah Rasulullah kepada umatnya.
Selanjutnya, ketahuilah
bahwa seorang muslim bukanlah orang yang suka mencela. Lebih dianjurkan untuk
saling nasehat menasehati. Jika seseorang pada suatu waktu melakukan kesalahan
lalu kita cela, maka ingatlah tidak ada jaminan bahwa kita sebagai pencela pada
suatu waktu juga akan melakukan kesalahan. Mungkin kesalahan kita bisa jadi
lebih besar dari orang yang pernah kita cela. Dan kita tentu juga tidak suka
dicela.
Mari kita simak apa yang dikatakan Khalifah Umar bin Abdul
Aziz : Sekiranya kamu ingin mengambil pekerja maka ambillah mereka yang ada al
Qur an di hatinya. Lalu ada yang berkomentar : Wahai Amirul Mukminin : Orang
yang ada al Qur an di hatinya kadang kala juga tidak amanah.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz menjawab : Kalau orang yang ada
al Qur an dihatinya ada yang khianat, tidak amanah, maka orang yang tidak ada
al Qur an dihatinya memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk berkhianat.
Allahu a’lam. (132)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar