MEMPERSIAPKAN BEKAL UNTUK HARI ESOK
Oleh : Azwir B.
Chaniago
Muqaddimah
Tidak
ada seorangpun yang bisa membantah bahwa semua manusia yang hidup saat ini
sedang dalam perjalanan menuju akhirat. Baik dia sadar maupun tidak. Setiap
manusia sedang dipaksa dan harus melakukan perjalanan ini. Dalam perjalanan
menuju akhirat ini, tidak seorangpun tahu siapa yang lebih dahulu sampai.
Selain
itu, tidak ada seorangpun yang sanggup berhenti dalam perjalanan ini, walau
sejenak, apalagi mundur kebelakang untuk menghindar atau keluar dari rute perjalanan.
Perhatikanlah
apa yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an, surat Al- Insyiqaaq ayat 6 “Yaa
aiyuhal insanu innaka kaadihun ilaa rabbika kad-han famulaaqiih” Wahai
manusia, sesungguhnya kalian ini benar-benar sedang berjalan menuju Rabb
kalian, dan kalian pasti akan menjumpai-Nya
Sikap tidak ambil peduli
Ada
diantara kita yang begitu rela dan bersemangat untuk bekerja
keras, mencurahkan segenap tenaga, pikiran, waktu, biaya dan apapun untuk
mendapatkan kehidupan duniawi yang hanya sesaat. Sementara itu, untuk kehidupan
akhirat yang kekal ada diantara kita yang nyaris tidak melakukan apapun yang
berarti. Boleh jadi ada diantara kita yang bahkan tidak ambil peduli, tidak mau
mengerti akan nasib yang akan ditemui
kelak diakhirat.
Barangkali
kita sudah merasa pintar padahal sebenarnya bukan. Kenapa merasa pintar
karena kita mengetahui secara detail semua rencana dan langkah yang harus
ditempuh untuk mencapai kesuksesan hidup duniawi. Tetapi hati dan pikiran kita
kadang kadang kosong dari rencana dan langkah-langkah yang harus dilakukan demi
meraih kebahagiaan yang abadi di akhirat kelak.
Allah
berfirman dalam surat ar-Ruum ayat 7: “Ya’lamuuna zhaahiran minal hayaatid
dun-yaa, wahum ‘anil aakhirati hum ghaafiluun” . Mereka mengetahui hal yang
lahir (yang tampak) saja dari kehidupan dunia dan mereka lalai dari kehidupan
akhirat”.
Imam
Ibnu Katsir, menjelaskan maksud ayat ini bahwa kebanyakan manusia, mereka tidak
memiliki pengetahuan kecuali tentang dunia dan pergulatan serta kesibukannya.
Juga segala yang ada didalamnya dan mereka cukup cerdas untuk mencapai dan
menggeluti berbagai kesibukan (dunia), tetapi mereka lalai terhadap urusan
agama dan berbagai hal yang bermanfaat bagi mereka di alam akhirat. Seakan-akan
seseorang dari mereka yang lalai, tidak berakal dan tidak memiliki pemikiran.
Imam
Ibnu Katsir, dalam tafsirnya mengutip perkataan Imam Hasan Al- Basri tentang
ayat ini. Kata beliau : Demi Allah, seseorang dari mereka akan berhasil
menggapai dunia, di mana dia bisa membalikkan dirham diatas kukunya, lalu dia
memberitahu anda tentang beratnya (begitu hebatnya dalam urusan dunia) tetapi
dia tidak bisa mengerjakan shalat dengan baik.
Perhatikan apa yang telah dipersiapkan
Berkenaan
dengan perjalanan yang sedang kita lakukan menuju akhirat yang pasti datang,
Allah telah mengingatkan kita agar senantiasa bertakwa dan berbekal atau
memperhatikan apa yang telah kita lakukan sebagai persiapan menuju akhirat. Allah
berfirman : “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Teliti terhadap apa
yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Hasyr: 18).
Imam
Ibnu Katsir menjelaskan tafsir ayat ini, yaitu terdapat tiga perintah Allah
didalamnya;
Pertama : Perintah bertakwa kepada Allah dalam
firman-Nya: “Bertakwalah kalian kepada Allah”. Kata takwa berarti
mengerjakan segala hal yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, dan
meninggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya.
Kedua
: Perintah untuk melakukan introspeksi
diri (muhasabah), sudah sejauh mana persiapan bekal amal shaleh yang akan ia
bawa untuk menghadap Allah dihari akhir kelak. Sebagaimana firman-Nya:“…
Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat).”
Ketiga : Perintah untuk kembali bertakwa. Perintah
ini menjadi penguat dari perintah bertakwa yang pertama. Ketakwaan yang
diinginkan adalah ketakwaan yang benar-benar kuat mengakar dalam jiwa dan
dibuktikan dalam amalan nyata. Itulah ketakwaan yang telah diperkuat oleh
proses evaluasi diri (muhasabah), sehingga menyampaikan seorang hamba kepada
tingkatan merasakan pengawasan Allah yang melekat (muraqabah), sebagaimana
firman-Nya ”Sungguh Allah Mahateliti terhadap apa yang kalian kerjakan”.
Mempersiapkan bekal
Seekor burung bila sudah mengetahui pasangannya
hamil, maka dia mulai mengumpulkan jerami dan yang lainnya untuk membuat
sarang. Dengan sarang ini maka pasangannya akan merasa nyaman pada saat
bertelur dan mengerami telur sampai menetas. Ada kemungkinan cikal bakal telur burung ini rusak sehingga dia
tidak membutuhkan sarang. Namun demikian burung tetap mempersiapkan sarangnya
dengan baik. Kalau nanti cikal telur itu rusak dan gagal itu soal lain.
Lalu bagaimana dengan manusia. Kematian pasti akan datang kepadanya bukan kemungkinan datang. Bukan bisa
datang bisa tidak. Tapi pasti datang, hanya tinggal menunggu waktu. Kalau sesuatu itu sudah pasti datang maka
tentu persiapannya juga haruslah dipastikan ada. Demikianlah semestinya.
Lalu
apa persiapannya. Persiapan seorang hamba untuk menuju akhirat, adalah amal shalih yang memenuhi persyaratan dan diterima Allah. Bekal amal shalih itu haruslah berada diatas landasan iman,
ilmu, pemahaman dan pengamalan yang benar, antara lain sebagai berikut:
Pertama
: Melaksanakan tauhid dan menjauhi kesyirikan.
Kalau
kita memperhatikan mushaf al Qur an kita akan mendapati bahwa perintah pertama
adalah menyembah atau beribadah kepada Allah saja yaitu dengan
mentauhidkan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : “Ya aiyuhannasu’
buduu rabbakumul ladzi khalaqakum walladzina min qablikum la’allakum tattaquun”
Wahai manusia, beribadahlah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dan orang
orang sebelum kamu, mudah mudahan kamu menjadi orang orang yang bertakwa. (Q.S
al Baqarah 21).
Sungguh
tauhid adalah pelajaran pertama yang diperintahkan Allah kepada Nabi dan Rasul,
yang tentu wajib diikuti oleh umatnya. Allah berfirman : Wa laqad ba’atsnaa
fii kulli ummatin rasuulan, ‘ani’budullaha wajtanibuth thaghuut”. Dan sesungguhnya
Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap ummat (untuk menyerukan) sembahlah
Allah (saja) dan jauhilah taghut”. (Q.S an Nahl 36).
Kebalikan
dari tauhid adalah kesyirikan. Sungguh melakukan kesyirikan adalah
puncak
kemurkaan Allah. Sungguh kesyirikan
adalah kezhaliman yang sangat besar. Allah mengharamkan surga bagi orang
orang yang melakukan kesyirikan. Allah berfirman : “Innahuu man yusyrik billahi faqad
harramallahu ‘alaihil jannata, wama’waahun naar. Wamaa lizhalimiina min
anshaar.” Sesungguhnya orang yang
mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka pasti Allah mengharamkan surga
atasnya, dan tempatnya adalah neraka. Dan orang-orang yang zalim (berbuat
syirik) itu tidak akan mendapat seorang penolongpun”. (Q.S al Maidah 72).
Oleh
sebab itu tetaplah dalam bertauhid dan meng-Esakan Allah. Ketahuilah bahwa mempersekutukan Allah atau melakukan
kesyirikan adalah salah satu penyebab amal seorang hamba terhapus. Allah
berfirman : “Walau asyrakuu lahabitha ‘anhum maa kaanuu ya’maluun” . Seandainya mereka mempersekutukan Allah, pasti
lenyaplah dari mereka amal-amal yang telah mereka kerjakan”. (Q.S al An’am 88). Na’udzubillahi min dzaalik.
Rasulullah
bersabda :“ Hak Allah atas hamba-hamba-Nya ialah bahwa mereka beribadah
(hanya) kepada Nya dan mereka tidak menyekutukan –Nya dengan sesuatu
yang lain”.(H.R. Bukhari dan Muslim dalam kitab Ash-Shahihain, dari sahabat
Muaz bin Jabbal).
Kedua
: Berpegang teguh kepada al Qur an dan as Sunnah.
Al-Qur’an
dan as-Sunnah adalah pedoman hidup yang utama dan paling utama bagi seorang
muslim untuk selamat hidupnya di dunia
dan di akhirat.
Rasulullah
telah bersabda : “Sesungguhnya telah aku tinggalkan untuk kalian dua
perkara. Jika kalian berpegang teguh dengan keduanya, niscaya kalian tidak akan
tersesat. Keduanya adalah kitabullah dan sunnahku, dan keduanya tidak akan
pernah berpisah sehingga keduanya mendatangiku kelak disisi al-Audh (H.R.
Al-Hakim).
Ketiga
: Melaksanakan perintah yang wajib dan
giat melakukan amalan sunat.
Allah
berfirman : “Tilka huduudullah, waman yuthi’illaha wa rasulahuu yudkhilahu
jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru khaalidiina fiihaa, wa dzaalikal fauzul
‘azhiim” Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah akan
memasukkannya kedalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang
mereka kekal didalamnya dan itulah kemenangan yang besar. (Q.S an Nisaa’13)
Salah
satu bekal hari esok adalah kewajiban seorang hamba melaksanakan ibadah yang
fardhu baginya. Sementara itu dia akan memperoleh tambahan kebaikan yang sangat
agung yaitu berupa kecintaan Allah kepadanya jika melakukan amal atau ibadah
ibadah sunat. Diantaranya adalah shalat sunat, puasa sunat dan yang lainnya.
Dalam sebuah hadits qudsi disebut bahwa :“Tidaklah
seorang hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku
cintai daripada melaksanakan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan
hamba-Ku masih saja mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunat sehingga
Aku mencintainya”(H.R. Imam Bukhari).
Ketiga
: Menjauhi dosa-dosa besar
Dosa-dosa
besar yang dibawa mati oleh seorang hamba tanpa sempat bertaubat bisa
menyebabkan kerugian yang amat besar baginya di akhirat kelak. Rasulullah telah
mengingatkan bahwa dosa dosa besar adalah akan membinasakan. Beliau bersabda :“Jauhilah
oleh kalian tujuh dosa besar yang membinasakan”. (H.R. Imam Bukhari dan Imam
Muslim).
Rasulullah
juga bersabda : “Tidaklah seorang hamba membaca kalimat La ilaaha
illallah dengan ikhlas, kecuali akan dibukakan untuknya pintu-pintu langit
sampai menembus ke ‘Arsy, selama dosa-dosa besar dijauhinya.” (H.R. at Tirmidzi).
Sungguh
Allah akan menghapus kesalahan kesalahan berupa dosa dosa kecil jika dosa besar
dijauhi. Allah berfirman : “In tajtanibuu kabaa-ira maa tuhauna ‘anhu
tukaffir ‘ankum saiyi-atikum wa nudkhilkum mudkhalaa kariimaa” Jika kamu
menjauhi dosa dosa besar diantara dosa dosa yang dilarang mengerjakannya,
niscaya Kamihapus kesalahan kesalahanmu dan akan Kami masukkan kamu ketempat
yang mulia (surga) Q.S an Nisaa’ 31).
Imam
adz Dzahabi berkata : Dengan ayat ini Allah menjamin surga kepada siapa saja
yang menjauhi dosa dosa besar. (Lihat Muqaddimah Kitab al Kaba-ir)
Namun
demikian seorang hamba seharusnya juga berhati hati dan terus berusaha untuk
tidak melakukan dosa sekecil apapun. Dosa dosa kecil kalau diremehkan atau
ditumpuk juga akan menjadi dosa besar.
Apalagi jika dilakukan terus menerus. Bukankah gunung yang besar terdiri dari
butiran butiran pasir dan tanah.
Keempat
:Tidak menunda-nunda pelaksanaan suatu amalan
Umur
manusia sangat terbatas dan merupakan sesuatu yang ghaib. Oleh karenanya jangan
menunda-nunda suatu amalan. Segera beramal selama mampu dikerjakan saat itu
juga.
Ibnu Umar berkata : Jika kamu
sedang berada di pagi hari maka janganlah kamu bicarakan tentang dirimu disore
hari (nanti). Jika dirimu sedang berada di sore hari jangan membicarakan dirimu
di pagi hari (kelak).
Rasulullah bersabda :“Gunakanlah
waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.
Sesungguhnya engkau tidak akan mengetahui namamu untuk esok, wahai Abdullah” (H.R. at Tirmidzi.)
Imam Hasan al Bashri mengingatkan
agar kita tidak menyia
nyiakan dan melalaikan waktu untuk beramal. Beliau berkata :
Jauhkan dirimu dari “taswif” yaitu berkata “nanti sajalah”.
Kelima
: Menjaga semangat dan istiqomah dalam
beribadah.
Dalam
beramal, seorang hamba haruslah menjaga semangat agar tidak terganggu oleh
kemalasan, kemauan hawa nafsu dan gangguan syaithan. Pelihara kesabaran dalam melakukan ketaatan. Selanjutnya harus istiqomah dalam
beramal. Meskipun sedikit tetapi tetap dipelihara dan dijaga sehingga tidak
jatuh kepada kelalaian.
Sebuah hadits dari A’isyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah bersabda :
“Ahabbu a’mali ilallahi adwaamuhaa wa inqalla.” Amalan yang paling
dicintai Allah adalah yang kontinyu (terus menerus) dikerjakan walaupun
sedikit. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Semoga Allah Taa’la memudahkan
kita semua untuk mempersiapkan bekal
menghadapi hari akhirat yang baqa.
Wallahu a’lam. (134)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar