BAIK SANGKA TERHADAP SESAMA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Menurut fitrahnya seorang muslim
itu adalah baik. Oleh
karena itu berbaik sangkalah kepadanya. Jangan cepat cepat memvonis bahwa
seseorang itu begini dan begitu tanpa ada bukti yang kuat. Dahulukan atau
kedepankan baik sangka. Janganlah mengatakan sesuatu menurut hawa nafsu tapi
haruslah dengan ilmu yaitu dengan sesuatu yang diyakini adanya.
Allah berfirman: “Walaa taqfu
maa laisa laka bihii ‘ilmun, innas sam’a wal bashara wal fu-aada kullu ulaaika
kaana ‘anhu mas-uulaa. Dan
janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya. (Q.S al Isra 36)
Jika datang suatu berita buruk atau celaan terhadap
seseorang muslim maka janganlah tergesa-gesa dalam membenarkan berita
tersebut. Lakukan cek dan ricek, apalagi jika yang membawa berita itu adalah
orang fasik.
Allah berfiman : “Yaa aiyuhalladziina aamanuu
injaa-akum fasiqun binabain fa tabaiyanuu an tushiibuu qauman bijahaalatin fa
tushbihuu ‘alaa maa fa‘altum naadimiin” Wahai orang-orang
yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita maka
periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu (Q.S al Hujurat 6)
Syaikh as Sa’di mengatakan : Yang wajib ketika
datang berita dari orang fasik adalah memeriksanya dengan teliti terlebih
dahulu. Jika ada indikasi kebenarannya bisa diterima dan diamalkan. Jika
ternyata beritanya dusta maka jangan dibenarkan. Ayat ini menunjukkan bahwa:
Pertama : Berita orang yang jujur adalah diterima
Kedua : Berita orang yang dusta adalah ditolak
Ketiga : Berita orang yang fasik (bisa diterima bisa ditolak)
tergantung indikasi dan setelah cek dan ricek.
Demikian Syaikh as Sa’di dalam Kitab Taisir Tafsir
Kariimur Rahman.
Ingat, janganlah
terburu-buru berburuk sangka terhadap perbuatan dan ucapan saudara kita yang
sekilas tampak salah. Mungkin dia punya udzur yang kita belum mengetahuinya.
Sekali lagi kedepankanlah sikap baik sangka, mestinya kita takut terhadap
ancaman dosa bagi orang yang menyebarkan setiap berita yang dia dengar.
Rasulullah salallahu ‘alaihi
wasallam bersabda : “Kafa bil mar’i kadziban aiyuhaditsa bi kulli maa sami’.
Cukuplah bagi seseorang untuk dikatakan berbohong jika ia membicarakan
segala sesuatu yang ia dengar”(H.R.Muslim).
Umar bin Khathab mengatakan:
“Janganlah kamu curiga terhadap suatu ucapan yang terlontar dari saudaramu
sesama muslim, melainkan kebaikan, selagi dirimu masih mendapatkan celah
kebaikan dalam ucapan tersebut (Kitab al Zuhd, Imam Ahmad).
Sungguh buruk sangka termasuk
perangai yang tercela. Tidaklah patut seorang muslim mengikuti prasangka
buruknya kepada sesama muslim, tidak boleh bagi siapapun merusak harga diri
saudaranya sesama muslim apalagi hanya berdasarkan dugaan dan prasangka yang
belum tentu benar.
Allah berfirman : “Wa maa
yattabi’uaktsaruhum illaa zhanna, innazh zhanna laa yughnii minal haqqi
syai-a, innallaha ‘alimun bimaa yaf’aluun” Dan kebanyakan mereka tidak
mengikuti kecuali persangkaan saja. Sungguh persangkaan itu tidak sedikitpun
berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang
mereka kerjakan (Q.S Yunus 36)
Allah juga berfirman : Yaa
aiyuhal ladzina aamanuj tanibuu katsiran minazh zhaani, inna ba’dhazh zhanni
itsmun” Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka
(kecurigaan) karena sebagian prasangka itu adalah dosa”. (Q.S al Hujurat 12)
Berkenaan dengan ayat ini al Imam
Ibnu Katsir berkata : Allah melarang para hamba-hambaNya yang beriman, dari
perbuatan curiga, prasangka, dan dugaan, baik kepada keluarganya, kerabat atau
manusia pada umumnya jika tidak pada tempatnya. Sebab pada sebagian prasangka
dan curiga itu terdapat dosa, maka jauhilah perbuatan banyak curiga sebagai
pencegah dari dosa.
Seorang muslim adalah orang yang
selalu memberi udzur kepada orang lain sehingga batinnya selamat. Sedangkan
orang munafik adalah orang yang selalu mencari-cari kesalahan dan aib orang lain
karena batinnya buruk.
Rasulullah bersabda:“Iyyaakum wazh-zhan. Fainnazh
zhanna ahdzabul haditsi” Waspadalah kalian terhadap prasangka
karena prasangka adalah seburuk buruk perkataan (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Sungguh ulama terdahulu sangat berhati hati dalam hal
prasangka. Beliau meninggalkan nasehat untuk kita, diantaranya adalah :
Pertama :Abu Qilabah berkata : Jika sampai kepadamu berita jelek tentang saudaramu maka
carilah udzur untuknya. Jika engkau tidak mendapatkannya. Maka katakanlah : Barangkali
dia punya udzur yang tidak aku ketahui.
Kedua : Makhlul berkata : Aku melihat seseorang sedang shalat. Setiap kali
rukuk dan sujud dia
menangis. Aku berprasangka jangan-jangan orang ini menangis karena riya. Setelah itu aku
tidak bisa menangis (dalam shalatku) selama satu tahun.
Ketiga : Abdul Wahhab bin Wardi dari Abu Umayyah berkata : Jika kamu mampu agar seorang tidak masuk dari pintu
ini kecuali engkau berbaik sangka kepadanya maka lakukanlah.
Keempat : Umar
bin Abdul Aziz berkata : Ayahku berkata kepadaku, wahai anakku apabila kamu
mendengar ucapan dari seorang muslim maka janganlah engkau membawanya pada
kejelekan selagi engkau masih mendapatkan celah kebaikan dalam ucapan tersebut.
Kelima : Hamdun berkata: Jika saudaramu tergelincir maka carilah untuknya tujuh
puluh udzur. Jika hatimu tidak menerimanya maka ketahuilah bahwa
celaan itu ada pada dirimu sendiri yaitu ketika tampak olehmu tujuh puluh udzur tetapi
engkau tidak menerimanya.
Semoga Allah selalu memberi kekuatan kepada kita untuk
mengedepankan baik sangka kepada saudara saudara kita.
Wallahu a’lam. (127)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar