BERBICARALAH
JIKA ADA MANFAATNYA
Oleh :
Azwir B. Chaniago
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam. (Mutafaq ‘alaihi).
Dari hadits ini, pertama sekali ada faedah yang bisa diambil, diantaranya bahwa BERKATA YANG BAIK ATAU DIAM bukanlah sekedar masalah adab berbicara tapi terkait dengan iman.
Lihatlah lafazh hadits ini : “Barang
siapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir”, bukankah ini tentang iman
?. Jadi amatlah penting untuk berbicara dengan baik atau diam karena ini
terkait dengan iman.
Bahkan dalam satu hadits Rasulullah mengingatkan bahwa jika seseorang BERBICARA YANG BURUK (BISA JADI JUGA TERMASUK MENULIS ATAU MENYEBARKAN SUATU TULISAN YANG BURUK, Wallahu A’lam, pen.) akan mendatangkan murka dan adzab Allah.
Lihatlah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ketika berbicara dengan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu :
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ
بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ
هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ
بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى
النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ
أَلْسِنَتِهِمْ.
Maukah aku beritahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka ?. (H.R at Tirmidzi, hadits ini hasan shahih)
Bisa jadi pula seseorang, karena lisannya, dia akan dilemparkan ke neraka. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ لاَ يَرَى
بِهَا بَأْسًا يَهْوِى بِهَا سَبْعِينَ خَرِيفًا فِى النَّارِ
Sesungguhnya seseorang berbicara dengan suatu kalimat yang dia anggap itu tidaklah mengapa, padahal dia akan dilemparkan di neraka sejauh 70 tahun perjalanan karenanya. (H.R at Tirmidzi).
Ketahuilah bahwa dua orang ulama terdahulu memberi nasehat tentang berbicara yang baik atau diam, yaitu :
Pertama : Imam an Nawawi (wafat 676 H)
Beliau berkata : Apabila salah seorang
dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut benar benar
baik dan berpahala, baik dalam membicarakan yang wajib
maupun sunnah, silahkan dia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah
perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu tampak samar baginya antara
haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. (Syarah Shahih
Muslim).
Kedua : Imam Ibnu Hajar Ashqalani (wafat 852 H)
Beliau menjelaskan : Perkataan itu jika
tidak baik pasti buruk, atau bermuara pada salah satunya. Termasuk perkataan
yang baik adalah segala perkataan yang dianjurkan dalam syari’at baik yang
wajib maupun yang sunnah. Begitu pula perkataan yang mengarah kepadanya. Adapun
perkataan yang buruk dan segala yang mengarah kepada keburukan, maka
diperintahkan untuk diam. (Fathul Bari).
Sebagai penutup, dinukil perkataan orang bijak dalam hal berbicara dan diam, yaitu : (1) Diamlah jika perkataanmu bisa menyinggung perasaan orang lain. (2) Diamlah jika engkau tidak mengetahui keadaan atau situasi yang sebenarnya. (3) Diamlah jika berbicara hanya untuk meningkatkan ego dan popularitasmu. (4) Diamlah jika perkataanmu bisa merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan.
Wallahu A'lam. (3.478)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar