Jumat, 28 Februari 2025

BENAR BENAR TAKUT KEPADA ALLAH KARENA MEMILIKI ILMU

 

BENAR BENAR TAKUT KEPADA ALLAH KARENA MEMILIKI ILMU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, di zaman ini SANGAT BANYAK MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK CIPTAAN ALLAH yang lancang berbuat suka sukanya di muka bumi. Mereka ada yang berani melakukan perbuatan yang membuat Allah Ta'ala murka.

Diberi kepercayaan sebagai pemimpin tidak amanah.  Diberi kepercayaan mengurus harta atau usaha milik masyarakat digunakan untuk memperkaya diri dengan cara yang haram. Ketika punya pangkat, jabatan dan kekuasaan digunakan untuk berbuat buruk dan berlaku zhalim terhadap orang lain.

Mereka yang terbuai dengan perbuatan buruk adalah karena menuruti kemauan hawa nafsu dan mengikuti bisikan serta ajakan syaithan. Tetapi ketahuilah bahwa penyebab PALING UTAMA MANUSIA BERKELAKUAN BURUK DI MUKA BUMI ADALAH TIDAK ADA RASA TAKUT KEPADA ALLAH TA'ALA.

Ketahuilah bahwa jalan yang paling lurus dan paling tepat untuk mendatangkan rasa takut kepada Allah Ta'ala adalah BELAJAR ILMU TENTANG SYARIAT.

Syaikh Abdul Aziz bin Baaz, dalam Kitab beliau, Al ‘Ilm wa Akhlaqu Ahliha, menjelaskan bahwa ilmu syar’i adalah :

Pertama : Ilmu yang paling utama diantara ilmu ilmu yang lain.

Kedua : Ilmu yang paling layak dan penting untuk dipelajari dan diraih dengan sungguh sungguh.

Ketiga : Ilmu yang paling terang dan jelas.

Keempat : Ilmu yang dengannya hakikat Allah akan diketahui.

Kelima : Ilmu yang dengan pedomannya Allah akan disembah

Keenam :Ilmu yang dengannya akan diketahui segala yang  dihalalkan dan diharamkan

Ketujuh : Ilmu yang dengannya diketahui hal hal yang diridhai dan dimurkai Allah.

Kedelapan : Ilmu yang dengannya diketahui muara tempat kembali dan titik akhir dari kehidupan ini.

Sungguh Allah Ta'ala menjelaskan tentang hamba Allah yang paling takut kepada-Nya yaitu sebagaimana firman-Nya :

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Diantara hamba hamba Allah yang takut kepada-Nya HANYALAH PARA ULAMA. Sungguh Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun. (Q.S Fathir 28).

Imam Ibnu Katsir berkata : Hanyalah orang orang yang berilmu dan mengenal Allah yang memiliki rasa takut yang sebenarnya kepada Allah karena semakin sempurna pemahaman dan pengetahuan (seorang hamba) terhadap Allah, Dzat Yang Mahamulia, Mahakuasa dan Maha Mengetahui yang memiliki sifat sifat yang Mahasempurna dan nama nama yang Mahaindah, maka ketakutan (hamba tersebut) kepada-Nya semakin besar pula. (Kitab Tafsir Ibnu Katsir).

Tentang surat al Fathir 28 diatas, Syaikh as Sa'di berkata bahwa seorang ulama (orang berilmu) yang makin banyak ilmunya tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala maka rasa takutnya kepada Allah Ta'ala pun semakin besar.

Dengan rasa takut kepada Allah Ta'ala mendorong dirinya untuk beramal saleh dan menjauhi dari perbuatan dosa atau maksiat serta senantiasa mempersiapkan diri untuk berjumpa dengan Dzat yang ditakutinya, yaitu Allah Azza wa Jalla. Ini merupakan dalil TINGGINYA KEUTAMAAN ILMU. Sebab ilmu mengajak kepada takut kepada Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Pada catatan kaki terjemahan resmi al Qur an oleh  Departemen Agama, disebutkan : (Para ulama) adalah orang orang yang mengetahui ILMU (TENTANG) KEBESARAN DAN KEKUASAAN ALLAH.

Oleh karena itu hamba hamba hendaklah tetap dan terus menerus bersemangat untuk belajar terutama ilmu tentang syariat sehingga betul betul mendatangkan RASA TAKUT yang sebenar benarnya kepada Allah Ta'ala.

Wallahu A'lam. (3.497)

 

 

 

Kamis, 27 Februari 2025

DIANTARA DALIL YANG MENYEBUTKAN DUNIA SANGAT RENDAH DIBANDING AKHIRAT

 

DIANTARA DALIL YANG MENYEBUTKAN DUNIA SANGAT RENDAH  DIBANDING AKHIRAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh,  di zaman ini banyak manusia yang seolah olah ingin menghabiskan umurnya untuk mengejar dunia. Dia telah tertipu oleh dunia, dikira dunia ini akan ada terus padahal dunia adalah semu, fatamorgana dan fana.

Ketahuilah bahwa apabila seseorang lebih mengutamakan sesuatu yang fana dan tidak sempurna maka itu merupakan (1) Indikasi ketidak tahuannya terhadap mana yang lebih berharga. (2) Atau jika dia tahu mana yang lebih berharga maka itu merupakan indikasi bahwa dia tidak menginginkan sesuatu yang lebih berharga.(3) Atau mungkin ada kekurangan dalam cara berfikirnya.

Para sahabat dan orang orang shalih sangat paham bahwa dunia adalah sesuatu yang rendah, tidak mempunyai harga. Oleh karena itu maka para sahabat dan orang orang shalih ketika berhadapan  dengan urusan  dunia maka : (1) Mencampakkan dunia dibelakang punggungnya (2) Memalingkan hatinya dari dunia, mengabaikannya dan tidak merasa nyaman dengannya (3) Menganggap dunia ini penjara bukan surga.

Sangatlah banyak dalil yang menjelaskan bahwa hakikat dunia itu tidak berharga dan sangat rendah nilainya :

Pertama : Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda :

إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ

Dua rakaat sunat fajar lebih baik dari pada dunia dan apa yang ada didalamnya. (H.R Imam Muslim).

Dunia dan segala isinya bermakna seluruh harta dunia dan perhiasannya. Semua harta dunia itu lebih rendah harganya dibanding  dengan keutamaan shalat sunat Fajr.

Ketahuilah bahwa harta dunia sebesar dan sebanyak apapun  sesuatu yang akan hilang, musnah dan punah. Harta akhirat yaitu berupa amal shalih yang  dilakukan seorang hamba, diantaranya berupa shalat sunat Fajr maka  manfaatnya tidak akan pernah sirna, pasti akan kekal selamanua lamanya.

Inilah salah satu ketinggian suatu amal shalih dan merupakan dalil bahwa harta dunia itu tidak ada nilai. Hadits tentang keutamaan shalat sunat Fajr ini adalah salah satu pembanding atau penjelas bahwa dunia itu sebenarnya tidak berharga.

Kedua : Allah memberitahukan bahwa dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan sementara saja. Allah Ta'ala  berfirman :

وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

Dan kehidupan dunia ini hanyalah senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya sekiranya mereka mengetahui. (Q.S al Ankabut 64).

Ketahuilah bahwa kehidupan dunia ini dinamakan dunia karena rendah dan hina, karena dun-yaa maknanya adalah rendah atau hina. Kehidupan dunia adalah sesuatu yang sedikit dan kecil, jadi tidak memiliki harga.

Ketiga : Dunia bukan hanya sekedar rendah dan tidak berharga tetapi dilaknat. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلَّا ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالَاهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ

Ketahuilah, sesungguhnya dunia itu dilaknat dan dilaknat apa yang ada didalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dan ketaatan kepada-Nya, orang orang yang berilmu atau orang yang mempelajari ilmu. (H.R Imam at Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ibnu Abdil Barr. Hadits ini Hasan).  

Oleh karena itu maka hamba hamba Allah tidaklah berniat mengejar dunia tetapi berusaha sungguh sungguh mengejar akhirat. Sebagai penutup kami nukilkan satu sabda Rasululah Salallahu 'alaihi Wasallam :

  من كانت الدنيا همه فرق الله عليه أمره, فقره وجعل بين عينيه, ولم يأته من الدنيا إلا ما كتب له, ومن كانت الآخرة نيته جمع الله له أمره, وجعل غناه في قلبه, وأتته الدنيا وهي راغمة

Barangsiapa tujuan hidupnya adalah dunia, maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia mendapat dunia menurut apa yang telah ditetapkan. Dan barangsiapa yang niat (tujuan) hidupnya adalah negeri akhirat, Allah akan mengambil urusannya, kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatangi nya dalam keadaan hina. (H.R Imam Ahmad,  Ibnu Majah dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).

Wallahu a'lam. (3.496)

 

 

Selasa, 25 Februari 2025

BOLEH MEMBALAS KEZHALIMAN DENGAN SEMISAL TAPI MEMAAFKAN LEBIH UTAMA

 

BOLEH MEMBALAS KEZHALIMAN DENGAN SEMISAL TAPI MEMAAFKAN LEBIH UTAMA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika bergaul dengan orang banyak terkadang kita diperlakukan tidak baik bahkan dizhalimi. Diantara bentuknya adalah direndahkan, dihina, dimaki tanpa sebab yang jelas, di ghibah, diolok olok. Bisa jadi juga diambil harta dengan cara akal akalan atau ditipu.

Nah, ketika diperlakukan buruk atau dizhalimi oleh orang lain maka kita memiliki hak untuk membalas tetapi dengan BALASAN YANG SEMISAL ATAU SETIMPAL. Balasan itu bisa dengan perbuatan atau perkataan ataupun mendoakan keburukan bagi orang yang menzhalimi.

Tentang membalas dengan mendoakan orang yang menzhalimi, Prof. Dr. Abdurrazzaq bin al Badr memberi nasehat : Seharusnya balasan termasuk juga didalamnya (dengan) doa tidak melebihi batas kezhaliman (yang diterima).

Dan inilah kesalahan yang sering  dilakukan oleh banyak orang. Ada orang yng dizhalimi tentang sesuatu masalah kehidupan keduniaan, kemudian dia mendoakan orang yang menzhalimi supaya Allah memasukkannya kedalam neraka dan kekal di dalamnya. Atau mendoakan dengan doa lain yang melebihi kadar kezhaliman. (Shahih Fiqih.com)   

Ketahuilah bahwa sungguh, MEMAAFKAN LEBIH UTAMA yaitu sebagaimana Allah Ta'ala berfirman :

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh Dia tidak menyukai orang orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40).

Syaikh as Sa'di berkata : Dan pada pahalanya dari Allah, mengandung himbauan untuk memberikan maaf. Dan hendaknya seorang hamba memperlakukan manusia dengan perlakuan yang dicintai oleh Allah Ta'ala.

Sebagaimana seseorang senang dimaafkan oleh Allah Ta'ala maka hendaknya dia memaafkan mereka. Sebagaimana dia senang kalau diampuni Allah Ta'ala maka hendaklah dia mengampuni mereka karena ganjaran itu sejenis dengan perbuatan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Dan juga termasuk perkara yang lebih utama  adalah bersabar ketika dizhalimi. Allah Ta’ala berfirman :

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ ۖ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ

Dan jika kamu membalas maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan (keburukan, kezhaliman) yang ditimpakan kepadamu. Dan jika KAMU BERSABAR ITULAH YANG LEBIH BAIK bagi orang yang sabar. (Q.S an Nahal 126).

Ketahuilah bahwa kesabaran memiliki nilai tersendiri yaitu mendapatkan PAHALA SEMPURNA TANPA BATAS. Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ

Hanya orang orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya TANPA BATAS. (Q.S az Zumar 10).

Selain itu, ketahuilah bahwa salah satu puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan Allah Ta’ala. Allah berfirman :  

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. (Q.S an Nur 22).

Syaikh as Sa'di berkata : Ayat ini adalah anjuran untuk memberikan maaf dan berlapang dada (ketika dizhalimi, peny.). Ketika turun ayat ini, Abu Bakar berkata : Ya, demi Allah aku benar benar senang bila Allah mengampuniku. (Lihat Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam sangat menganjurkan umatnya untuk menjadi orang yang suka memaafkan.

(1) Dalam hadits yang diriwayatkan oeh Imam Bukhari dan ad Dailami. Rasulullah Salllahu 'alaih Wasallam bersabda :

أفضل الإيمان الصبر و السماحة

Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada,

(2) Dalam hadits yang diriwayatkan oleh at Thabrani. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

اسمحوا يسمح لكم

Maafkanlah, niscaya kamu akan dimaafkan (oleh Allah Ta'ala),

Wallahu A'lam. (3.495)

  

 

DIANTARA PERKARA YANG MENGHALANGI MANUSIA BERIBADAH

 

DIANTARA PERKARA YANG MENGHALANGI MANUSIA BERIBADAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Beribadah, mengabdi dan menyembah kepada Allah Ta'ala adalah KEWAJIBAN PALING UTAMA hamba hamba Allah. Sungguh Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).

Syaikh as Sa'di berkata : Inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia dan Allah mengutus semua Rasul untuk menyeru kepada tujuan tersebut. Tujuan tersebut adalah menyembah Allah yang mencakup berilmu tentang Allah, mencintai-Nya, kembali kepada-Nya, menghadap kepada-Nya dan berpaling dari selain-Nya.

Semua tujuan itu tergantung pada ilmu (seorang hamba)  tentang Allah, sebab kesempurnaan ibadah itu tergantung pada ilmu dan ma’rifatullah. Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba terhadap Rabbnya, maka ibadahnya akan semakin sempurna.

Dan inilah tujuan Allah menciptakan jin dan manusia yang diberi beban taklif, dan Allah menciptakan mereka bukan karena mereka diperlukan oleh Allah. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Sungguh, ayat ini adalah perintah yang sangat tegas dan jelas bagi hamba hamba Allah untuk beribadah, menyembah dan mengabdi kepada-Nya saja.

Tetapi di zaman ini, jika kita perhatikan, ada banyak manusia lalai melakukan kewajiban yang diperintahkan Allah Ta'ala. Malas shalat, malas berpuasa, malas baca al Qur an, malas belajar ilmu syar'i dan juga malas melakukan  ibadah ibadah  lainnya yang disyariatkan.

Sungguh sangatlah banyak penyebab keadaan yang buruk ini, diantaranya sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin. Beliau berkata : Diantara perkara yang PALING BESAR yang menghalangi seseorang dari agamanya adalah ketika HATINYA TERGANTUNG KEPADA DUNIA dan tidak memandang kecuali hanya untuk menikmati kesenangan duniawi. (Dinukil dari Tafsir surat Yasin).

Ketika seseorang menggantungkan  hatinya kepada dunia maka ingatlah bahwa  sungguh ternyata kehidupan dunia itu tidak bernilai dibanding dengan akhirat. Perhatikanlah sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam, diantaranya adalah :

 قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : وَاللَّهِ مَا الدُّنْيَا فِى

الآخِرَةِ إِلاَّ مِثْلُ مَا يَجْعَلُ أَحَدُكُمْ إِصْبَعَهُ هَذِهِ – وَأَشَارَ يَحْيَى بِالسَّبَّابَةِ – فِى الْيَمِّ فَلْيَنْظُرْ بِمَ يَرْجِعُ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Demi Allah, tidaklah dunia dibandingkan akhirat melainkan seperti salah seorang dari kamu yang mencelupkan jari tangannya ini, perawi bernama Yahya menunjuk jari telunjuk, ke lautan, lalu hendaklah dia perhatikan apa yang didapat pada jari tangannya. (H.R Imam Muslim).

 Selain itu, ketahuilah bahwa yang membuat orang orang malas atau terhalang dari melakukan ibadah adalah  PERBUATAN DOSA DAN  MAKSIAT. Sungguh Allah Ta’ala  berfirman :  

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan kesalahanmu) Q.S asy Syuura 30.

Wallahu A'lam. (3.494)

 

Minggu, 23 Februari 2025

TERMASUK MUSIBAH JIKA WAKTU DISIA SIAKAN

 

TERMASUK MUSIBAH JIKA WAKTU DISIA SIAKAN

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, salah satu nikmat besar yang diberikan Allah Ta'ala kepada hamba hamba-Nya adalah nikmat umur yaitu berupa waktu untuk menjalani hidup di dunia. Ketahuilah bahwa sifat paling utama terhadap nikmat adalah menggunakannya UNTUK BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA.

Bukankah Allah Ta'ala menciptakan kita dan memberi umur atau waktu adalah untuk HANYA UNTUK BERIBADAH, MENGABDI DAN MENYEMBAH KEPADA-NYA. Allah Ta'ala menjelaskan perkara ini dalam firman-Nya :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidak menjadikan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku. (Q.S adz Dzariyat 56).

Tentang surat adz Dzariyat ayat 56 ini, Syaikh  as Sa'di berkata :  Inilah tujuan Allah Ta'ala menciptakan jin dan manusia. Dan Allah Ta'ala mengutus semua Rasul untuk tujuan tersebut. Tujuan tersebut MENYEMBAH ALLAH TA'ALA, yang mencakup : (1) Berilmu tentang Allah Ta'ala. (2) Mencintai-Nya. (3) Kembali kepada-Nya. (4) Menghadap kepada-Nya dan (5) Berpaling dari selain-Nya.

Semua tujuan itu tergantung kepada ilmu dan ma'rifatullah (mengenal Allah Ta'ala). Semakin bertambah pengetahuan seorang hamba terhadap Rabb-nya maka ibadahnya semakin sempurna. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Tentang ayat ini pula, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Seandainya, umat manusia sering merenungi ayat ini, tentu mereka banyak mengingat atau banyak mendapatkan pelajaran. Kita hanya diciptakan untuk beribadah kepada Allah Ta'ala. Orang yang menyadari bahwa dia diciptakan HANYA UNTUK BERIBADAH maka seyogyanya DIA MENJADIKAN SEMUA AMALAN DAN AKTIVITASNYA SEBAGAI IBADAH (bernilai ibadah, peny.). Dari Fatawaa Nuur 'ala ad Darbi, dengan diringkas.

Sungguh, setiap orang dapat nikmat waktu sehari semalam 24 jam tak ada yang lebih tak ada yang kurang dari itu.Dalam jatah waktu sehari semalam tidak ada lebih untuk orang kaya, orang miskin, orang sakit atau sehat, masih muda atau sudah tua, berpendidikan tinggi atau butahuruf semua sama.

Tetapi ketahuilah bahwa bagi sebagian orang waktu itu emas, waktu itu perak, atau besi sudah karatan pula   atau waktu itu sampah sehingga tak bernilai. Semua tergantug bagaimana umur atau waktu dihabiskan atau dimanfaatkan untuk apa. Memang banyak manusia yang tertipu dengan waktu, Rasulullah Salallahu 'alaihi Wsllam menjelaskan perkara ini  dalam sabda beliau :

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

Dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang. (H.R Imam Bukhari)

Ketahuilah bahwa ketika waktu yang pendek ini tidak digunakan untuk yang bermanfaat apalagi digunakan untuk melakukan maksiat dan dosa itulah MUSIBAH YANG NYATA. Kenapa begitu ?. Iya, karena jika nikmat waktu digunakan untuk sesuatu yang menjauhkan diri dari Allah Ta'ala Itulah salah satu tanda berpalingnya seseorang dari Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman :

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ

Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku maka sungguh dia akan menjalani kehidupan yang sempit dan pada hari Kiamat (dibangkitkan) dalam keadaan buta. (Q.S Thaha 124)

Imam Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini : Barangsiapa yang menyelisihi perintah-Ku dan ketentuan syariat yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku (dengan) berpaling darinya, melupakannya, dan mengambil selain petunjuknya  maka baginya penghidupan yang sempit dan sengsara, yaitu di dunia, dan tidak ada kelapangan dalam hatinya. 

Bahkan hatinya sempit dan dadanya sesak karena penyimpangannya, meskipun (terlihat) secara zhahir (hidupnya) senang. Berpakaian, makan dan bertempat tinggal sesukanya. Akan tetapi hatinya selalu diliputi kegundahan, keguncangan dan keraguan karena jauh dari kebenaran dan petunjuk-Nya. (Tafsir Ibnu Katsir).

Diantara ulama Tafsir menjelaskan bahwa orang yang berpaling dari mengingat Allah termasuk adalah yang enggan beribadah kepada-Nya maka kehidupannya akan senantiasa dirundung kesedihan dan duka (Adhawaul Bayan)

Wallahu A'lam. (3.493)

 

 

   

 

HAMBA ALLAH HENDAKLAH BERHATI HATI MENGGUNAKAN NIKMAT BERBICARA

 

HAMBA ALLAH HENDAKLAH  BERHATI HATI MENGGUNAKAN NIKMAT BERBICARA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Salah satu nikmat yang diberikan Allah Ta'ala kepada hamba-Nya adalah nikmat berbicara. Sungguh, kita akan merasakan kesulitan besar jika nikmat berbicara ini tidak dianugerahkan Allah Ta'ala kepada kita.

Tetapi ketahuilah bahwa sifat suatu nikmat haruslah digunakan untuk mencari ridha Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya. Sungguh sangatlah tercela dan merugi jika seseorang berbicara untuk sesuatu yang Allah tidak ridha.  Ingatlah bahwa  semua yang kita ucapkan dan kita perbuat akan dicatat dan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah Ta’ala. Perhatikanlah firman-Nya :  

Pertama : Allah Ta'ala berfirman :

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya  malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat) Q.S Qaaf 18).

Ali bin Abi Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia (Malaikat) akan menulis setiap kebaikan dan keburukan yang diucapkan. Bahkan ia akan mencatat ucapan aku makan, minum, datang , pergi, melihat dan sebagainya (Tafsir Ibnu Katsir).

Kedua : Allah Ta'ala berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ ۚ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.  (Q.S al Isra’ 36).

Rasulullah juga telah mengingat agar seseorang berpikir dulu sebelum mengatakan sesuatu. Siapa tahu karena lisannya, dia akan dilemparkan ke neraka.

Satu hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam bersabda :  

إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان الله , لا يلقي لها بالا , يرفعه الله بها درجات , و إن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط الله , لا يلقي لها بالا يهوي بها في جهنم

Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan keridhaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, karena sebab perkataan tersebut Allah meninggikan derajatnya. 

Dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang mendatangkan kemurkaan Allah, namun dia menganggapnya ringan, dan TERSEBAB PERKATAAN TERSEBUT DIA DILEMPARKAN KE DALAM API NERAKA.  (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Kiranya dua ayat al Qur an dan satu hadits diatas telah memberikan peringatan yang jelas bagi orang orang beriman untuk senantiasa menjaga adab dalam berbicara. Selain itu, ketahuilah bahwa adab paling utama adalah berbicara untuk sesuatu yang baik atau diam.  Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda : 

وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata yang baik atau diam. (H.R

Imam Nawawi berkomentar tentang hadits  ini bahwa : Imam Syafi’i menjelaskan tentang maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berbicara hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa mudharat, maka silahkan dia berbicara.

Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak usah berbicara. (Syarah Shahih Muslim).

Imam an Nawawi  juga berkata : Apabila salah seorang dari kalian hendak berbicara dan pembicaraan tersebut  benar benar baik dan berpahala, baik  dalam membicarakan yang wajib maupun sunnah, silahkan dia mengatakannya. Jika belum jelas baginya, apakah perkataan itu baik dan berpahala atau perkataan itu  tampak samar baginya  antara haram, makruh dan mubah, hendaknya dia tidak mengucapkannya. (Syarah Shahih Muslim).

Wallahu A'lam. (3.492)

 

 

Sabtu, 22 Februari 2025

USMAN BIN AFFAN SEOLAH OLAH MEMBELI SURGA DUA KALI

 

USMAN BIN AFFAN SEOLAH OLAH  MEMBELI SURGA DUA KALI

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Usman bin Affan adalah salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga. Tetapi dengan kekayaannya yang melimpah dan sifat dermawannya yang sangat hebat dia telah dua kali membeli surga. Diriwayatkan oleh Imam al Hakim bahwa Abu Hurairah berkata : Usman bin Affan (seolah olah, peny.) telah membeli surga dua kali dari Nabi Salallahu 'alaihi Wasallam. Diantara penjelasan  hal ini adalah kedermawan beliau pada dua perkara berikut :

Pertama : Menginfakkan harta untuk biaya perang Tabuk.

Diriwayatkan dari Abdurrahman bin Samurah, dia berkata : Usman bin Affan datang kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam dengan membawa 1.000 dinar untuk persiapan pasukan menghadapi perang Tabuk, yaitu ketika masa sulit. Usman meletakkan uang dinar tersebut di pangkuan Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam. Abdurrahman berkata : Beliau membalik baliknya dan bersabda : 

ما ضرَّ عثمانَ ماعَمِلَ بَعْدَ هَذا اليَومِ

Tidaklah akan membahayakan Usman apapun yang dilakukannya setelah hari ini. (Beliau mengatakannya beberapa kali). H.R al Hakim.

Ketahuilah bahwa infak Usman bin Affan sejumlah 1.000 dinar itu adalah jumlah yang sangat banyak. Satu dinar adalah kira kira 4,25 gram. Jadi 1.000 dinar sama dengan kira kira 4.250 gram atau 4, 25 kg emas.

Jika jumlah ini dikonversi dengan harga emas di awal Pebruari 2025 yaitu sekitar satu juta tiga ratus ribu rupiah per gram maka jumlah infak Usman bin Affan untuk membiayai Perang Tabuk adalah lebih kurang LIMA SETENGAH MILYAR RUPIAH.

Kedua : Membeli sumur raumah seharga 40 ribu dirham..

Diriwayatkan bahwa pada saat kemarau yang cukup lama kaum Muhajirin di Madinah kekurangan air. Pada hal mereka terbiasa hidup dengan air zam-zam yang melimpah di kota Makkah . Sumber air yang bisa diandalkan di Madinah saat itu adalah sumur Raumah milik seorang Yahudi. Ketika ada kaum Muhajirin yang membutuhkan air maka harus antri dan membayar kepada Yahudi pemilik sumur Raumah itu.

Melihat kesulitan kaum Muslimin terutama dari kalangan Muhajirin maka Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menawarkan kepada para sahabat untuk membeli sumur Raumah. Beliau bersabda : 

من يشتري لنا بِئْرَ رومة فيجعلها صدقةً للمسلمين، سقاهُ الله يوم القيامة من العطش، فاشتراها عثمان فجعلها صدقة للمسلمين  

Barangsiapa membeli sumur Raumah untuk kita lalu menjadikannya sebagai sedekah untuk kaum muslimin niscaya Allah akan memberikan kepadanya minum yang disebabkan kehausan pada pada hari Kiamat. Lalu Utsman membelinya dan menjadikannya sedekah untuk kaum Muslimin. (Dikeluarkan oleh Ibnu Adi dan Ibnu Asakir).

Usman bersegera mendatangi pemilik sumur itu dan meminta agar si pemilik mau menjual sumurnya meskipun dengan harga yang tinggi. Si Yahudi tak mau karena sumur itu merupakan sumber penghasilan baginya dengan menjual air. 

Usman bin Affan  meminta kepada Yahudi, bagaimana kalau sumur itu dijual separonya, maksudnya bukan sumur itu dibelah dua tapi satu hari milik Yahudi dan satu hari milik Usman. Yahudi merasa dengan begitu dia masih bisa menjual air dua hari sekali. Lalu dia menyetujuinya.

Setelah sumur Raumah ini dibeli Usman maka Usman memberi tahu penduduk Madinah bahwa siapa saja boleh mengambil air dari sumur Raumah sekali dua hari dan gratis karena separo sumur itu sudah menjadi miliknya. Kaum Muslimin memanfaatkan kesempatan untuk mengambil air dari sumur Raumah dalam jumlah lebih yaitu kebutuhan dua hari.

Nah, secara bergiliran, pada hari giliran sumur itu menjadi milik Yahudi tak ada kaum Muslimin yang mengambil air. Akhirnya Yahudi kehilangan pendapatan. Lalu  dia meminta kepada Usman agar membeli yang separonya lagi tapi dengan mahal yaitu 20.000 dirham sebagaimana harga sebelumnya.   

Akhirnya sumur Raumah pun menjadi milik  Usman bin Affan  sepenuhnya. Setelah itu beliau mewakafkan sumur Raumah untuk kepentingan para penduduk Madinah. Siapapun diperbolehkan mengambil air dari sumur itu termasuk pemilik lamanya, si Yahudi itu. (Kitab Rihlah ilad Darul Akhirah, Syaikh Mahmud al Mishri).

Wallahu A'lam. (3.491)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Minggu, 16 Februari 2025

PUASA SENIN KAMIS MEMBERATKAN TIMBANGAN AMAL DI AKHIRAT

 PUASA SENIN KAMIS MEMBERATKAN TIMBANGAN AMAL DI AKHIRAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Semua kaum muslimin tahu betul bahwa puasa Senin Kamis adalah disyariatkan. Kita tahu betul maksudnya kita punya ilmu tentang disyariatkannya dan kita punya ilmu bagaimana cara mengamalkam puasa Senin Kamis. 

Sungguh, Rasulullah Salallahu 'a;aihi Wasallam senantiasa mengamalkan puasa sunnah ini. Diantara penjelasan  tentang perkara ini adalah :

Pertama : Salah satu puasa sunnah yang selalu dijaga Rasulullah adalah puasa sunnah pada hari Senin dan Kamis. Satu hadits dari A’isyah menyebutkan :

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.

Sesungguhnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis. (H.R an Nasai  dan Ibnu Majah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Kedua : Dalam satu riwayat juga disebutkan tentang Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam berpuasa pada hari Senin dan Kamis : 

كَانَ رَسُوْلَ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّي صَوْمَ اْلِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيْسِ

Adalah Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam memperbanyak puasa pada hari Senin dan Kamis. (H.R at Tirmidzi, an Nasa’i dan Ibnu Majah, dishahihkan Syaikh al Albani).

Diantara perkara yang mendorong Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam mengamalkan puasa sunnah Senin Kamis adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut ini :

Usamah bin Zaid pernah bertanya kepada Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam tentang kebiasaan beliau berpuasa pada dua hari yaitu Senin dan Kamis. 

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ حَتَّى لاَ تَكَادَ تُفْطِرُ وَتُفْطِرُ حَتَّى لاَ تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلاَّ يَوْمَيْنِ إِنْ دَخَلاَ فِى صِيَامِكَ وَإِلاَّ صُمْتَهُمَا. قَالَ  :أَىُّ يَوْمَيْنِ  :قُلْتُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ. قَالَ  :ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ

Aku berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam : Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.

Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku : Apa dua hari tersebut ?. Usamah menjawab : Senin dan Kamis. Lalu beliau bersabda : Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam. Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa. (H.R an Nasa’i  dan Imam Ahmad. Al Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini Hasan)

Saudaraku, SUNGGUH KITA TELAH MEMILIKI ILMU  tentang puasa Senin Kamis, mengetahui cara mengamalkannya serta tahu tentang dalilnya oleh karena SANGATLAH BAIK KALAU KITA BERUSAHA SUNGGUH SUNGGUH UNTUK MENGAMALKANNYA.

Sungguh, di akhirat kelak akan  timbangan atau mizan untuk kita semua. Dan yang akan ditimbang ADALAH AMAL KITA BUKAN ILMU KITA. Ilmu adalah jalan untuk beramal di dunia. Segudang ilmu kita tidak akan dinaikkan ke daun timbangan di akhirat kelak karena yang akan ditimbang adalah IBADAH APA YANG TELAH  KITA AMALKAN.

Tentang AMAL KEBAIKAN ANG DITIMBANG adalah sebagaimana dijelaskan  Allah Ta'ala  dalam firman-Nya :

وَٱلْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ ٱلْحَقُّ ۚ فَمَن ثَقُلَتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَٰزِينُهُۥ فَأُو۟لَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ خَسِرُوٓا۟ أَنفُسَهُم بِمَا كَانُوا۟ بِـَٔايَٰتِنَا يَظْلِمُونَ 

Timbangan pada hari itu (menjadi ukuran) kebenaran. Maka barangsiapa berat timbangan (amal kebaikan) nya, mereka itulah orang orang yang beruntung. Dan barangsiapa ringan timbangan (amal kebaikan) nya maka mereka itulah orang yang telah merugikan dirinya sendiri karena mereka mengingkari ayat ayat Kami.  (Q.S al A’raf 8-9

Dan juga Allah Ta'ala mengingat bahwa orang orang beriman YANG TIMBANGAN AMALNYA  lebih berat maka jadilah dia orang yang beruntung. Itulah orang orang  yang mendapat kebahagian di akhirat kelak.

فَهُوَ فِيْ عِيْشَةٍ رَّاضِيَةٍۗ  فَاَمَّا مَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهٗۙ

Maka adapun orang yang berat timbangan (amal kebaikan) nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang) Q.S al Qari’ah 6-7.

Sebagai penutup tulisan ini dinukil salah satu  keutamaan puasa sunnah yaitu dijauhkan wajahnya dari api neraka. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :

ما من عبد يصوم يوما في سبيل الله إلا باعد الله بذالك وجهه عن النار سبعين خريفا

Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah melainkan Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka sejauh tujuh puluh musim karena puasanya itu. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim, dari Abu Sa’id al Khudri)

Bahwa maksud sabda Rasulullah tentang 70 musim adalah perjalan 70 tahun, sebagaimana disebutkan Ibnu Hajr Ashqalani dalam Fathul Bari.

Wallahu A'lam. (3.490).