Senin, 29 Juli 2024

DATANG RASA TAKUT JIKA ENGKAU BERILMU TENTANG SYARIAT

 

DATANG RASA TAKUT JIKA ENGKAU BERILMU TENTANG SYARIAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago 

Sungguh, di zaman ini sangat banyak manusia yang lancang berbuat dosa dan maksiat. Nampaknya tidak ada rasa takut kepada Allah Ta'ala serta tidak takut dengan adzab Allah, 

Lihatlah kenyataan di masyarakat saat ini tentang maraknya  penodongan, penipuan, korupsi, suap-menyuap, riba, perzinaan, pembunuhan, narkotika, dan segala bentuk kriminalitas dengan berbagai modus operandinya.

Saat ini seolah olah   tidak ada lagi perhatian  kepada hukum; halal, haram, wajib, sunnah, baik dan buruk. Sampai-sampai lahirlah perkataan yang bathil :  Mencari yang haram saja susah apalagi yang halal.

Penyebab utamanya adalah karena tidak benar benar memiliki ilmu tentang syariat Islam. Allah Ta'ala berfirman :

إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ

Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (yaitu orang berilmu). Q.S Fathir 28.

Sungguh ketika seorang hamba memiliki ilmu syariat yang memadai maka dia akan didatangi berbagai kebaikan termasuk yang paling utama ADALAH RASA TAKUT KEPADA TA'ALA.

Ketahuilah, ada beberapa manfaat yang akan diperoleh orang yang yang takut kepada Allah Ta'ala, diantaranya :

(1) Surga sebagai tempat tinggalnya.

وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَى فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ

Dan dapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).

(2) Menjadi orang yang mendapat kemenangan.

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخْشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْفَآئِزُونَ

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan. (Q.S an Nur 52).

Sungguh, orang orang yang berilmu memahami betul bahwa mereka selalu dalam pengawasan Allah Ta'ala. Semua perbuatannya akan dicatat dengan lengkap oleh malaikat. Allah Ta'ala berfirman :

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد

(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya) yang satu duduk disebelah kanan dan yang lain disebelah kiri. Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). Q.S Qaf 17-18.

Oleh karena itu maka manusia yang berakal (sehat) terlebih  lagi orang orang beriman akan senantiasa menjaga diri untuk selalu MENJAUHKAN DIRI DARI PERBUATAN BURUK yang mendatangkan murka Allah.

Oleh karena itu hamba hamba Allah senantiasa dan terus menerus belajar ilmu sehingga mendatangkan rasa takut yang sebenar benarnya kepada Allah  Ta'ala.

Wallahu A'lam. (3.332)

  

Sabtu, 27 Juli 2024

HAMBA HAMBA ALLAH JANGAN PERNAH LALAI UNTUK BERTAUBAT

 

HAMBA HAMBA ALLAH JANGAN PERNAH LALAI UNTUK BERTAUBAT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Tentang makna dan hakikat taubat antara lain dijelaskan oleh Prof. Dr. Shalih Ghanim as Sadlan menjelaskan lebih detail yaitu : Secara syar’i  taubat adalah MENINGGALKAN DOSA KARENA TAKUT KEPADA ALLAH TA'ALA, menganggapnya buruk, menyesali perbuatan maksiatnya, bertekad kuat untuk tidak mengulanginya dan terus memperbaiki apa yang bisa diperbaiki dari amalnya.

Dr. Shalih menjelaskan lebih lanjut bahwa hakikat taubat adalah perasaan hati yang menyesali perbuatan maksiat yang sudah terjadi. Lalu mengarahkan hati kepada Allah Ta’ala pada sisa usianya serta (selanjutnya) menahan diri dari dosa. Berbuat dosa. Melakukan amal shalih dan meninggalkan larangan adalah wujud nyata dari taubat. 

Taubat mencakup penyerahan diri seorang hamba kepada Rabb-nya, inabah yaitu kembali kepada Allah Ta’ala dan konsisten menjalankan ketaatan. Jadi, sekedar meninggalkan perbuatan dosa namun tidak melaksanakan amalan yang dicintai Allah Ta’ala maka itu belum dianggap bertaubat. (Kitab At Taubatu Ilallah)

Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan hamba hamba-Nya untuk bertaubat dengan SEBENAR BENAR TAUBAT, sebagaimana firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةً نَّصُوحًا عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُكَفِّرَ عَنكُمْ سَيِّـَٔاتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ

Wahai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang sebenar benarnya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. (Q.S at Tahrim 8).

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan syariatNya, kembalilah dari dosa-dosa kalian kepada ketaatan kepada Allah dengan kembali yang sesudahnya tidak ada lagi kemaksiatan. Semoga Rabb kalian menghapus keburukan-keburukan amal kalian, memasukkan kalian ke surga-surga yang mana sungai-sungai mengalir di bawah istana-istana dan kebun-kebunnya.

Di hari yang Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya, tidak mengazab mereka. Sebaliknya meninggikan kedudukan mereka, cahaya mereka berjalan di depan mereka dan di kanan mereka saat mereka berjalan di atas ash-shirath sesuai dengan amal-amal mereka. (Kementerian Agama Saudi Arabia).

Inilah janji Allah Ta'ala kepada hamba hambanya yang beriman dan bersegera bertaubat dengan taubat yang sebenar benarnya yaitu menutup kesalahan kesalahan hamba-Nya dan memasukkan mereka ke dalam surga-Nya.  

Ketahuilah bahwa di zaman ini banyak orang yang berlalai lalai atau melalaikan dirinya untuk bertaubat. Ketika seseorang lalai bertaubat atau menunggu nunggu waktu untuk bertaubat, misalnya setelah pensiun atau setelah umur 50 tahun dan yang lainnya maka pastilah akan membahayakan dirinya.

Sungguh tidak ada yang menjamin menjelang waktu yang direncanakan untuk bertaubat dia masih memiliki umur karena kematian bisa datang sewaktu waktu. Andaikata seseorang berencana untuk taubat setelah pensiun atau setelah umur 50 tahun, sungguh tidak ada yang menjamin dia akan mendapat taufik atau petunjuk untuk bertaubat seperti waktu yang direncanakannya. Jangan jangan perbuatan maksiat dan dosanya semakin menjadi jadi.

Oleh karena itu hendaknya kita terus menerus memohon ampun dan bertaubat kepada Allah Ta'ala di setiap saat tanpa menunggu momen atau waktu tertentu karena Allah Ta'ala membuka pintu taubat terus menerus,  malam dan siang. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla senantiasa membuka tangan-Nya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang berbuat dosa di waktu siang dan Allah membuka tangan-Nya di waktu siang untuk menerima taubat orang yang  berbuat dosa di waktu malam. (H.R Imam Muslim).

Wallahu A'lam. (3.331).

 

 

 

 

 

Jumat, 26 Juli 2024

JAGA AGAR RASA MALU SELALU ADA PADA DIRIMU

 

JAGA AGAR RASA MALU SELALU ADA PADA DIRIMU

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, rasa malu adalah sumber akhlak yang terpuji dan juga sebagai pendorong hamba hamba Allah untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan kemaksiatan.

Selain itu, rasa malu adalah sumber kehidupan hati dan inti dari segala kebaikan. Perhatikanlah sabda Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam  : 

الْحَيَاءُ خَيْرٌ كُلُّهُ

Rasa malu adalah KEBAIKAN SELURUHNYA. (H.R Imam Muslim).

Salah satu makna dari hadits ini, sebagaimana dijelaskan para ulama, adalah untuk menakut nakuti serta SEBAGAI ANCAMAN. Artinya, orang yang tidak memiliki rasa malu akan melakukan perbuatan buruk SEMAUNYA.

Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam juga mengingatkan dalam sabda beliau : 

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ان مما ادرك الناس من كلام

Rasulullah Salallahu 'alahi Wasallam bersabda :  Kalau engkau tidak malu maka berbuatlah sekehendakmu. (H.R Imam Bukhari).

Imam Ibnul Qayyim berkata : Dosa dosa melemahkan rasa malu seorang hamba bahkan bisa jadi menghilangkan seluruhnya. Akibatnya pelaku tidak lagi terpengaruh atau merasa risih saat banyak orang mengetahui kondisi dan perilaku buruknya.

Lebih parah lagi banyak di antara mereka yang menceritakan keburukan yang pernah dilakukannya. Semua ini disebabkan hilangnya rasa malu. Jika seseorang sudah sampai pada kondisi tersebut maka tidak dapat diharapkan lagi kebaikannya. (Kitab Ad Daa’ wa Dawaa’).

Di zaman ini kita menyaksikan banyak manusia BERKELAKUAN BURUK. Salah satu penyebabnya karena tidak memiliki RASA MALU. Dalam bahasa gaul disebut URAT MALUNYA SUDAH PUTUS.  Tidak malu kepada diri, TIDAK MALU KEPADA ALLAH dan tidak malu kepada orang banyak. 

Az Zamakhsyari berkata : Orang yang tidak memiliki rasa malu akan melakukan perbuatan buruk SEMAUNYA. Sebab faktor pendorong untuk meninggalkan perbuatan buruk adalah rasa malu. Jika tidak ada rasa malu yang mencegah seseorang dari perbuatan buruk maka dia melakukannya. Ini adalah penafsiran Abu ‘Ubaid. (Dari al Faa’iq, az Zamakhsyari).

Di zaman ini kita menyaksikan banyak manusia BERKELAKUAN BURUK. Salah satu penyebabnya karena tidak memiliki RASA MALU. Dalam bahasa gaul disebut URAT MALUNYA SUDAH PUTUS.  Tidak malu kepada diri, TIDAK MALU KEPADA ALLAH dan tidak malu kepada orang banyak. 

Oleh karena itu hamba hamba Allah, peliharalah agar rasa malu selalu ada pada dirimu. Insya Allah bermanfaat. Wallahu A'lam. (3.330).

Selasa, 23 Juli 2024

MESTI TAMBAH SEMANGAT MELAKUKAN KEBAIKAN DI SISA UMUR

 

MESTI TAMBAH SEMANGAT MELAKUKAN KEBAIKAN DI SISA  UMUR

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Semua kita paham betul bahwa ketika matahari tengelam kemaren, hari ini, besok dan seterusnya itulah bukti yang pasti bahwa hitungan umur kita bertambah. Tetapi JATAH ATAU SISA UMUR SEMAKIN BERKURANG. Jadi maknanya adalah waktu untuk kembali ke negeri akhirat semakin dekat.

Sungguh, merupakan penyesalan yang besar, jika umur bertambah, sisa umur berkurang tetapi amal tidak bertambah. Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata : Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang (usia bertambah), namun amalanku tidak bertambah.  (Lihat Miftahul Afkar dan  Mausu’ah khutab Al-Mimbar).

Hamba hamba yang cerdas tentu mengambil manfaat dari perkataan Ibnu Mas'ud diatas sehingga semakin berkurang sisa umur maka HARUSLAH SEMAKIN BERTAMBAH SEMANGAT UNTUK MELAKUKAN KEBAIKAN sebagai bekal kembali ke negeri akhirat. Allah Ta'ala telah mengingatkan perkara ini dalam firman-Nya : 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Wahai orang orang yang beriman. Bertakwalah kepada Allah dan hendaknya setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (Q.S  al Hasyr 18).

Dalam satu atsar yang diriwayatkan oleh Imam at Tirmidzi disebutkan nasehat Umar bin Khaththab : Berhiaslah (persiapkanlah) diri kalian demi menghadapi hari ditampakkannya perbuatan. Pada hari itu  kalian dihadapkan (kepada Rabb kalian). Tiada sesuatupun dari keadaan kalian yang tersembunyi (bagi Allah).

Oleh karena itu manfaatkanlah sisa umur ini untuk melakukan kebaikan. Ketika sisa umur ini digunakan untuk kebaikan maka diampuni dosa dosa yang lalu. Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam menjelaskan perkara ini dalam sabda beliau :

مَن أحسنَ فيما بَقِيَ ، غُفِرَ لهُ ما مَضَى ، ومَن أساءَ فيما بَقِيَ أُخِذَ بما مَضَى وما بَقِيَ

Barangsiapa yang melakukan KEBAIKAN pada usia yang masih tersisa, maka dia diampuni dosanya yang telah lalu. Dan barangsiapa yang melakukan KEBURUKAN pada usia yang masih tersisa, maka dia pun akan disiksa karena dosa dosa di masa lalunya dan (dosa)  pada usia yang tersisa. (H.R ath Thabrani dari Abu Dzar, lihat Shahiihut Targhiib wat Tarhiib).

Saudaraku, mari kita simak apa yang disebutkan  Imam Ibnul Rajab al Hambali yang menceritakan bahwa pada suatu kali seorang Tabi'in yaitu Imam Fudhail bin Iyadh, pernah bertanya kepada seorang laki laki : Berapa usiamu ?. Orang itu menjawab : 60 tahun.

Lalu Imam Fudhail berkata : Berarti selama 60 tahun engkau telah berjalan menuju Rabb-mu dan saat ini engkau hampir sampai kepada-Nya. Maka laki laki itu berkata : Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’uun, sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali.

Kemudian Imam Fudhail bertanya kepadanya : Tahukah engkau tafsir dari apa (kalimat istirja')  yang engkau ucapkan itu ?. Laki laki itu berkata : Tafsirkanlah ucapan itu untukku, wahai Abu Ali. Fudhail bin Iyadh menjelaskan : 

Pertama : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia adalah hamba Allah dan akan kembali kepada-Nya  maka hendaklah ia mengetahui bahwa kelak ia akan disuruh berdiri dihadapan Rabb-nya. 

Kedua : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan disuruh berdiri dihadapan  Rabb-nya maka hendaklah dia mengetahui bahwa dia pasti akan ditanya.

Ketiga : Barangsiapa yang mengetahui bahwa ia akan ditanya maka hendaklah ia mempersiapkan jawaban untuk pertanyaan itu.

Selanjutnya laki laki itu berkata : Lalu bagaimana jalan keluarnya ?. Jalan keluarnya mudah kata Fudhail bin Iyadh. Orang itu bertanya lagi : Apakah itu wahai Abu Ali ?

Imam Fudhail bin Iyadh menjawab : Hendaklah engkau BERBUAT KEBAIKAN DI SISA UMURMU.  Niscaya Allah akan mengampuni (dosa) apa yang telah lalu atas dirimu. Sesungguhnya jika engkau tetap berbuat keburukan pada sisa umurmu niscaya engkau akan dihisab atas semua perbuatan (buruk) mu yang telah lalu dan yang akan datang (Jami’ul Ulum wal Hikam).

Oleh karena itu, wahai hamba hamba Allah, mulai SAAT INI JUGA betul betul fokuslah untuk melakukan  amal shalih  karena ini adalah KESEMPATAN TERAKHIR di sisa sisa umur sebelum diwafatkan.  Ambillah bagian dunia ini secukupnya sebagai sarana untuk beribadah kepada-Nya. Ketahuilah bahwa Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya. (H.R Imam Bukhari).

Wallahu A'lam. (3.329)

Senin, 22 Juli 2024

HAMBA YANG MEMOHON AMPUN DAN BERSYUKUR TIDAK DIADZAB

 

HAMBA YANG MEMOHON AMPUN DAN BERSYUKUR TIDAK DIADZAB

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, ketika seseorang ingkar kepada Allah dan Rasul-nya maka bagi mereka disediakan adzab, di dunia, di barzakh dan lebih berat serta lebih pedih lagi di akhirat kelak. Allah Ta'ala telah mengingatkan TENTANG ADZAB-NYA YANG BERAT DAN PEDIH dalam firman-Nya, diantaranya adalah :

Pertama : Allah Ta'ala berfirman :

ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا۟ عَلَى ٱلْإِثْمِ وَٱلْعُدْوَٰنِ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S al Maidah 2).

Kedua : Allah Ta'ala berfirman :

وَاتَّقُوا فِتْنَةً لَا تُصِيبَنَّ الَّذِينَ ظَلَمُوا مِنْكُمْ خَاصَّةً ۖ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya. (Q.S al Anfal 25).

Syaikh as Sa'di berkata : "Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksa-Nya", yaitu bagi orang orang yang melakukan penyebab murka-Nya dan menjauhi ridha-Nya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu, ketahuilah bahwa adzab yang PALING RINGAN-PUN DI AKHIRAT SUNGGUH SUDAH  MEMBUAT KITA SANGAT TAKUT. Rasulullah Salallahu  'alaihi Wasallam telah menggambarkan bagaimana beratnya adzab yang paling ringan, sebagaimana sabda beliau dari an Nu’man bin Basyir,  Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :

إنَّ أهْوَنَ أهل النارِ عذاباً مَنْ لَهُ نَعْلانِ وشِرَاكانِ من نارٍ يَغلي منهما دماغُه كما يغلي المِرْجَل ما يَرَى أنَّ أحداً أشدُّ منهُ عَذَاباً وإنَّهُ لأهْونُهمْ عذاباً

Penduduk neraka yang paling ringan siksaannya di neraka adalah seseorang yang memakai dua sandal neraka yang memiliki dua tali. Kemudian otaknya mendidih karena panasnya sebagaimana mendidihnya air di kuali. Orang tersebut merasa tidak ada orang lain yang siksanya lebih pedih dari siksaannya. Padahal siksaannya adalah yang paling ringan diantara mereka. (H.R Imam Muslim).

Oleh karena itu, saudaraku, ketahuilah bahwa Allah Ta'ala telah menjelaskan sangat banyak jalan untuk menghindar dari adzab. Dua diantaranya, yaitu dengan pertolongan-Nya  bisa kita amalkan adalah :

Pertama : Senantiasa memohon ampun. Allah Ta’ala berfirman : 

وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

 Dan tidaklah (pula) akan mengadzab mereka, sedang mereka memohon ampun. (Q.S al Anfal 33).

Syaikh as Sa’di berkata tentang ayat ini : Ini adalah pencegah adzab dari mereka padahal sebab sebab turunnya adzab telah terpenuhi. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Kedua : Senantiasa bersyukur. Allah Ta'ala berfirman :

مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ ۚ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا

Allah tidak akan mengadzabmu jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui. (Q.S an Nisa’ 147).

Wallahu A'lam. (3.328)

 

 

 

 

 

 

TENTANG KEUTAMAAN MEMBACA KALIMAT ISTIRJA'

 

TENTANG KEUTAMAAN MEMBACA KALIMAT ISTIRJA'

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, pada waktu yang Allah Ta’ala tetapkan maka setiap hamba akan diberi ujian berupa musibah terhadap dirinya, keluarganya, hartanya dan yang lainnya. Allah Ta’ala berfirman :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ

Dan Kami akan menguji kamu DENGAN SEDIKIT  ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah buahan. Dan sampaikanlah berita gembira kepada orang yang sabar. (Q.S al Baqarah 155).

Seperti apa kabar gembira yang akan diteriama oleh orang yang bersabar itu, dijelaskan Allah Ta’ala dalam firman-Nya :

أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

Mereka itulah yang memperoleh KEBERKAHAN dan RAHMAT dari Rabb-nya. Dan mereka itulah orang orang yang mendapat PETUNJUK. (Q.S al Baqarah 157).

Syaikh as Sa’di berkata : Orang yang berlaku sabar tadi : (1) “Mendapatkan keberkahan dari Rabb mereka”. Yaitu pujian dan perubahan kondisi mereka. (2) “Dan rahmat”  yang agung, diantaranya rahmat-Nya kepada mereka adalah bahwa Allah memberi taufik kepada mereka dengan kesabaran yang membuat mereka mendapat pahala yang sempurna. (3) “Mereka itulah orang yang mendapat petunjuk” yaitu orang orang yang mengetahui kebenaran. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Selain itu ketahuilah, bahwa ketika ujian berupa musibah datang maka hamba hamba Allah hendaklah mengedepankan sikap sabar dan  SANGAT DIANJURKAN untuk membaca kalimat istirja’ yakni INNA LILLAAHI WA INNAA ILAHI RAJI’UUN.

Dalam hadis dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘anha, dia mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيبُهُ مُصِيبَةٌ فَيَقُولُ مَا أَمَرَهُ اللَّهُ: {إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ} ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي فِي مُصِيبَتِي وَأَخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا، إِلَّا أَخْلَفَ اللَّهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا

Apabila ada seorang muslim yang mengalami musibah, lalu dia mengucapkan kalimat ISTIRJA' seperti yang Allah perintahkan : 

إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Yaa Allah berikanlah pahala untuk musibahku, dan gantikan untukku dengan sesuatu yang lebih baik darinya. Maka Allah akan memberikan ganti untuknya dengan yang lebih baik. (H.R Imam Muslim)

Jadi, hamba hamba Allah sangat dianjurkan membaca kaimat istirja' dan TETAPLAH BERSABAR dalam menghadapi berbagai ujian dan musibah. Sungguh Allah Ta’ala berfirman :

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ

Dan Allah mencintai orang orang yang sabar. (Q.S Ali Imran 146).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (3.327).

 

 

 

 

 

 

Senin, 15 Juli 2024

LEBIH BAIK ABAIKAN SAJA CELAAN MANUSIA

 

LEBIH BAIK ABAIKAN SAJA CELAAN MANUSIA

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Ketika kita mengatakan sesuatu dihadapan orang lain, menulis sesuatu di medsos misalnya atau melakukan sesuatu terkadang ada saja yang mencela. Sungguh perbuatan suka mencela hakikatnya adalah perbuatan buruk. Sungguh Allah Ta’ala  telah melarang sifat yang buruk ini, sebagaimana firman-Nya :

وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Janganlah kamu SALING MENCELA SATU SAMA LAIN dan janganlah saling memanggil dengan gelar gelar yang buruk. Seburuk buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, Maka mereka itulah orang-orang yang zhalim. (Q.S. al Hujuraat  11)

Syaikh Abdurrahman as Sa’di rahimahullah berkata : Dalam ayat ini terdapat penjelasan tentang sebagian hak seorang mukmin dengan mukmin yang lain. Yaitu janganlah sekelompok orang mencela sekelompok yang lain baik dengan kata kata ataupun perbuatan yang mengandung makna merendahkan saudara sesama muslim.

Perbuatan ini TERLARANG DAN HARAM HUKUMNYA. Perbuatan ini menunjukkan bahwa orang yang mencela itu merasa kagum dengan dirinya sendiri (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam juga telah mengingatkan tentang keburukan dan bahaya sifat mencela sebagaimana sabda beliau :

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

Mencela seorang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya (adalah) kekufuran. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Selain itu, ketahuilah bahwa orang orang beriman tidak boleh takut dengan celaan manusia karena celaan manusia tidak akan membinasakan bahkan tidak akan menurunkan kedudukan dan martabat seseorang di hadapan Allah Ta'ala. Allah Ta'ala berfirman :

َلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَآئِمٍ ۚ

… dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. (Q.S al Maidah 54).

Syaikh as Sa'di berkata : “Tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka mencela,” justru mereka mendahulukan ridha Allah dan takut kepada celaan-Nya daripada celaan mahkluk. Ini membuktikan kuatnya semangat dan keinginan mereka, karena orang yang hatinya lemah, maka semangatnya juga lemah. Semangatnya akan goyah jika  menghadapi orang yang mencela, dan kekuatannya akan luluh jika dia menjadi sasaran celaan. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).

Wallahu A'lam. (3.326)

 

 

 

BERDOA DENGAN BERENDAH DIRI DAN SUARA LEMBUT

 

BERDOA DENGAN BERENDAH DIRI DAN SUARA LEMBUT

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Sungguh, orang orang beriman setiap saat selalu berdoa kepada Allah Ta'ala. Diantaranya adalah  pada saat WAKTU dijabahnya doa seperti di sepertiga malam terakhir. Tentang berdoa di waktu ini disebutkan dalam  sabda Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Dari Jabir, ia berkata, Aku mendengar Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam  bersabda : Sesungguhnya pada malam hari itu benar-benar ada saat yang seorang muslim dapat menepatinya untuk memohon kepada Allah suatu kebaikan dunia dan akhirat, pasti Allah akan memberikannya (mengabulkannya) dan itu (ada) setiap malam. (H.R Imam Muslim dan Imam Ahmad).

Dan juga doa akan lebih mudah dikabulkan pada KEADAAN SEMPIT jika sering berdoa pada KEADAAN LAPANG.  Rasulullah Salallahu 'alaihi Wasallam bersabda :  

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِبَ اللَّهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَيَكْثُرُ الدَّعَاءَ فِى الرَّخَاءِ

Barangsiapa yang suka Allah mengabulkan doanya pada saat saat sempit dan kesulitan, hendaklah dia banyak berdoa pada saat saat lapang. (H.R Imam at Tirmidzi dan al Hakim).

Syaikh Abdul ‘Aziz as Sayyid Nada berkata : Hendaknya seseorang memperbanyak berdoa pada saat saat lapang agar Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabulkan permintaannya pada saat saat sempit. (Kitab Ensiklopedi Adab Islam).

Selain itu ada satu perkara penting yang mesti menjadi perhatian kita ketika berdoa yaitu bersungguh sungguh dalam berdoa DENGAN BERENDAH DIRI DAN SUARA LEMBUT. Inilah salah satu adab yang mesti dilazimkan oleh hamba hamba Allah yang berdoa. Sungguh Allah Ta'ala telah mengingatkan perkara ini dalam firman-Nya.

(1) Dalam surat al A'raf ayat 55. Allah Ta'ala berfirman :

ٱدْعُوا۟ رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلْمُعْتَدِينَ

Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.

Dalam Kitab Tafsir al Muyassar disebutkan : Berdoalah wahai orang yang beriman, kepada Rabb kalian, dengan keadaan penuh menghinakan diri kepada-Nya. Dengan suara rendah dan perlahan. Dan hendaknya doa dilakukan dengan hati khusyu dan jauh dari riya. Sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menyukai orang-orang yang bertindak melampaui batas syariat-Nya. Dan perbuatan melampaui batas yang paling besar adalah perbuatan syirik kepada Allah, seperti berdoa kepada selain Allah, dengan meminta kepada orang-orang yang sudah mati, berhala-berhala dan yang semisalya.

(2) Dalam surat Maryamayat 3. Allah Ta'ala berfirman :

إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥ نِدَآءً خَفِيًّا

Yaitu tatkala ia berdoa kepada Rabb-nya dengan suara yang lembut.

Dan sungguh, setiap saat kita bermohon kepada Allah Allah agar Allah mengabulkan doa doa kita.

Wallahu A'lam. (3.325).