Minggu, 30 Juni 2024

DIBUTUHKAN KESABARAN DALAM MENJAUHI LARANGAN ALLAH

 

DIBUTUHKAN KESABARAN DALAM MENJAUHI LARANGAN ALLAH

Disusun oleh : Azwir B. Chaniago

Dua perkara pokok dalam syariat adalah : (1) Melaksanakan perintah Allah Ta'ala sesuai kemampuan. (2) Menjauhi larangan-Nya secara totalitas. Ketahuilah bahwa semua perintah Allah Ta'ala dan semua larangan-Nya pastilah memiliki kebaikan bagi kita hamba hamba-Nya. Kebaikan itu ada yang kita ketahui bentuk dan sifatnya tetapi  ada pula yang tidak  kita ketahui.

Dua perkara ini, baik dalam melaksanakan perintah Allah ataupun menjauhi larangan-Nya SUNGGUH SANGAT DIBUTUHKAN KESABARAN. Bahkan pada tahap awal bisa jadi dibutuhkan pemaksaan diri. Ketahuilah bahwa bagi orang orang yang takut kepada Allah Ta'ala dengan sebenar benar takut maka dua perkara ini tentulah terasa lebih ringan. 

Ketahuilah bahwa tentang SABAR MENJAUHI LARANGAN ALLAH TA'ALA dijelaskan oleh  Syaikh Muhammad Shalih al Utsaimin. beliau berkata : Sabar dalam menjauhi yang dilarang Allah Ta'ala, yaitu hendaklah manusia menahan diri dari yang Allah haramkan, karena jiwa ini senantiasa memerintah kepada keburukan. Hendaklah seorang hamba sabar untuk menjauhi yang diharamkan Allah.

Beliau juga memberi nasehat : Sabar dalam menjauhi larangan Allah, misalnya sebagian orang telah tergelincir dalam kegiatan yang diharamkan Allah Ta'ala seperti (urusan) riba, penipuan, kecurangan dan lain lain yang diharamkan Allah Ta'ala, maka hendaklah dikatakan kepadanya : Bersabarlah saudaraku, janganlah engkau bermuamalah dengan cara yang haram.

Ada yang mempunyai kebiasaan memandang wanita. Kamu dapati orang seperti ini senang berjalan jalan di pasar (di mal, peny.). Setiap kali ada wanita melintas ia akan mengamatinya. Hendaklah dikatakan kepadanya : Bersabarlah saudaraku, jauhilah perbuatan (buruk) ini. (Tafsir Juz 'Amma).

Bersabar dalam menjauhi larangan Allah Ta'ala adalah sesuatu yang SANGAT BERAT bagi sebagian manusia karena :

(1) Manusia itu memiliki hawa nafsu dan nafsu  yang terkadang sulit untuk untuk  dikendalikan.  Dan hawa nafsu itu cenderung kepada keburukan dan melalaikan. Allah Ta'ala berfirman : 

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِالسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

(Yusuf berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Q.S Yusuf 53).

Dalam kitab Tafsir Kariimir Rahman di sebutkan bahwa : “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan” maknanya adalah seringkali (nafsu itu) memerintahkan pemiliknya untuk berbuat keburukan yakni perbuatan keji dan segala dosa. (Syaikh as S'adi).

(2) Manusia mempunyai musuh yang nyata yaitu syaithan yang selalu berusaha menggoda dan mendorong untuk melakukan kemaksiatan dan dosa. Allah Ta'ala  berfirman : 

إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

Sesungguhnya (syaithan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji dan mengatakan apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah (Q.S al Baqarah 169)

Wallahu A'lam. (3.308)

 

 

 

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar