ORANG BERIMAN MENJAGA
SIFAT TAWADHU' DALAM DIRINYA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Secara bahasa tawadhu’
adalah sifat rendah hati yaitu kebalikan dari sikap sombong. Imam Hasan al
Bashri ditanya tentang tawadhu’ beliau menjawab : Tawadhu’ adalah engkau keluar
rumahmu dan tidak berjumpa dengan seorang kecuali engkau menganggapnya lebih
baik dari dirimu. (Madarijus Saalikin).
Syaikh Salim al Hilali berkata : Orang yang tawadhu' tidak menghina siapapun, sebab seorang hamba yang tawadhu tidak melihat dirinya memiliki nilai lebih jika dibanding dengan orang lain. Dia melihat orang lain tidak membutuhkannya dalam masalah agama atau dunia.
Seorang hamba tidak akan meninggalkan tawadhu kecuali kesombongan mencengkeram jiwanya. Dan ia tidak arogan kepada orang lain, kecuali saat ia takjub dengan dirinya sendiri.
Oleh karenanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam menjelaskan bahwa sombong adalah menghina orang lain. Sehingga dapatlah disimpulkan bahwa tawadhu tercermin pada penghargaan kepada orang lain. (Dari Kitab at Tawadhu’ Syaikh Salim al Hilali)
Sungguh sifat tawadhu' adalah sesuatu yang terpuji dan SANGAT DIANJURKAN DALAM SYARIAT ISLAM. Dan Allah Ta'ala memerintahkan orang beriman untuk bersifat tawadhu' sebagaimana firman-Nya :
وَاخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan berendah hatilah engkau terhadap orang orang yang
beriman. (Q.S al Hijr 88).
Sungguh hamba hamba Allah adalah orang yang tawadhu'
sebagaimana Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ
ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا
Adapun hamba hamba Rabb Yang Maha
Pengasih itu adalah orang orang yang berjalan di muka bumi dengan rendah
hati. (Q.S al Furqan 63).
Tentang tawadhu' juga diingatkan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam sabda beliau :
مَا نَقَصَتْ
صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا، وَمَا
تَوَاضَعَ أَحَدٌ للَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ
Harta tidak akan mungkin berkurang karena sedekah, tidaklah
seorang memberikan maaf kepada orang lain melainkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
malah menambahkan kemuliaan pada orang tersebut. Dan tidaklah seseorang merendahkan hatinya
karena Allah melainkan pasti diangkat derajatnya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
(H.R Imam Muslim).
Lalu apa usaha
yang bisa dilakukan untuk mendapatkan atau memelihara sifat tawadhu'. Perkara
ini dijelaskan oleh Abu Abdullah,
diantaranya adalah :
(1) Cara yang paling utama adalah engkau tidak memandang dirimu lebih baik dari orang lain. Muliakanlah orang yang kamu lihat dengan sepenuh hati. Mintalah doanya serta berharaplah bahwa kamu dihindarkan dari keburukan karena doanya. Inilah ketawadhuan yang terbesar.
(2) Tawadhu' berikutnya adalah seorang hamba Allah bersikap tawadhu' dengan hatinya yaitu dengan memperlihatkan kasih sayangnya kepada orang yang dia kenal dan tidak menghina orang yang menyelisihinya.
(3) Cara tawadhu' berikutnya adalah yang lazim bagi seluruh hamba Allah dan yang wajib atas mereka yaitu sujud kepada Allah Ta'ala. (Tahdzib Hilyah al Auliya).
Wallahu A'lam. (3.297)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar