ADA BEBERAPA
PERKARA YANG MENDATANGKAN KEBAHAGIAAN
Oleh : Azwir B. Chaniago
Memperoleh kebahagian adalah satu perkara yang
menjadi keinginan yang paling diharapkan oleh orang orang beriman. Kebahagian
yang sangat diinginkan bukan hanya di dunia tapi paling utama kebahagiaan di
akhirat.
Ketahuilah bahwa ada banyak perkara yang akan
membuat orang orang beriman mendapat kebahagiaan, diantaranya adalah :
Pertama : Meski tak bertemu Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam tapi beriman kepada beliau.
Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam
bersabda :
أيُّ الخَلْقِ أَعْجَبُ إيمانًا؟
Siapakah orang yang paling menakjubkan imannya
?. Sahabat menjawab : Para Malaikat. Beliau bersabda :
الملائكةُ كَيْفَ لا يُؤْمِنُونَ ؟!
Malaikat bagaimana mereka tidak akan beriman
? Shahabat menjawab : Para Nabi. Beliau
bersabda :
النبيُّونَ يُوحَى إليهِمْ فكيفَ لا
يُؤْمِنُونَ ؟
Para Nabi mendapatkan wahyu, jadi bagaimana
mungkin mereka tidak akan beriman ?
Shahabat menjawab : Para Shahabat Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam.
Beliau bersabda :
الصَّحابَةُ مع الأنبياءِ فكيفَ لا
يُؤْمِنُونَ ؟!
ولكن أعجب الناس إيمانا: قوم يجيئون من
بعدكم فيجدون كتابا من الوحي; فيؤمنون به ويتبعونه, فهم أعجب الناس إيمانا - أو
الخلق إيمانا.
Para Shahabat bersama para nabi, jadi
bagaimana mungkin mereka tidak akan beriman ?. Namun orang yang paling
menakjubkan imannya adalah kaum yang datang setelah kalian, lalu mereka
menjumpai sebuah kitab yang berasal dari wahyu, kemudian mereka mengimaninya
dan mengikutinya. Jadi mereka adalah orang yang paling menakjubkan
imannya. (Kitab Silsilah ash-Shahihah).
Bahwa dalam satu hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari disebutkan bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda :“Berbahagialah
orang yang pernah melihatku dan beriman kepadaku” (Nabi Shallallahu alaihi
wasallam mengucapkan itu satu kali).
“Berbahagialah orang yang beriman
kepadaku padahal tidak pernah melihatku.” (Nabi Shallallahu alaihi wasallam
mengucapkan kalimat ini hingga tujuh kali).
Kedua : Orang yang senantiasa beribadah
dengan ihklas.
Sungguh, ikhlas adalah salah satu syarat yang
sangat penting untuk diterimanya ibadah seorang hamba dan syarat lainnya adalah
ittiba’ kepada Rasulullah. Allah Ta’ala memerintahkan hamba hamba-Nya untuk
beribadah dengan ikhlas.
(1) Firman Allah Ta’ala, surat al An’am
162 :
قُلْ إِنَّ صَلاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ
الْعَالَمِين
Katakanlah :
Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Rabb semesta alam.
(2) Firman
Allah Ta’ala, surat Al-Bayyinah ayat 5 :
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا
اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Padahal mereka hanya disuruh
menyembah Allah dengan ikhlas mentaati-Nya semata mata karena (menjalankan) agama.
Sungguh berhagialah orang yang ikhlas dalam
beribadah dan dia ittiba’ kepada Rasululah Salallahu ‘alaihi Wasallam karena
ibadahnya menjadi bermanfaat dan bernilai di sisi Allah Ta’ala.
Mereka dikelompokkan oleh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam sebagai orang yang beruntung, dan berbahagia. Beliau bersabda : “Berbahagialah
orang-orang yang ikhlas, mereka adalah pelita-pelita hidayah yang dari mereka
setiap fitnah yang gelap menjadi terang.” (H.R Abu Nu`aim).
Ketiga : Banyak istighfar dalam
catatan amalnya.
Sungguh, Allah Ta’ala Yang Maha Mengetahui
telah menugaskan dan memerintahkan pula dua malaikat untuk mencatat semua
perbuatannya baik perkataan maupun perbuatan. Allah Ta’ala berfirman :
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ
مَا يَلْفِظُ مِنْ
قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيد
(Ingatlah)
ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya) yang satu duduk disebelah kanan dan
yang lain disebelah kiri. Tidak ada satu kata yang diucapkannya melainkan ada
di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat). Q.S Qaf 17-18.
Allah Ta’ala
berfirman :
وَكُلُّ
صَغِيرٍ وَكَبِيرٍ مُسْتَطَرٌ وَكُلُّ شَيْءٍ
فَعَلُوهُ فِي الزُّبُرِ
Dan segala
sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku catatan. Dan segala
(sesuatu) yang kecil maupun yang besar (semuanya) tertulis. (Q.S al Qamar 52-53)
Sungguh rasa bahagia akan mendatangi orang orang yang mendapati banyak istighfar
pada catatan amalnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
طُوْبَى ِلمَنْ وَجَدَ فِي
صَحِيْفَتِهِ اسْتِغْفَارًا كَثِيْرًا.
Sungguh berbahagialah bagi orang
yang mendapati pada catatan amalnya istighfar yang banyak. (H.R Ibnu Majah,
dishahihkan oleh Syaikh al Albani)
Keempat : Senantiasa beramal dengan
ilmu.
Mengamalkan suatu perbuatan harus didasari
ilmu agar amalnya sesuai dengan
petunjuk. Tahu yang benar dan yang
salah. Tahu mana yang sunnah dan tahu pula mana yang diada adakan. Imam
Bukhari berkata : Ilmu sebelum beramal
dan berucap. Ucapan ini menunjukkan pentingnya ilmu sebagai dasar dalam
melakukan suatu amalan baik berupa perbuatan maupun ucapan.
Oleh karenanya sangatlah penting untuk belajar ilmu dan mengamalkan
sesuatu berdasarkan ilmu. Rasul Shallallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Berbahagialah
orang yang beramal dengan ilmunya”. (H.R Imam Bukhari).
Sungguh berbahagia orang orang ang beramal
dengan ilmu yang lurus. Sungguh amalnya akan memberi manfaat baginya karena
bernilai di sisi Allah Ta’ala.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata
: Kebahagiaan yang hakiki adalah kebahagiaan jiwa, ruh, dan
hati. Kebahagiaan itu tidak lain adalah kebahagiaan ilmu (memiliki ilmu
agama) yang bermanfaat dan buahnya.
Karena sesungguhnya itulah kebahagiaan yang
abadi dalam seluruh keadaan. Kebahagiaan ilmulah (yang diamalkan) yang menemani
seorang hamba dalam seluruh perjalanan hidupnya di tiga negeri yaitu : (1) Negeri
dunia. (2) Negeri barzakh atau alam
kubur, dan (3) Negeri akhirat.(Al‘Ilmu, Fadhluhu wa Syarafuhu).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.849)