MEMBANGUN RUMAH DI AKHIRAT JAUH LEBIH UTAMA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Setiap orang yang hidup di dunia butuh rumah
tempat tinggal. Hidup di dalam rumah tentu lebih nyaman dalam banyak hal
seperti dalam membina keluarga. Terutama sekali juga untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai
ibadah sehingga bisa mendapatkan home sweethome atau baiti jannati, tetapi
ingat bahwa sifatnya sementara. Allah Ta’ala berfirman :
وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُمْ مِنْ
بُيُوتِكُمْ سَكَنًا
Dan Allah menjadikan rumah rumah bagimu
sebagai tempat tinggal. (Q.S an Nahal 80).
Sungguh kita butuh rumah sebagai tempat
tinggal yang abadi yaitu rumah di surga. Oleh karena itu yang paling utama
sekali, saat ini kita harus berusaha dengan sungguh agar bisa membangun rumah
di akhirat.
Allah Ta’ala berfirman :
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَكَ مِنَ
الْأُولَىٰ
Dan sungguh yang kemudian itu (kehidupan akhirat)
lebih baik bagimu dari yang permulaan (kehidupan dunia). Q.S adh Dhuha 4.
Ketahuilah bahwa rumah di akhirat sangatlah jauh
berbeda dengan rumah di dunia bahkan sangatlah sulit untuk membandingkannya.
Diantaranya adalah :
Pertama
: Rumah di dunia hanya untuk sementara. Syaikh as Sa’di, dalam menafsirkan
surat an Nahal 80 tersebut diatas, berkata : Tapi itu semua hanya UNTUK SEMENTARA
sampai kita diwafatkan Allah Ta’ala. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Mungkin saja seseorang bisa membangun rumah di
dunia dengan sangat kokoh sehingga rumahnya bisa berumur ratusan tahun tetapi
dia hanya akan menempati rumah itu paling lama antara 60 sampai 70 tahun dan sedikit sekali yang
lebih dari itu. Jadi memang sifatnya sementara.
Rumah di akhirat adalah untuk selama lamanya,
abadi tak pernah berakhir karena hari akhirat itu kekal. Allah berfirman :
جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ
عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ
Balasan mereka di sisi Rabb mereka adalah
surga ‘Adn yang mengalir dibawahnya sungai sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama lamanya. (Q.S al Baiyinah 8).
Kedua
: Rumah di dunia dibangun oleh manusia yang sifatnya lemah. Umumnya memakai
batu bata dengan bahan baku tanah yang dibakar serta material lainnya. Sungguh
rumah di surga sulit untuk dibanding dengan rumah akhirat karena Allah Ta’ala
Mahakaya yang membangunnya.
Abu Hurairah berkata bahwa kami pernah
bertanya kepada Rasulullah Salallahu ‘alahi
Wasallam tentang bangunan surga. Beliau bersabda :
لبنه من فضّة لبنة من ذهب و ملاطها
المسك الأذفر وحصباؤها اللّؤلؤ والياقوت وتربتها الزّعفران
Surga itu bangunannya tersusun dari bata yang
terbuat dari emas dan perak. Adukan semennya adalah campuran misk al adzfar.
Batu kerikilnya adalah permata dan yaqut dan pasirnya za’faran”. (H.R Imam Ahmad dan at Tirmidzi, dishahihkan
oleh Syaikh al Albani).
Ketiga
: Rumah di dunia HANYA BISA DIBANGUN oleh orang orang yang memiliki harta
berlebih. Ketika ada yang ingin membangun rumah di dunia dengan dana terbatas
maka bisa jadi rumahnya terbengkalai bahkan mencari hutang kesana kemari.
Rumah di akhirat BISA DIBANGUN OLEH SIAPA
SAJA. Tak ada kaitan langsung dengan harta yang banyak. Orang kaya ataupun
miskin, orang sehat ataupun sakit, orang sempurna fisiknya maupun orang lumpuh
ataupun buta dan yang lainnya semua bisa membangun rumah di surga. Ketika
seseorang memiliki iman dan amal shalih maka dia akan ke surga dan mendapat
tempat tinggal atau rumah di situ. Allah Ta’ala berfirman :
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
وَتِلْكَ الْجَنَّةُ الَّتِي أُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Itulah surga yang diwariskan kepada kepada
kamu karena perbuatan (baik) yang telah kamu kerjakan. (Q.S az Zukhruf 72)
Sungguh Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya telah
memberi sangat banyak jalan atau cara untuk membangun rumah di surga, diantaranya
adalah :
Pertama : Membangun masjid meskipun dengan
dana sedikit.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda
:
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ بَنَى
اللَّهُ لَهُ فِى الْجَنَّةِ مِثْلَهُ
Barangsiapa yang membangun masjid
karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga. (H.R Imam
Bukhari dan Imam Muslim).
Dari
Jabir bin ‘Abdullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ بَنَى مَسْجِدًا لِلَّهِ
كَمَفْحَصِ قَطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِى الْجَنَّةِ
Barangsiapa yang membangun masjid
karena Allah walaupun hanya sebesar tempat burung bertelur atau lebih kecil,
maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga. (H.R Ibnu Majah).
Satu
hal yang perlu diperhatikan adalah berapapun dana atau material ataupun tenaga
yang dikeluarkan seseorang untuk mendirikan masjid maka haruslah menjaga keikhlasan sehingga betul betul
bernilai di sisi Allah. Sungguh dua hadits ini menekankan kata LILLAH YAITU
KARENA ALLAH. Ibnu Hajar berkata : Yang dimaksud lillah adalah ikhlas karena
Allah. (Fathul Bari).
Kedua
: Meninggalkan perdebatan, meninggalkan dusta dan berakhlak mulia.
Dari
Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda :
أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ
الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ
الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ
حَسَّنَ خُلُقَهُ
Aku memberikan jaminan rumah di pinggiran
surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walaupun dia orang yang benar.
Aku memberikan jaminan rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan
kedustaan walaupun dalam bentuk candaan. Aku memberikan jaminan rumah di surga
yang tinggi bagi orang yang bagus akhlaknya. (H.R Abu Daud)
Ketiga : Menutup celah dalam shaf shalat.
Menutup celah shaf adalah sesuatu yang
hakikatnya mudah dilakukan oleh siapa saja meskipun sebagian orang tak tertarik
untuk mengamalkannya. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ سَدَّ فُرْجَةً بَنَى اللهُ
لَهُ بَيْتًا فِي الجَنَّةِ وَرَفَعَهُ بِهَا دَرَجَةً
Barang siapa yang menutupi suatu
celah (dalam shaf), niscaya Allah akan mengangkat derajatnya karena hal
tersebut dan akan dibangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga. (H.R al Muhamili,
lihat ash Shahihah, no. 1892)
Keempat : Mengamalkan
salat sunnah rawatib.
Dari Ummu Habibab Radhiyallahu
‘Anha, berkata: Aku Mendengar Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda :
مَنْ صَلَّى اثْنَتَيْ
عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ بُنِيَ لَهُ بِهِنَّ بَيْتٌ فِي
الْجَنَّةِ
Siapa yang shalat 12 rakaat shalat
sunnah rawatib) dalam sehari semalam niscaya dibangunkan untuknya rumah di
surga. (H.R Imam Muslim)
Shalat 12 raka’at yang dimaksud
adalah empat rakaat sebelum dzuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua raka’at
sesudah maghrib, dua rakaat setelah ‘isya, dan dua rakaat sebelum shubuh
sebagaimana yang terdapat dalam hadits ‘Aisyah dalam Sunan at Tirmidzi dan Ibnu
Majah.
Kelima : Beriman
pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ini adalah cara paling penting dan
utama untuk mendapatkan rumah di surga. Dari Fadhalah bin ‘Ubaid radhiyallahu
‘anhu, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
أَنَا زَعِيمٌ وَالزَّعِيمُ
الْحَمِيلُ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ وَهَاجَرَ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ
وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ وَأَنَا زَعِيمٌ لِمَنْ آمَنَ بِي وَأَسْلَمَ
وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي
وَسَطِ الْجَنَّةِ وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى غُرَفِ الْجَنَّةِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ
فَلَمْ يَدَعْ لِلْخَيْرِ مَطْلَبًا وَلَا مِنْ الشَّرِّ مَهْرَبًا يَمُوتُ حَيْثُ
شَاءَ أَنْ يَمُوتَ
Aku menjamin orang yang beriman
kepadaku, masuk islam dan berhijrah dengan sebuah rumah di pinggir surga, di
tengah surga, dan surga yang paling tingggi. Aku menjamin orang yang beriman
kepadaku, masuk islam dan berjihad dengan rumah di pinggir surga, di tengah
surga dan di surga yang paling tinggi. Barangsiapa yang melakukan itu, maka ia
tidak membiarkan satu pun kebaikan, dan ia lari dari setiap keburukan, ia pun
akan meninggal, di mana saja Allah kehendaki untuk meninggal. (H.R an Nasa’i).
Ketahuilah bahwa beriman kepada Rasulullah
Salallahu Salallahu ‘alaihi Wasalam tentu bukan sekedar ucapan tetapi juga
harus juga dengan mencintai beliau. Dan diantara tanda mencintai beliau adalah
sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh Muhammad bin Abdulwahab at Tamimi, yaitu :
(1) Tha’atuhu fima‘amar - Mentaati apa
yang diperintahkan beliau. (2) Wa tashdiqu fima akhbar - Membenarkan
berita yang dibawa beliau.
(3) Wajtinaabu maa anhu nahawa zajar - Menjauhi segala
apa yang dilarang beliau.
(4) Wa an laayu’badalahu illa bimaa syara’a - Beribadah
dengan cara yang diajarkan beliau. (Kitab Ushul Tsalatsah).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.710)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar