ORANG BERIMAN HARUS ISTIQAMAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Apa
makna istiqamah.
Secara bahasa, istiqamah bermakna
i’tidal atau lurus. Imam an Nawawi berkata :
Istiqamah adalah luuzumu tha’atillah yaitu tetap konsekwen
dan konsisten dalam ketaatan kepada Allah Ta’ala.
Imam Ibnu Rajab al Hambali berkata :
Istiqamah mencakup seluruh ketaatan yang terlihat maupun yang tersembunyi serta
meninggalkan seluruh yang dilarang.
Perintah untuk
istiqamah
Sungguh sangatlah banyak dalil dari al
Qur an dan as Sunnah yang memerintahkan kita agar senantiasa menjaga istiqamah
dalam beramal. Diantaranya adalah :
(1) Allah Ta’ala berfirman :
(1) Allah Ta’ala berfirman :
وَاعْبُدْ رَبَّكَ
حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang
diyakini (kematian) Q.S al Hijr 99.
Syaikh as Sa’di dalam Kitab Tafsir
Karimur Rahman menjelaskan maksud ayat ini bahwa kontinyulah engkau mendekatkan
diri kepada Allah dengan segala macam ketaatan.
(2) Allah subhanahu wa Ta’ala
berfirman :
فَاسْتَقِمْ كَمَا
أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ
بَصِيرٌ
Maka istiqamahlah (tetaplah) engkau
(Muhammad di jalan yang benar) sebagaimana telah diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang bertaubat
bersamamu. Dan janganlah kamu melampaui
batas. Sungguh Dia Mahamelihat apa yang kamu kerjakan (Q.S Hud 112).
Imam Ibnu Katsir berkata : Dalam ayat
ini Allah memerintahkan Rasul dan hamba hambaNya agar teguh dan selalu (tetap)
istiqamah karena yang demikian itu merupakan sebab mendapat pertolongan yang
besar dari Allah. Sungguh istiqamah itu memang berat. Ibnu Abbas berkata :
Tidaklah diturunkan kepada Rasulullah di dalam al Qur an sebuah ayat yang lebih
memberatkan dan menyulitkan daripada ayat ini.
(3)
Rasulullah salalahu ‘alaihi wasallam bersabda :
قُلْ آمَنْتُ بِاللهِ , ثُمَّ
اسْتَقِمْ
Katakanlah aku beriman kepada Allah
kemudian beristiqamahlah. (H.R Imam Muslim).
Kenapa orang beriman penting sekali
untuk istiqamah.
Ketika Allah dan Rasul-Nya
memerintahkan sesuatu pastilah disitu terdapat kebaikan dan hikmah yang banyak
dan dibutuhkan oleh orang orang beriman untuk kebaikan dunia dan akhiratnya.
Ketahuilah bahwa istiqamah adalah
dibutuhkan oleh setiap orang beriman untuk menjaga dirinya dari berbagai
keburukan serta jalan untuk mendapat kebaikan, diantaranya adalah :
Pertama : Agar terpelihara dari nafsu
yang mendorong kepada keburukan.
Allah
Ta’ala menempatkan nafsu dalam diri manusia. Nafsu ini tidak bisa dibunuh
tetapi bisa dikendalikan. Jika tidak dikendalikan maka nafsu itu akan
mendatangkan bahaya karena nafsu itu mendorong kepada keburukan.
Allah
Ta’ala berfirman :
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ
لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَحِيمٌ
(Yusuf
berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang
diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (Q.S Yusuf 53).
Seorang
hamba harus berjuang untuk mengendalikan bahkan melawan hawa nafsunya agar
terhindar dari mudharatnya. Rasulullah bersabda :
أَفْضَلُ الْجِهَادِ أَنْ
يُجَاهَدَ الرَّجُلُ نَفْسَهَ وَ هَوَاهُ
Jihad yang paling utama adalah
seseorang berjihad (berjuang) melawan dirinya dan hawa nafsunya (H.R Ibnu an
Najjar, Abu Nu’aim dan ad Dailami, dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Diantara
cara untuk melawan hawa nafsu maka hendaklah manusia itu istiqamah dalam meniti
jalan yang lurus dan dalam ibadah. Sungguh orang yang istiqamah akan terbendung
dari godaan dan gangguan hawa nafsunya.
Kedua
: Agar terpelihara dari godaan syaithan.
Syaithan
adalah musuh bagi manusia yang harus diwaspadai
agar manusia bisa selamat dari api neraka. Allah berfirman :
إِنَّ
الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ
لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Sungguh
syaithan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh karena
sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni
neraka yang menyala nyala. (Q.S Faatir 6).
Syaikh
as Sa’di berkata : Maksudnya adalah agar permusuhan syaithan terhadap kalian
(haruslah) menjadi perhatian. Janganlah
kalian meremehkan serangannya yang bisa terjadi setiap waktu. Dia bisa melihat
kalian dan kalian tidak bisa melihatnya dan dia selalu mengintai kalian.
(Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Ketahuilah
bahwa iblis telah bersumpah untuk menyesatkan manusia sehingga bisa menemani
mereka di neraka kelak. Allah berfirman : “(Iblis) menjawab : Karena Engkau
telah menyesatkan aku pasti aku akan selalu menghalangi mereka (manusia) dari
jalan-Mu yang lurus”. (Q.S al A’raaf 16
Oleh karena itu seorang hamba haruslah
berusaha membendung godaan syaithan ini yaitu dengan berlindung kepada Allah
Ta’ala. Untuk itu maka seorang hamba haruslah istiqamah dalam menempuh jalan
yang lurus dan banyak beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala.
Ketika seorang hamba istiqamah, terus
menerus dalam beribadah maka tak ada
ruang bagi syaithan untuk menyesatkannya.
Selanjutnya seorang hamba harus
istiqamah dalam menempuh jalan yang lurus dan beribadah kepada-Nya karena tidak
ada yang mengetahui KAPAN ALLAH AKAN MEWAFATKANNYA. Hendaknya kita semua khawatir dan sungguh
merugi kalau istiqamah kita luntur dan malas beribadah lalu pada saat itu Allah
mewafatkan kita.
Ketahuilah bahwa amal itu dilihat dari
akhirnya. Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini dalam dua sabda
beliau berikut ini :
(1) Rasulullah Salallahu ‘alaihi
wasallam bersabda :
وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ
Sesungguhnya setiap amalan
tergantung pada akhirnya. (H.R Imam Bukhari)
(2) Dari
Anas bin Malik, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Janganlah kalian kagum
dengan amalan seseorang hingga kalian melihat amalan terakhir yang dilakukannya
sebelum ia mati. Karena boleh jadi, seseorang beramal beberapa waktu atau
sebentar saja dengan amalan shalih yang apabila ia mati (dalam keadaan seperti
itu) niscaya ia akan masuk surga. Tetapi kemudian ia berubah dan beramal dengan
amalan yang buruk.
Boleh jadi pula, seorang hamba beramal selama
beberapa waktu dengan amalan yang buruk yang apabila ia mati (dalam keadaan
seperti itu) maka ia akan masuk neraka. Tetapi kemudian ia berubah dan beramal
dengan amalan shalih. Apabila Allah menginginkan kebaikan pada diri seorang
hamba maka Dia akan meluruskan (jalan) nya dan memberinya taufik agar ia
beramal dengan amalan shalih (lalu Dia mewafatkannya dalam keadaan seperti itu)
Lihat Silsilah Hadits Shahih Syaikh al Albani No. 1334).
Oleh karena itu seorang hamba haruslah
menjaga dirinya agar bisa istiqamah atau terus menerus dalam ketaatan dan beramal shalih sampai
akhir hayatnya.
Sebagai penutup, inilah doa yang
diajarkan Rasulullah agar kita bisa tetap istiqamah dan kokoh dalam memegang
agam yang lurus ini.
يَا
مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ وَ عَلَى طَاعَتِكَ
Wahai (Allah)
yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan di atas
ketaatan kepada-Mu. (H.R at Tirmidzi)
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita
semua. Walahu A’lam. (1.380)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar