DOSA MENDATANGKAN KEGALAUAN DI HATI
Oleh : Azwir B. Chaniago
Satu hadits dari an Nawwas bin Sam’an bahwa
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
عَنْ النَّوَّاسِ بنِ
سَمْعَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى الله عليه وسلم قَالَ : الْبِرُّ
حُسْنُ الْخُلُقِ وَاْلإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ
عَلَيْهِ النَّاسُ .
Kebaikan adalah akhlak yang baik, dan DOSA
ADALAH APA YANG MEMBUAT BIMBANG (RAGU)
DALAM JIWAMU DAN ENGKAU TIDAK SUKA JIKA DIKETAHUI MANUSIA. (H.R Imam Muslim).
Syaikh Utsaimin berkata (jadi) yang dimaksud
dengan dosa adalah sesuatu yang meragukanmu dan engkau menjadi resah atau galau
dibuatnya. Dan engkau tidak suka jika diketahui manusia. Kenapa, karena itu
menjadi objek celaan dan aib maka engkau pun akan mendapatkan dirimu menjadi
ragu ragu karenanya dan tidak suka jika diketahui manusia.
Ungkapan seperti ini cocok bagi orang orang yang
hatinya (masih) bersih dan sehat. Baginya, yang menyesakkan dirinya adalah
perbuatan dosa yang dia tidak suka diketahui orang lain.
Adapun orang tidak taat kepada Allah Ta’ala,
dimana MEREKA TIDAK AKAN PEDULI ATAU MALAH BERBANGGA DIRI KETIKA MELAKUKAN
KEMUNGKARAN DAN DOSA. (Syarah Arbain an Nawawiyah).
Jadi disinilah perbedaan yang nyata diantara
orang yang beriman dengan orang orang yang jauh dari Allah Ta’ala, yaitu :
(1) Ketika orang orang beriman berbuat dosa maka hatinya menjadi galau dan gelisah. Mereka sangat
takut bukan saja karena aibnya akan terbuka tetapi SANGAT TAKUT dengan adzab
Allah yang akan mendatanginya di dunia dan juga di akhirat kelak.
(2) Ketika orang yang jauh dari Allah
melakukan perbuatan dosa maka mereka tidak merasa ada beban apapun. Sangat
sering kita lihat mereka senang senang saja. Bahkan ketika aibnya terbuka lalu
diketahui orang banyak melalui media mereka masih ketawa ketawa saja. Tak ada
rasa takut malu sedikitpun apalagi rasa malu sudah sangat jauh dari mereka.
Sejalan dengan makna hadits diatas, Rasulullah
memberi nasehat kepada Wabishah tentang AL BIRRU DAN AL ITSMU :
يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ
قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ
إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي
الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ
Wahai Wabishah, mintalah fatwa
pada hatimu, (tiga kali), karena kebaikan adalah yang membuat tenang jiwa dan
hatimu. Dan dosa adalah yang membuat bimbang hatimu dan goncang dadamu.
Walaupun engkau meminta fatwa pada orang-orang dan mereka memberimu fatwa” (H.R
Imam Ahmad, Syaikh al Albani mengatakan hadits ini hasan lighairihi).
Di dalam satu hadis disebutkan bahwa seorang
fajir (orang yang selalu berbuat dosa), ketika ia memandang remeh dosa-dosanya
adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang hidungnya,
kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang.
عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْعُودٍ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى
ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ
الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا
(رواه البخاري)
Dari Abdullah bin Mas’ud, dia berkata, bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : Sesungguhnya seorang
mukmin (ketika) ia melihat dosa-dosanya, adalah seperti (ketika) ia duduk di
lereng sebuah gunung, dan ia sangat khawatir gunung itu akan menimpanya.
Sedangkan seorang fajir (orang yang selalu berbuat dosa), ketika ia melihat
dosa-dosanya adalah seperti ia melihat seekor lalat yang hinggap di batang
hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang (ia menganggap
remeh dosa). (H.R Imam Bukhari).
Oleh karena itu seorang beriman akan selalu
menjaga dirinya dari perbuatan dosa sehingga hatinya menjadi tenang, jauh dari
kegelisahan dan kegalauan. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu
A’lam. (1.399)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar