ALLAH MEMBERI BANYAK KEBAIKAN KEPADA
PEMIMPIN
YANG ADIL
Oleh : Azwir B. Chaniago
Sungguh Allah Ta’ala memerintahkan orang orang
beriman untuk senantiasa berlaku adil. Amatlah banyak ayat ayat al Qur an yang
memerintahkan orang beriman untuk berlaku adil.
(1) Allah Ta’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku
adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat dan Allah
melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran
kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (Q.S an Nahal 90).
(2) Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا
قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ
قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ
وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang orang yang beriman !. Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa.Dan bertakwaah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Maidah 8).
Wahai orang orang yang beriman !. Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa.Dan bertakwaah kepada Allah, sungguh, Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S al Maidah 8).
(3) Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا
قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰ أَنْفُسِكُمْ أَوِ
الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ
أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَىٰ أَنْ تَعْدِلُوا ۚ وَإِنْ
تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا
Wahai orang orang yang beriman !. Jadilah kamu
penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri
atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang tedakwa) kaya
ataupun miskin maka Allah lebih tahu kemashlahatan (kebaikannya). Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran.
Dan jika kamu memutar balikkan (kata kata)
atau enggan menjadi saksi maka ketahuilah Allah Mahateliti terhadap segala apa
yang kamu kerjakan. (Q.S an Nisa’ 135)
Syaikh as Sa’di berkata : Allah memerintahkan
hamba hambanya yang beriman agar mereka menjadi “penegak keadilan, menjadi
saksi karena Allah”. Al Qawwam (penegak keadilan) adalah sebuah kata yang
menunjukkan makna lebih (sighah mubalaghah) artinya JADILAH KALIAN PENEGAK
KEADILAN DALAM SEGALA KONDISI terhadap hak hak Allah dan hak hamba hamba-Nya. (1)
Adil terhadap hak hak Allah ADALAH TIDAK MEMAKAI NIKMAT NIKMAT ALLAH UNTUK
BERMAKSIAT KEPADA-NYA. (2) Adil terhadap hak hak manusia adalah menunaikan
segala hak yang menjadi tanggung jawabmu sebagaimana engkau meminta hak hak
dirimu. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Lihatlah bagaimana Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam sangat kuat dalam penegakan keadilan. Beliau tidak pilih kasih atau
pandang bulu. Perhatikanlah bagaimana kisah (perlakuan adil terhadap) seorang wanita
dari marga Makhzum yang telah mencuri.
Nabi Salallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan
para sahabat untuk memotong tangannya untuk menegakkan keadilan. Padahal ia
adalah seorang wanita dari bani Makhzum, satu
marga yang sangat dihormati di kalangan kaum Quraisy.
Keputusan Rasulullah membuat risau hati orang
orang Quraisy. Bahkan mereka bingung dan gelisah. Bagaimana mungkin tangan
seorang wanita dari marga Makhzum (yang disegani) dipotong ?. Akhirnya mereka
pun mencari seseorang untuk meminta keringanan kepada Rasulullah.
Mereka berkata : Tidak ada yang berani
membicarakan hal ini kepada Rasulullah selain Usamah bin Zaid. Mereka tidak
menyebut nama Abu Bakar, Umar, Utsman atau Ali bin Abi Thalib yang mempunyai
kedudukan lebih tinggi dari Usamah bin Zaid.
Kemungkinan mereka telah
mencobanya tapi tidak berhasil. Boleh jadi juga mereka mengetahui bahwa Abu
Bakar dan yang lainnya tidak bisa atau tidak mau memberikan (usulan keringanan)
hukuman di dalam hukum Allah Ta’ala.
Yang jelas, mereka meminta pertolongan Usamah
bin Zaid. Usamah adalah anaknya Zaid bin Haritsah. Zaid bin Haritsah dahulunya
adalah merupakan seorang budak pemberian Khadijah kepada Rasulullah dan
kemudian beliau membebaskannya sebagai budak. Beliau sangat mencintai Zaid dan
juga Usamah anak Zaid.
Maka Usamah pun berbicara kepada Nabi tentang
kasus wanita al Makhzumiyah ini, dengan harapan beliau akan membatalkan
keputusan sehingga wanita tersebut selamat dari hukuman potong tangan.
Pada saat itu wajah Rasulullah berubah ronanya
karena marah. Beliau bersabda : “Apakah
engkau berani meminta keringanan di dalam hukum Allah ?. Artinya Usamah
tidak layak dan tidak pantas meminta keringanan di dalam hukum Allah Ta’ala.
Kemudian beliau berdiri dan berkhutbah dengan
khutbah yang sangat jelas. Beliau bersabda :
“Amma ba’du : Sesungguhnya orang orang sebelum kalian binasa dikarenakan ketika
seorang yang terpandang diantara mereka mencuri maka mereka tidak menghukumnya.
Sedangkan apabila seorang yang lemah mencuri maka mereka pun segera
menghukumnya”. (H.R Imam Bukhari dan
Imam Muslim).
Kemudian Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam
bersumpah, pada hal beliau adalah orang baik dan jujur, sehingga beliau tidak
perlu bersumpah (untuk memberikan keyakinan kepada orang lain tentang apa yang
beliau ucapkan). Akan tetapi dalam hal ini beliau bersumpah : Demi Allah, jika Fatimah binti Muhammad mencuri, akulah yang akan
memotong tangannya” (H.R Imam
Bukhari).
Ya Allah, semoga shalawat dan salam selalu
tercurah kepada beliau. Inilah keadilan, hukuman Allah ditegakkan, bukan
(hukum) mengikuti hawa nafsu. Beliau bersumpah apabila Fatimah bin Muhammad
mencuri, pada hal nasab dan keturunan Fatimah lebih mulia daripada wanita al Mukhzumiyah,
karena Fatimah akan menjadi pemimpin para wanita di surga, tetapi
Rasulullah bersumpah tetap akan memotong
tangannya jika dia mencuri.
Selanjutnya Syaikh Utsaimin memberikan nasehat
: Sudah menjadi kewajiban bagi para
pemimpin untuk bersikap adil terhadap yang dipimpinnya dalam hal penegakkan
hukum. Jangan pilih kasih kepada seseorang
karena garis keturunannya, kekayaannya, kedudukannya di kaumnya atau
sebab yang lain. Hukum adalah miliki Allah dan wajib ditegakkan karena Allah
Ta’ala.
Selanjutnya Syaikh berkata : Ketika umat Islam bisa berbuat adil seperti
ini, tidak pernah terpengaruh, berpendirian teguh, tidak takut dengan celaan
para pencela maka umat Islam akan mulia, memiliki kekuatan dan akan ditolong
Allah.
Akan tetapi apabila umat Islam tidak mau
menegakkan hukum Allah, banyak mempertimbangkan permintaan permintaan untuk
membatalkan hukum Allah, maka umat Islam pun berada pada titik terendah seperti
yang kalian lihat sekarang. Semoga Allah mengembalikan kejayaan umat Islam dan
semoga mereka selalu berpegang teguh dengan agamanya. Sesungguhnya Allah
Mahakuasa atas segala sesuatu. (Lihat Syarah Kitab al Kaba-ir, Syaikh Utsaimin).
Sikap berlaku adil BENAR BENAR SANGAT
PENTING BAGI SESEORANG YANG MENDAPAT AMANAH UNTUK MEMIMPIN ORANG BANYAK. Ketika
seorang pemimpin tak berlaku adil maka mudharatnya bukan hanya bagi dirinya
sendiri tetapi bisa membahayakan kehidupan bermasyarakat yaitu orang orang yang
dipimpinnya. Berlaku adil bagi pemimpin terhadap orang banyak yang dipimpinnya
tentulah merupakan pekerjaan yang SANGAT BERAT.
Oleh karena itu Allah Ta’ala melalui Rasul-Nya
berjanji memberikan kebaikan sangat banyak kepada para pemimpin yang mampu
berlaku adil bagi diri dan bagi orang orang yang dipimpinnya. Diantaranya
adalah :
Pertama : Allah mengabulkan doanya.
Sungguh Allah Ta’ala melalui Rasul-nya telah
menjelaskan bahwa doa seorang pemimpin yang adil tidak ditolak. Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
ثَلَاثٌ لَا تُرَدُّ
دَعْوَتُهُمْ: الْإِمَامُ الْعَادِلُ، وَالصَّائِمُ حَتَّى يُفْطِرَ، وَدَعْوَةُ
الْمَظْلُومِ يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ السَّحَابِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Ada tiga orang yang doanya tidak
ditolak: Pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka, dan doa
orang yang didzalimi, Allah angkat di atas awan pada hari kiamat. (Hadits
Hasan, riwayat at Tirmidzi).
Kedua : Dapat naungan di akhirat.
Keadaan setelah hari berbangkit sangatlah
berat. Semua orang butuh syafaat dan naungan. Saat itu taka da naungan kecuali
naungan Allah Ta’ala. Dan ini diberikan kepada tujuh golongan dan salah satunya
kepada pemimpin atau imam yang adil.
عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ
لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada
hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, satu diantaranya adalah :
اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ….
Pemimpin atau imam yang adil…. (Mutafaq ‘alaihi)
Pemimpin yang dimaksud adalah adil dalam hal amanah dan dia benar-benar mengembannya dengan
baik. Tidak melampaui batas dan tidak
meremehkan. Keadilannya tidak beralih pada harta dan tidak beralih pada
kesenangan dunia. Itulah pemimpin yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari
kiamat.
Ketiga : Ditempatkan di atas mimbar bercahaya
di surga.
Ini termasuk salah satu keutamaan dan kebaikan
yang akan diperoleh seorang pemimpin pada hari Kiamat kelak.
وَعَنْ عَبْدِ اللهِ عَمْرُو بْنِ
الْعَاصِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ
مِنْ نُورٍ: الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا.
Dari Abdullah bin Amr bin al ‘Ash, ia berkata,
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda : Sungguh orang-orang adil di
sisi Allah ditempatkan di atas mimbar-mimbar dari cahaya. Yaitu orang-orang
yang adil di dalam hukum, di dalam keluarga dan di dalam apa saja yg dikuasakan
kepada dirinya. (H.R Imam Muslim).
Itulah sebagian kebaikan dan keistimewaan yang
akan diperoleh pemimpin yang adil ketika mereka diberi amanah di dunia.
Lalu bagaimana dengan sebagian orang yang
sangat bersemangat menjadi pemimpin di zaman ini. Apakah tujuan mereka untuk mencari ridha Allah serta menginginkan kebaikan yang Allah janjikan ?. Jangan jangan
diantaranya ada yang hanya bertujuan mengejar dunia dengan segala harta dan
perhiasannya. Kalau ini terjadi maka
setelah menjadi pemimpin, mereka sulit bahkan tak bisa berlaku adil. Na’udzubillahi
min dzaalik.
Wallahu A’lam. (1.379)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar