MENYEBUT NYEBUT NIKMAT ADALAH TANDA BERSYUKUR
Oleh : Azwir B. Chaniago
Orang beriman wajib
meyakini bahwa semua nikmat adalah dari Allah karena memang demikianlah adanya.
Sungguh Allah Ta’ala berfirman : “Wa maa
bikum min ni’matii fa minallahi”. Dan segala nikmat yang ada
padamu (datangnya) dari Allah. (Q.S an Nahl 53
Kewajiban
kita adalah bersyukur atau berterima kasih kepada Pemberi Nikmat. Bahkan syukur
kita adalah sarana atau jalan untuk
mendapatkan tambahannya. Allah berfirman : ”Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu memaklumkan : Sesungguhnya jika kamu
bersyukur niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku) maka pasti adzab-Ku sangat berat”. (Q.S Ibrahim 7).
Imam Ibnu Mas’ud berkata : “Adapun manfaat bersyukur adalah
untuk mempertahankan nikmat yang telah ada dan untuk mendapatkan tambahannya.”
Maksudnya adalah jika kita bersyukur maka nikmat yang telah ada pada kita tidak
akan diambil. Kalaupun diambil akan diberikan ganti yang lebih baik. Dan nikmat
yang baru sebagai tambahan akan diberikan pula, baik jenis dan jumlahnya secara fisik ataupun berkahnya yang akan ditambah.
Sungguh
sangatlah banyak cara untuk bersyukur. Utama sekali adalah dengan menggunakan
nikmat nikmat itu sebagai sarana beribadah, mengabdi dan mencari ridha-Nya.
Diantara cara bersyukur juga adalah dengan MENYEBUT NYEBUT NIKMAT ITU.
Memang
kita menyaksikan bahwa ada diantara manusia yang ketika mendapat nikmat diam
bahkan menyembunyikannya. Lalu giliran dapat musibah sedikit saja maka dia
bicara dan mengeluh kesana kemari. Sikap seperti ini tentulah tidak baik untuk
dipelihara.
Sungguh
Allah Ta’ala mengingat tentang menyebut nyebut nikmat sebagaimana firman-Nya : “Wa ammaa bi ni’matika fa haddits”. Dan terhadap nikmat (dari) Rabb-mu
hendaklah engkau sebut sebut (Q.S ad Duhaa 11).
Berdasarkan ayat ini, dahulu para sahabat beranggapan bahwa
termasuk kesempurnaan sikap syukur seseorang atas suatu kenikmatan adalah
dengan menyebut nyebutnya. (Lihat Faidhul Qadir).
Ketahuilah bahwa dahulu Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam
menceritakan kepada sahabat sahabat beliau beberapa kenikmatan besar yang telah
beliau peroleh. Diantaranya adalah sebagaimana disebutkan dalam sabda beliau :
Pertama : “Aku adalah pemimpin anak keturunan Adam, dan tiada berbangga
banggaan”. (H.R Imam Ahmad dan yang
lainnya).
Kedua : “Aku dikaruniai lima hal yang tidak pernah diberikan kepada seorang
nabipun sebelumku : Aku ditolong dengan dicampakkannya rasa takut pada musuh
musuhku sejak aku masih berjarak perjalanan satu bulan dari mereka. Bumi
dijadikan bagiku sebagai tempat shalat (masjid) dan juga alat bersuci maka dari itu, barangsiapa dari umatku yang
mendapatkan shalat, maka hendaknya ia segera mendirikannya (dimanapun ia
berada, pen.), rampasan perang dihalalkan
untukku, padahal sebelumku tidak pernah dihalalkan untuk seorang nabipun, aku
dikaruniai syafaat (kubra) dan nabi nabi sebelumku senantiasa diutus kepada
kaumnya saja sedangkan aku diutus kepada seluruh umat manusia. (Muttafaqun
‘alaih).
Jadi ketika mendapat nikmat kita boleh
menyebut nyebutnya sebagai bagian dari tanda bersyukur atas nikmat itu. Cuma
ada yang perlu dijaga ketika menyebut nyebutnya kepada orang lain : (1)
Janganlah dalam rangka berbangga diri dan (2) Juga harus harus dijaga agar
tidak mendatangkan hasad atau fitnah bagi yang mendengarnya.
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.101).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar