MENGULANGI TAUBAT JIKA BERBUAT DOSA LAGI
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Sungguh tidak ada manusia yang
luput dari kesalahan dan dosa. Rasulullah bersabda : “Kullubni
aadam khaththa’un, wa khairul khaththaainat
tauwabun” Setiap Bani Adam banyak berbuat salah dan sebaik baik orang yang
berbuat salah adalah yang bertaubat. (H.R at Tirmidzi).
Tetapi orang Islam memiliki Allah
Ta’ala yang Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat. Dalam sebuah hadits qudsi yang diriwayatkan
oleh Imam Muslim disebutkan bahwa manusia berbuat dosa siang dan malam artinya
terus atau sering berbuat dosa. Allah berfirman : “Ya ‘ibaadi, innakum tukhti-una bil laili wan nahar” Wa ana aghfiru
dzunuba jamii’a. Fastaghfiruni, aghfirlakum”. Wahai hamba hambaku,
sesungguhnya kalian berbuat dosa (kesalahan) siang dan malam. Dan Aku Maha
Pengampun, semua dosa. Minta ampunlah kepada-Ku, Aku akan ampuni kalian.
Lalu
datang pertanyaan : Kalau seseorang jatuh pada suatu dosa lalu dia menyesal dan
bertaubat. Kemudian melakukan dosa kembali. Apakah boleh dia bertaubat lagi
setelah berulang ulang berbuat dosa ?.
Ketahuilah
bahwa dosa yang sebelumnya telah berlalu dan dia telah bertaubat kepada Allah
Ta’ala. Perbuatan maksiat yang diulang adalah dosa lagi dan harus bertaubat
lagi dari dosa yang diulang itu. Tentu sangatlah baik bagi seseorang mati dalam
keadaan bertaubat dari pada mati dalam keadaan tetap melakukan dosa.
Dengan
kasih sayang Allah maka seseorang yang melakukan dosa berulang akan tetap
diampuni sepanjang dia bertaubat lagi sebelum pintu atau waktu bertaubat belum
ditutup.
Sangatlah
banyak keterangan yang menjelaskan bahwa dosa yang berulang bisa dihapus dengan
mengulangi taubat, diantaranya :
Pertama : Allah berfirman : “Fa innahu kaan lil auwaabiina ghafuuraa”. Maka sesungguhnya Dia
Maha Pengampun bagi orang orang yang bertaubat. (Q.S al Isra’ 25).
Imam
Ibnu Jarir meriwayatkan bahwa :
(1) Sa’id bin al Musayyab berkata tentang ayat
ini : Dia, yaitu orang yang berbuat dosa kemudia bertaubat, berbuat dosa kemudian
bertaubat lalu berbuat dosa dan kemudian bertaubat.
(2)
Atha’ bin Yasar berkata pula tentang ayat ini : Seorang hamba melakukan dosa,
kemudian bertaubat, lalu Allah menerima taubatnya. Kemudian dia melakukan dosa
lantas bertaubat, lalu Allah menerima taubatnya. Kemudian dia melakukan dosa
untuk yang ketiga kalinya. Jika dia bertaubat maka Allah menerima taubatnya
dengan taubat yang tak terhapuskan.
Kedua : Dari Uqbah bin Amir, bahwa seorang laki
laki datang kepada Nabi dan berkata : Wahai Rasulullah !. Salah seorang dari
kami melakukan dosa. Beliau bersabda : “Dicatat
dosanya”. Dia mengatakan : Kemudian dia beristighfar dan bertaubat dari dosanya. Beliau bersabda : “Dia diampuni dan diterima taubatnya”.
Dia
berkata : Lalu dia kembali melakukan dosa. Beliau bersabda : “Dicatat dosanya”. Dia berkata :
Kemudian dia beristighfar dan bertaubat darinya. Beliau bersabda : “Dia diampuni dan diterima taubatnya”. Dia
berkata : lalu dia kembali melakukan dosa. Beliau bersabda : “Dicatat dosanya. Dan Allah tidak bosan
sehingga kalian bosan”. (H.R al Hakim dan ath Thabrani).
Ketiga : Perkataan para ulama salaf sebagaimana
disebutkan Syaikh Muhammad bin Abdullah ad Duwaisy dalam Kitab Sabil an Najah .
(1)
Ibnu Abid Dun-ya dengan sanadnya meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, dia
berkata : Sebaik baik kalian adalah setiap orang yang diuji (dengan dosa) lalu
bertaubat. Ditanyakan : Bagaimana jika dia mengulangi lagi ?. Dia menjawab :
Dia beristighfar kepada Allah dan bertaubat. Ditanyakan : Jika dia kembali
berbuat dosa ?. Dia menjawab : Dia beristighfar kepada Allah dan bertaubat.
Ditanyakan : Sampai kapan ?. Dia menjawab : Sampai syaithan berputus asa.
(2)
Pernah ditanyakan kepada Imam Hasan al Bashri : Kenapa salah seorang dari kita
tidak malu kepada Rabb-nya. Dia memohon ampunan atas dosanya kemudian
mengulangi lagi, beristighfar kemudian mengulangi lagi. Al Hasan menjawab :
Syaithan ingin menanamkan yang demikian kepada kalian (malulah kepada Rabb-mu,
pen.). Karena itu janganlah kalian bosan beristighfar.
(3)
Umar bin Abdul Aziz pernah berkata dalam khutbahnya : Wahai manusia !. Barang
siapa melakukan suatu dosa, maka hendaklah dia beristighfar dan bertaubat
kepada Allah. Jika dia kembali melakukan dosa
maka
hendaklah dia beristighfar dan bertaubat kepada Allah. Dan jika jika ia kembali
melakukan dosa lagi hendaklah dia beristighfar dan bertaubat kepada Allah.
Sebab itu tidak lain adalah kesalahan kesalahan yang dikalungkan di leher
manusia. Sesungguhnya puncak kebinasaan itu terletak pada sikap meneruskan
kesalahan kesalahan tersebut (tapi tidak bertaubat, pen.).
(4)
Imam al Baihaqi meriwayatkan dalam Syu’ab al Iman, dari Wahb bin Jarir dari
ayahnya, dia berkata : Kami pernah duduk di sisi Hasan al Bashri. Tiba tiba
seorang laki laki datang kepadanya dan mengatakan, wahai Abu Sa’id : Apa yang
engkau katakana mengenai hamba yang melakukan suatu dosa dan bertaubat ?. Al
Hasan menjawab : Tidaklah ia bertambah dengan taubatnya melainkan semakin dekat
kepada Allah. Laki laki itu bertanya :
Kemudian dia melakukan dosa lagi lantas bertaubat ?. Al Hasan menjawab :
Tidaklah dia bertambah dengan taubatnya melainkan semakin mulia disisi Allah.
Ketahuilah
bahwa Allah Maha Pengampun tetapi Allah juga keras siksaan-Nya. Allah berfirman
: “Wa inna rabbaka ladzu maghfiratin
linnaasi ‘ala zhulmihim, wa inna rabbaka la syadiidul ‘iqaab”. Sunggu
Rabb-mu benar benar memilki ampunan bagi manusia atas kezhaliman mereka. Dan
sungguh Rabb-mu sangat keras siksaan-Nya. (Q.S ar Ra’d 6).
Oleh
karena itu berusahalah menjauhi semua dosa baik yang kecil apalagi dosa besar.
Allah memang memberi ampunan kepada hamba hamba-Nya yang berbuat dosa lalu
bertaubat. Lalu datang pertanyaan :
(1)
Siapa yang menjamin kita mampu dan mau
bertaubat setelah melakukan maksiat ?. Jangan jangan keterusan bermaksiat,
keenakan lalu tambah sulit bertaubat.
(2)
Siapa yang menjamin kita sempat
bertaubat setelah melakukan maksiat ?. Bisa jadi kita diwafatkan Allah pada
saat sedang melakukan maksiat. Na’udzubillah.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.089)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar