ADAKAH BEKAS DARI SEMANGAT BERIBADAH
BULAN RAMADHAN ?
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Setiap tahun Allah mendatangkan
kepada kita satu bulan yang penuh berkah yaitu bulan Ramadhan. Disebut bulan berkah karena Nabi yang menjelaskan
melalui sabda beliau : “Ataakum syahrul mubbarrak”. Telah
datang kepada kalian bulan yang penuh berkah. (H.R Imam Ahmad, an Nasa’i da al
Baihaqi).
Berkah artinya memiliki kebaikan yang banyak dan
kebaikan itu terus menerus ada.
Bahkan pahala amal dilipat gandakan. Imam Ibnu Rajab al Hambali
berkata : Sebagaimana pahala amalan puasa akan berlipat lipat dibanding amalan
lainnya maka puasa di bulan Ramadhan lebih berlipat pahalanya dibanding puasa
di bulan lainnya. Ini semua bisa terjadi karena muliannya bulan Ramadhan dan
puasa yang dilakukan adalah puasa yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala kepada
hamba hamba-Nya. Allah pun menjadikan puasa di bulan Ramadhan sebagai bagian
dari rukun Islam, tiang penegak Islam. (Lathaif al Ma’aarif).
Selain itu, tersedia satu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Allah berfirman : “Innaa anzalnaahu
fii lailatil qadr. Wa maa adraaka maa lailatul qadr. Lailatul qadri khairum min
alfi syahr”. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al Qur an) pada malam. Dan
tahukah kamu malam kemuliaan itu ?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan. (Q.S al Qadr 1-3).
Nah, kalau kita
perhatikan semangat kaum muslimin beribadah di bulan Ramadhan sangatlah
membesarkan hati. Berbagai ibadah telah dilakukan, diantaranya : (1) Shaum
Ramadhan yang diwajibkan. (2) Shalat lail di bulan ramadhan yakni shalat
taraweh yang umumnya kita lakukan bersama imam di masjid. (3) Membaca dan
mempelajari al Qur an. (4) Menghadiri majlis majlis ilmu. (5) Banyak berdzikir
khususnya beristighfar. (5) Senantiasa bersemangat mendatangi masjid (6)
I’tikaf dan ibadah ibadah lainnya yang bermanfaat.
Kesimpulannya adalah bahwa selama Ramadhan kita : (1) Mampu
berlaku ikhlas dalam beribadah, khususnya ibadah shaum yang punya potensi kuat
untuk ikhlas dalam ibadah ini. (2) Mampu menahan diri dari yang halal apalagi
dari yang haram. (3) Mampu melakukan lebih banyak ibadah dari sebelumnya. (4)
Bahkan kita mampu bergadang pada 10 hari terakhir demi mendapatkan lailatul
qadar.
Lalu datang pertanyaan : Seusai Ramadhan masih adakah bekas dari semangat beribadah
kita di bulan Ramadhan ?. Padahal di bulan Ramadhan (ibarat latihan) kita telah
melakukan berbagai ibadah selama satu bulan penuh. Bukan satu atau dua hari.
Oleh karena itu mari kita koreksi diri apakah semangat
beribadah kita di bulan Ramadhan saja.
Kalau jawabannya iya dan memang semangat ibadah kita kendor maka itu adalah
suatu yang tak pantas dilakukan oleh seorang hamba Allah.
Ketahuilah
saudaraku bahwa Rabb kita di bulan Ramadhan dan di luar Ramadhan adalah Rabb
yang satu. Nikmat dan rizki yang diberikan Allah kepada kita datang terus
menerus apakah bulan Ramadhan atau bulan selainnya. Oleh sebab itu tidaklah pas
kalau semangat kita beribadah hanya di bulan Ramadhan saja dan bulan yang lain
kita abaikan.
Selain
itu perlu diketahui pula bahwa kewajiban beribadah tidaklah pernah gugur terhadap seorang
mukallaf baik di bulan Ramadhan maupun di bulan selainnya.
Sungguh seorang
hamba memiliki kewajiban untuk beribadah kepada Allah semenjak dia baligh sampai ajal menjemputnya.
Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya : “Wa’bud rabbaka hattaa ya’tiyal yaqiin”. Dan beribadahlah kepada
Rabb-mu sampai datang kepadamu yang
diyakini (yaitu ajal). Q.S al Hijr 99.
Oleh karena itu mari kita bangun
kembali semangat beribadah diluar bulan Ramadhan ini sebagaimana yang telah
pernah kita lakukan pada bulan Ramadhan.
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.104).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar