UJIAN BISA DATANG MELALUI HARTA DAN ANAK
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Memiliki harta dan anak merupakan
keinginan manusia pada umumnya. Ini tentu tidak salah karena dengan harta yang
berkah bisa menjadi sarana untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah.
Sementara itu anak yang shalih dan shalihah merupakan penyejuk mata bagi kedua
orang tua. Pembela dan pemeliharanya terutama ketika sudah berusia lanjut bahkan akan mendoakan berbagai kebaikan
orang tua baik ketika masih hidup maupun setelah wafat.
Rasulullah
bersabda : “Idzaa maatal insaanun qatha’a
‘amaluhu illaa min tsalatsatin, minshadaqatin jaariyatin, wa ‘ilmin yuntafa’u
bihi wa waladin shaalih, yad’ulahu” Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang
shalih (yang mendoakannya)” (H.R Imam Muslim No. 1631).
Tapi
ketahuilah bahwa Allah Ta’ala telah mengingatkan bahwa hakikatnya harta dan
adalah fitnah (ujian) bagi manusia. Allah berfirman : “Wa’lamuu annamaa amwaalukum wa aulaadukum fitnatun wa innallaha
‘indahuu ajrun ‘azhiim”. (Q.S al Anfal 28).
Imam Ibnu
Katsir berkata : Maksudnya (hartamu dan anakmu) ujian dan cobaan dari Allah
Ta’ala kepada kalian. Saat Dia memberikan harta dan anak kepada kalian supaya
Dia mengetahui adakah kalian bersyukur kepada-Nya atas pemberian ini,
mentaati-Nya dalam urusan-Nya ataukah kalian tersibukkan olehnya (harta dan anak-anak) dari Allah dan
menjadikan keduanya sebagai pengganti Allah Ta’ala, sebagaimana firman-Nya : “Sesungguhnya hartamu dan anak anakmu
hanyalah cobaan (bagimu), disisi Allah-lah pahala yang besar”. (Q.S at
Taghaabun 15).
Tentang ayat
ini pula, Syaikh as Sa’di berkata : Hamba hamba diuji dengan harta dan anak
anaknya. Mungkin saja kecintaannya terhadap harta dan anak mendorongnya
mendahulukan hawa nafsunya di atas amanatnya. Maka Allah Ta’ala memberitahukan
bahwa harta dan anak adalah fitnah yang dengannya Allah menguji
hamba-hamba-Nya. Bahwa harta dan anak adalah pinjaman yang akan ditunaikan
kepada yang memberinya dan dikembalikan kepada yang menitipkannya. (Tafsir
Taisir Karimir Rahman).
Ketahuilah
bahwa Allah Ta’ala telah mengingatkan agar harta dan anak jangan sampai
melalaikan orang orang yang beriman dari
mengingat Allah Ta’ala agar tidak menjadi orang yang merugi.
Allah
berfirman : “Wahai orang orang yang
beriman !. Janganlah harta bendamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari
mengingat Allah. Dan barangsiapa berbuat demikian maka mereka itulah orang
orang yang rugi"(Q. S al Munaafiqun 9).
Syaikh as
Sa’di berkata : Allah Ta’ala memerintahkan hamba hamba-Nya yang beriman agar
banyak banyak mengingat-Nya karena di dalam dzikir itu terdapat keberuntungan
dan kebaikan yang banyak. Allah melarang hamba hamba-Nya yang beriman agar
tidak dipersibuk oleh harta dan anak sehingga lalai untuk mengingat Allah
Ta’ala karena kebanyakan jiwa manusia itu terbentuk untuk mencintai harta dan
anak sehingga lebih dikedepankan daripada mengingat Allah Ta’ala yang akhirnya
menimbulkan kerugian besar. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Imam Ibnu
Rajab al Hambali berkata : Sungguh manusia itu diuji melalui harta, anak,
keluarga dan tetangganya. Lalu dia terfitnah dengan hal itu, sehingga dia
terkadang melalaikan akhirat karena sibuk dengan semua itu. Terkadang kecintaannya
kepada semua itu memaksanya untuk melakukan sesuatu yang tidak disukai oleh
Allah Ta’ala. Terkadang dia melalaikan kewajibannya. Terkadang pula dia berbuat
zhalim kepada Allah dengan melakukan sesuatu yang tidak diridhainya baik ucapan
maupun perbuatan.
Oleh karena itu mari kita jaga
harta dan anak anak kita sehingga tidak menjadi fitnah dan kita berusaha pula
agar harta dan anak menjadi sarana bagi kita untuk semakin mendekatkan diri
kepada Allah Ta’ala. Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.024).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar