DUA ORANG NABI YANG ISTRINYA BERKHIANAT
Oleh :
Azwir B. Chaniago
Seorang hamba yang mau dan mampu
melakukan kebaikan, mengikuti agama yang lurus adalah semata mata karena
hidayah atau petunjuk dan pertolongan dari Allah Ta’ala. Dan Allah memberi
petunjuk kepada hamba hamba yang dikehendaki-Nya : Allah Ta’ala berfirman :
Pertama : “Dzalika hudallahi
yahdii bihii man yasyaa-u min ‘ibaadih, wa lau asyraku la habitha ‘anhum maa
kaanuu ya’maluun”. Itulah petunjuk Allah, dengan itu Dia memberi petunjuk
kepada siapa saja di antara hamba hamba-Nya yang Dia kehendaki. Sekiranya
mereka mempersekutukan Allah, pasti lenyaplah amalan yang telah mereka
kerjakan. (Q.S al An’am 88).
Kedua : “Sungguh engkau
(Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi
Allah memberi petunjuk kepada orang orang yang Dia kehendaki. Dan Dia lebih
mengetahui orang orang yang mau menerima petunjuk.”(Q.S al Qashash 56)
Sungguh sangatlah banyak kita
mengetahui peristiwa tentang orang orang yang menurut pemikiran kita akan mudah
mendapat hidayah karena dekat dengan orang shalih bahkan dengan para Nabi. Tetapi ternyata tidaklah selalu demikian.
Perhatikanlah apa yang terjadi dengan istri dua orang Nabi yaitu
istri Nabi Nuh dan istri Nabi Luth.
Meskipun mereka hidup di bawah pengawasan Nabi sebagai suaminya tapi mereka
membangkang ,tidak menerima dakwah suaminya.
Allah berfirman : “Allah membuat perumpamaan bagi orang orang
kafir, istri Nuh dan istri Luth. Keduanya berada dibawah pengawasan dua orang
hamba yang shalih diantara hamba hamba Kami. Lalu kedua istri itu berkhianat
kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu mereka
sedikit pun dari (adzab) Allah. Dan dikatakan (kepada kedua istri itu),
masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang orang yang masuk (neraka). Q.S.
at Tahrim 10.
Tentang ayat ini, Imam Ibnu Katsir
berkata : Dua orang Nabi yang selalu berada bersama istrinya siang dan malam.
Memberi makan kepada istrinya, menggauli istrinya dengan perlakuan yang baik
dan menyenangkan tapi ternyata kedua istri itu (istri Nabi Nuh dan Nabi Luth)
berkhianat kepada suaminya. Mereka berkhianat dalam keimanan dimana mereka
tidak sepakat untuk satu iman dengan (suami) mereka. Tidak pula mau mempercayai
risalah (agama) yang dibawa oleh suami mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).
Tentang ayat ini pula, Syaikh
Shalih al Fauzan menjelaskan :
Pertama : Ayat ini adalah perumpamaan yang dibuat Allah Ta’ala untuk
menjelaskan tentang pergaulan orang kafir dengan seorang muslim. Bergaulnya
orang kafir dengan orang muslim tidak akan mendatangkan manfaat apa pun untuk
orang kafir tersebut selama dia tidak memeluk agama Islam.Pada hari Kiamat dia
akan masuk neraka.
Bergaulnya orang kafir dan
kebersamaannya dengan seorang muslim
tidak akan memberikan manfaat kepadanya, karena dia bukan muslim,
walaupun persahabatannya erat.
Kedua : Tentang jenis pengkhianatan yang dilakukan oleh istri Nabi
Nuh dan istri Nabi Luth maka itu adalah pengkhianatan
dalam agama. Karena (ternyata) kedua wanita tersebut tetap berada dalam
kekafiran mereka. Dengan demikian, keduanya mengkhianati suami suami mereka
dalam agama karena mereka tidak memeluk agama suami suami mereka.
Ini dianggap sebagai bentuk
pengkhianatan. Pengkhianatan ini bukan pengkhianatan dalam kehormatan (dengan
berbuat zina, pen.) karena tempat tidur Nabi ma’shum, terjaga kesuciannya. Jadi
yang dimaksud dengan khianat dalam ayat diatas adalah pengkhianatan dalam
masalah agama.
Ketiga : Ada juga yang mengatakan bahwa pengkhianatan istri Nabi
Nuh terhadap beliau yaitu dengan memberitahukan kepada orang orang kafir
mengenai rahasia rahasia Nabi Nuh. Wanita itu menyifati beliau sebagai lalaki
gila.
Sementara pengkhianatan istri Nabi
Luth terhadap beliau yaitu dengan memberitahukan kepada kaummnya akan
kedatangan para tamu Nabi Luth supaya mereka bisa berbuat tidak senonoh
terhadap tamu tersebut.
Kedua istri tersebut telah
mengkhianati para suami mereka dalam amanah (kepercayaan) dari sisi keharusan
menjaga rahasia dan tidak mengabarkannya. Inilah jenis pengkhianatan yang
mereka lakukan.
Kesimpulannya kata Syaikh al Fauzan
: Bahwa pengkhianatan yang dilakukan kedua wanita tersebut terhadap suaminya
bukan pengkhianatan yang berkaitan dengan kehormatan diri sebagai seorang istri.
Tapi pengkhianatan mereka adalah dalam
masalah agama atau pengkhianatan dalam masalah keharusan menjaga rahasia.
(Majmu’ Fatawa Syaikh Shalih Fauzan).
Kejadian ini haruslah menjadi
pelajaran berharga bagi kita. Mungkin ada diantara orang yang kita cintai,
orang yang dekat dengan kita para kerabat dan teman kita yang belum mau
sepenuhnya melaksanakan perintah agama, maka janganlah terlalu berkecil hati. Sungguh
hidayah itu hanya dari Allah Ta’ala.
Namun jangan lupa bahwa kita berkewajiban mengingatkan dan tidak boleh bosan dalam memberi peringatan. Allah
berfirman : : “Wa dzakkir fainna dzikraa
tanfa’ul mu’miniin” Dan tetaplah memberi peringatan, karena
sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang orang yang beriman. (Q.S adz
Dzaariyaat 55).
Insya Allah ada manfaatnya bagi
kita semua. Wallahu A’lam. (1.016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar