ANTARA TERSENYUM
DAN TERTAWA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Tersenyum
dan tertawa adalah tabiat atau kebiasaan manusia umumnya. Namun demikian kita
perhatikan ada orang orang yang sedikit tertawa lebih banyak tersenyum. Tetapi
ada pula orang orang yang suka tertawa berlebihan untuk melampiaskan
kegembiraannya. Sampai sampai ketawanya bisa didengar oleh tetangga sekitar.
Lalu
bagaimana keutamaan antara senyum dan ketawa. Mari kita simak beberapa hadits
yang berkaitan dengan hal ini, diantaranya :
Pertama :
Tentang tersenyum.
Ketahuilah
bahwa tersenyum adalah bagian dari akhlak mulia dan merupakan salah satu sifat
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam. Dari Abdullah bin al Harits bin Juzin
beliau berkata : “Aku tidak pernah
melihat seseorang yg paling banyak tesenyum selain Rasulullah shallalahu alaihi
wasallam" (H.R at Tirmidzi).
Rasulullah
bersabda : “Janganlah engkau meremehkan
kebaikan sekecil apapun, walaupun itu berupa cerahnya wajahmu (tersenyum)
terhadap saudaramu.” (H.R Muslim no. 2626).
Bahkan
dalam sebuah hadits disebutkan bahwa senyum itu adalah termasuk sedekah.
Rasulullah bersabda :“Senyummu terhadap
wajah saudaramu adalah sedekah.” (H.R at Tirmidzi. Dishahihkan oleh Syaikh
al Albani dalam Shahih at Targhib)
Rasulullah
bersabda : "Sungguh kalian tidak akan
bisa memberikan keluasan harta secara sempurna kepada manusia, maka luaskanlah mereka dengan keceriaan
(senyuman) wajah dan kebaikan akhlak kalian”. (H.R Imam Muslim).
Kedua : Tentang tertawa.
Banyak
tertawa adalah suatu yang tidak dianjurkan dalam syariat Islam. Sungguh
Rasulullah telah mengingatkan kita tentang hal ini dalam sabda beliau : “Janganlah
kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa akan mematikan hati.” (H.R at Tirmizi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh
Syaikh al Albani dalam Shahih al-Jami’).
Rasulullah
Salallahu ‘alaihi wasallam juga mengingatkan umatnya dalam sabda beliau : “Seandainya kalian tahu apa yang aku ketahui
niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis”. (H.R Imam
Bukhari).
Ketahuilah
bahwa tertawa bahkan sampai terbahak bahak bukanlah kebiasaan Rasulullah. Dari
Aisyah isteri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwa dia berkata:
مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُسْتَجْمِعًا ضَاحِكًا حَتَّى أَرَى مِنْهُ لَهَوَاتِهِ إِنَّمَا كَانَ يَتَبَسَّمُ
“Aku tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan tenggorokan beliau, beliau biasanya hanya tersenyum.” (H.R Imam Bukhari no. 6092 dan Imam Muslim no. 1497
Imam
Fudhail bin Iyadhi, seorang Tabi’in, wafat tahun 186 H, mengingatkan kita bahwa :
Pertama : Apa yang dapat memberikan rasa aman apabila
kelak amalmu dihadapan Allah tidak bernilai.
Kedua : Pada waktu itu semua pintu amal untuk
mendapatkan ampunan-Nya telah tertutup.
Ketiga : Bagaimana
kamu dapat menjalani hidup di dunia ini dengan banyak tertawa. Apakah kamu
dapat membayangkan keadaanmu di akhirat kelak.
Oleh
karena itu seorang hamba sebaiknya sedikit tertawa, perbanyaklah senyum. Ini
tentu bermanfaat karena Rasulullah yang mengajarkannya. Juga sangat baik kalau
seorang hamba banyak menangis karena mengingat kesalahan dan dosanya. Sungguh
tidak ada yang mengetahui dimana Allah Ta’ala akan menempatkan diri kita nanti
di akhirat. Wallahu A’lam. (1.023).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar