KEWAJIBAN MEMEGANG
ISLAM SECARA KAFFAH
Oleh : Azwir B. Chaniago
Berpegang kepada Islam secara kaffah maknanya adalah
: Memahami, memegang dan mengamalkan Islam secara menyeluruh. Secara
keseluruhan, bukan dipilah pilih sesuai kebutuhan, selera, tempat keadaan
ataupun zaman. Islam tidak hanya
dipegang ketika melaksanakan akad nikah dan ketika wafat. Tidak hanya di
masjid, tapi juga di rumah, di pasar di tempat kerja. Di sawah ataupun di ladang.
Di lapau ataupun di surau. Dalam keadaan susah ataupun senang. Itulah salah
satu prinsip pokok dalam memegang Islam.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan orang
orang beriman supaya besikap kaffah ketika masuk ke dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman :“Wahai orang-orang yang beriman, masuklah
kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti
jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi
kalian.” (Q.S al Baqarah 208).
Imam
Ibnu Katsir rahimahullah
mengatakan : Allah ta’ala berfirman
menyeru para hamba-Nya yang beriman kepada-Nya serta membenarkan rasul-Nya untuk mengambil seluruh ajaran dan
syari’at; melaksanakan seluruh perintah dan meninggalkan seluruh larangan
sesuai kemampuan mereka.” (Tafsir
Ibnu Katsir)
Syaikh
as Sa’di berkata : Ini perintah Allah kepada orang orang yang beriman untuk
masuk “kedalam Islam keseluruhan” maksudnya
:
(1) Dalam seluruh syariat syariat agama.
(2)
Tidak meningggalkan sesuatupun dari syariat.
(3)
Agar jangan seperti orang yang menjadikan hawa nafsunya tuhannya, yakni apabila
nafsunya sejalan dengan yang disyariatkan maka dia kerjakan. Namun apabila
bertentangan maka dia tinggalkan.
(4)
Menjadi satu hal yang wajib yang mana hawa nafsu tunduk pada agama.
(5)
Melakukan perbuatan baik (sesuai syariat) dengan segala kemampuannya. Dan apa
yang dia tidak mampu maka dia berusaha
dan berniat melakukannya. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Diantara cara pengamalan Islam secara kaffah adalah taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Allah berfirman : “Wahai
orang-orang yang beriman, taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, dan
janganlah kamu berpaling darinya, padahal kamu mengerti.” (Q.S Al Anfaal 20)
Sementara
itu, pada ayat yang lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga menyebutkan tentang
kebiasaan kaum Yahudi yang tercela. Ketika
Allah turunkan kepada mereka Kitab-Nya, Allah mengutus kepada mereka Rasul-Nya,
mereka tidak mau mengimani,menjalankan, dan mengamalkan syari’at yang Allah
Subhanahu wa Ta’ala turunkan secara kaffah. Inilah salah satu akhlak Yahudi.
Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang mereka : “ Apakah kalian ini mau beriman kepada sebagian al Kitab (Taurat)
sementara kalian tidak mau beriman, tidak mau mengamalkan dengan syari’at yang
lainnya,tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat seperti ini diantara
kalian,kecuali kehinaan di dunia. Dan pada Hari Kiamat nanti mereka akan
dikembalikan ke sekeras-keras adzab. Tidaklah Allah sekali-kali lalai dari apa
yang kalian lakukan. ” (Q.S al Baqarah 85).
Ayat ini sebagai peringatan keras bahwa kita dilarang meniru akhlak dan cara kaum Yahudi dalam beragama. Yaitu mereka mau menerima syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Allah turunkan dalam kitab Taurat atau disampaikan Rasul-Nya pada waktu itu jika syari’at tersebut tidak bertentangan dengan hawa nafsu mereka.
Namun
jika syari’at tersebut menurut pandangan mereka jika diterapkan dapat
menghalangi kepentingan duniawi, kepentingan hawa nafsu dan syahwat mereka,
atau tidak bisa diterima oleh akal logika mereka yang sempit, maka mereka tidak
mau beriman dan mengamalkan syari’at Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Barangsiapa yang berbuat seperti itu,
maka sungguh balasannya adalah kehinaan didunia dan adzab di akhirat nanti pasti
lebih keras lagi. Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak pernah lalai terhadap apa
yang kita lakukan ini.
Oleh sebab itu mari kita pegang
syariat Islam ini dengan kuat dalam berbagai tempat, waktu dan keadaan agar
menjadi muslim kaffah. Sungguh Rasulullah
mengingatkan pula : “Ittaqillah haitsuma kunta wa atbi’is saiyiatal hasanata tamhuhaa”. Bertakwalah kepada
Allah di manapun kamu berada. Iringilah setiap keburukan dengan kebaikan.
Niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan. (H.R Imam at Tirmidzi).
Insya
Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar