JANGAN MENCELA MESKIPUN CARA KITA BERBEDA
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Terkadang kita berbeda cara atau pendapat
dengan saudara saudara sesama muslim dalam urusan dunia bahkan juga ada beberapa hal dalam mengamalkan suatu ibadah
tertentu. Itu bisa jadi karena ada beda
pemahaman dalam mengambil makna meskipun
terkadang dalil atau sandaran yang dipakai sama ataupun sebab sebab lainnya.
Diantara contohnya adalah dalam cara membayar
zakat fitri ada yang berpendapat harus dengan makanan pokok dan ada lagi yang membolehkan
dengan uang. Semua dengan alasan masing masing meskipun Rasulullah Salallau
‘alaihi Wasallam dan sahabat biasa membayarkan zakat fitri dengan makanan pokok.
Ada contoh lain, ketika ada wabah penyakit yang menyebar maka
ulama telah berfatwa dan pemerintah
telah mengeluarkan peraturan tentang tak boleh berkumpul termasuk shalat
berjamaah terutama wilayah merah. Tapi ada sebagian orang yang berbeda pendapat
tetap saja menyelenggarakan shalat Jum at dan yang lainnya.
Terhadap perbedaan ini SANGATAH DIANJURKAN
UNTUK TIDAK ADA YANG MENCELA. Dalam hal ini yang disarankan adalah SALING
MEMBERI MASUKKAN ATAU NASEHAT JIKA MEMUNGKINKAN dan diperkirakan ada
manfaatnya. Jangan sampai kepada perdebatan yang menimbulkan salah paham
apalagi keretakan hubungan persaudaraan. Selain itu sangat dianjurkan pula :
(1) Berusaha mencari tahu dalil dalil yang
shahih atau lebih kuat atas satu perkara yang berbeda.
(2) Berdoa untuk diri sendiri agar diberi
petunjuk pada cara yang benar yang disyariatkan.
(3) Berdoa untuk saudara yang berbeda agar dia
juga diberi petunjuk untuk mendapatkan sesuatu yang benar menurut syariat.
Sungguh mendoakan saudara tanpa sepengetahuannya adalah sangat dianjurkan dan
bermanfaat bagi yang mendoakan dan juga bagi yang didoakan. Rasulullah Salallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِ أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: دَعْوَةُ الْمَرْءِ
الْمُسْلِمِ لِأَخِيهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ، عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ
مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا لِأَخِيهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ:
آمِينَ وَلَكَ بِـمِثْلٍ
Dari Abu ad Darda’ bahwa sesungguhnya
Rasulullah Salallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Doa (kebaikan) seorang Muslim bagi saudaranya (sesama Muslim) di
belakangnya (tanpa sepengetahuannya) adalah mustajab
(dikabulkan Allah). Di atas kepalanya ada malaikat yang
ditugaskan (dengan perintah Allah untuk urusan ini). Setiap kali dia mendoakan
kebaikan bagi saudaranymaka malaikat yang ditugaskan itu berkata: “Aamiin (Ya
Allah, kabulkanlah !) dan kamu juga akan mendapatkan (kebaikan) seperti itu.
(H.R Imam Muslim).
Pada zaman Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam telah ada juga perbedaan cara atau beda pendapat terhadap sesuatu. Diantaranya
adalah sebagaimana dikatakan oleh Syaikh Shafiyyurrahman al Mubarakfuri : Pada bulan Rabi’ul Awwal tahun ke 4 H.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan pasukan Islam berangkat
menyerang benteng Bani Quraizhah tersebab pengkhianatan mereka.
Sebelum berangkat Rasulullah Salallahu ‘alaihi
Wasallam memberikan maklumat kepada orang banyak : Siapa yang tunduk dan patuh,
janganlah sekali kali mendirikan shalat Ashar kecuali (telah sampai) di Bani
Quraizhah.
Pasukan kaum muslimin berangkat berkelompok
kelompok. Ditengah perjalanan saat waktu shalat Ashar tiba sebagian sahabat
menunaikan shalat saat itu juga. Sebagian tidak melaksanakan shalat Ashar dan
berkata : Kami tidak akan mendirikan shalat Ashar sebelum sampai di Bani
Quraizhah, seperti yang diperintahkan kepada kita. Dalam hal ini mereka para
sahabat berkata : Kami TIDAK SALING
MEMPERMASALAHKAN HAL INI. (Kitab Ar Rahiq al Makhtum)
Ketahuilah bahwa salah satu bentuk
pembicaraan yang buruk adalah kebiasaan suka mencela. Bahkan Imam adz Dzahabi
mengatakan bahwa perbuatan suka mencela adalah termasuk dosa besar. (Lihat
Kitab al Kaba-ir).
Seorang beriman haruslah mewajibkan dirinya
untuk menjauh dari sifat suka mencela ini. Dalam wasiat Rasulullah kepada Abu
Juraiyi beliau bersabda :
لَا تَسُبَّنَّ أَحَدًا قَالَ فَمَا سَبَبْتُ
بَعْدَهُ حُرًّا وَلَا عَبْدًا وَلَا بَعِيرًا وَلَا شَاةً
Janganlah engkau mencela seorangpun
!. Abu Juraiyi berkata : Maka setelah itu aku tak pernah mencela seorang
yang merdeka, seorang budak, seekor onta dan seekor kambing. (H.R Abu Dawud,
dishahihkan oleh Syaikh al Albani).
Rasulullah
Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda :
سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ
Mencela seorang muslim merupakan kefasikan dan
memeranginya merupakan kekafiran. (H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Oleh karena itu hamba
hamba Allah hendaklah mejauhi sifat suka mencela dan menggantinya dengan sifat
SALING MEMBERI NASEHAT DAN SALING MENDOAKAN KEPADA KEBAIKAN. Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.972)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar