HAMBA ALLAH MENJAGA TAKWA KETIKA SENDIRI
DAN DI KERAMAIAN
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Menjadi orang bertakwa adalah salah satu
puncak keinginan hamba hamba Allah, karena surga yaitu tempat yang paling
diidamkan hanya disediakan untuk untuk orang orang bertakwa. Allah Ta’ala
berfirman :
وَسَارِعُوا إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِنْ
رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِينَ
Bersegeralah kamu mencari ampunan dari Rabb-mu
dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang DISEDIAKAN BAGI
ORANG ORANG YANG BERTAKWA. (Q.S Ali Imran 133).
Sungguh Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
telah mengingatkan agar hamba hamba Allah bertakwa di manapun berada, yaitu
sebagaimana sabda beliau :
عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ جُنْدُبِ بنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ
الرَّحْمَنِ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (اتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ) رَوَاهُ التِّرْمِذِي وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ. وَفِي بَعْضِ النُّسَخِ:
حَسَنٌ صَحِيْحٌ.
Dari Abu Dzarr Jundub bin Junadah
dan Abu ‘Abdirrahman Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Bertakwalah kepada Allah di
mana pun engkau berada; iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik, maka
kebaikan akan menghapuskan keburukan itu; dan pergaulilah manusia dengan akhlak
yang baik. (H.R at Tirmidzi, dia mengatakan haditsnya itu hasan dalam sebagian
naskah disebutkan hadits ini hasan
shahih).
Syaikh Abdul Muhsin al ‘Abbad
berkata : Makna takwa dalam syariat adalah SESEORANG MELINDUNGI DIRINYA DARI
MURKA ALLAH. Yaitu dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan.
Membenarkan semua berita (dari Allah) dan beribadah kepada Allah Ta’ala sesuai
dengan yang disyariatkan-Nya. Bukan dengan cara yang bid’ah atau muhdats (sesuatu
yang diada adakan, peny.)
Takwa kepada Allah wajib dalam
setiap keadaan, tempat dan waktu. Sehingga seseorang bertakwa kepada Allah
KETIKA SENDIRI DAN KETIKA DI KERAMAIAN. Ketika dilihat manusia ataupun ketika
tersembunyi dari mereka. (Syarah Hadits Arba’in an Nawawiyah).
Lalu mana yang lebih utama takwa
saat sendirian atau ketika di keramaian. Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin,
ketika beliau mensyarah hadits ini, mengatakan bahwa dalam hal ini jawabannya
perlu diperinci :
Pertama :
Jika ketakwaanmu di tengah keramaian (untuk) diikuti dan dicontoh orang lain
maka menampakkannya lebih utama bagimu. Karenanya Allah memuji orang orang yang
berinfak secara sembunyi sembunyi maupun terang terangan. Rasulullah Salallahu
‘alaihi Wasallam bersabda :
مَنٌ سَنَّ فِي الٌإِسلامِ سُنَّةً
حَسَنَةً فَلَهُ أَجرُهَا وأَجٌرُ مَنٌ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوٌمِ القِيَامَةِ
Barangsiapa yang mengamalkan
sunnah yang baik (untuk diikuti) dalam Islam, maka baginya pahala, dan pahala
orang yang mengamalkannya (atas petunjuknya) sampai hari Kiamat. (H.R Imam
Muslim).
Kedua :
Adapun jika menampakkannya tidak mendatangkan manfaat, maka disembunyikan
menjadi lebih utama. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Salallahi ‘alaihi
Wasallam tentang orang orang yang akan dinaungi Allah Ta’ala pada hari Kiamat, tidak ada
naungan kecuali naungan-Nya. Syaikh
menyebutkan hadits :
رَجُلٌ تَصَدَّقَ
بِصَدَقَةٍ فَأَخٌفَاهَا حَتَّ لاَ تَعٌلَمُ شِمَالُهُ مَتُنٌفِقُ يَمِنُهُ
… Dan seseorang yang bersedekah
lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan
oleh tangan kanannya …(H.R Imam Bukhari dan Imam Muslim).
Oleh karena itu hamba hamba Allah
akan senantiasa menjaga takwa kapanpun dan di manapun, di keramaian ataupun
ketika sendiri. Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.974).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar