BERBAHAGIA MENGHADAP ALLAH DENGAN QALBUN SALIM
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Di akhirat kelak semua manusia pasti akan
menghadapkan Allah Ta’ala untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah
dilakukan dan dikatakannya ketika di dunia. Ketahuilah bahwa saat itu tak
berguna lagi harta dan anak yang (mungkin) sewaktu di dunia didambakan dan
dibanggakan.
Sungguh saat itu nanti berbahagialah orang
orang yang menghadap Allah Ta’ala dengan qalbun salim atau hati yang selamat.
Allah Ta’ala berfirman :
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ
سَلِيمٍ يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak anak
tidak berguna. Kecuali orang orang yang menghadap Allah dengan HATI YANG
SELAMAT. (Q.S asy Syu’ara 88-89)
Imam Ibnul Qayyim al Jauziyah berkata : Pengertian paling lengkap tentang makna hati
yang selamat itu adalah hati yang terselamatkan dari segala syahwat yang
menyelisihi perintah Allah dan larangan-Nya. Hati yang bersih dari segala macam
syubhat yang bertentangan dengan berita dari-Nya.
Oleh sebab itu, hati semacam ini akan terbebas
dari penghambaan kepada selain-Nya. Dan ia akan terbebas dari tekanan untuk
berhukum kepada selain Rasul-Nya…
Beliau juga menjelaskan tentang karakter si
pemilik hati yang selamat itu : … apabila dia mencintai maka cintanya karena
Allah. Apabila dia membenci maka bencinya karena Allah. Apabila dia memberi
maka juga karena Allah. Apabila dia mencegah atau tidak memberi maka itupun
karena Allah… (Ighatsat al-Lahfan).
Abu Utsman an-Naisaburi rahimahullah
mengatakan tentang hakikat hati yang selamat : Yaitu hati yang terbebas dari
bid’ah dan tenteram dengan Sunnah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir).
Tentang surat asy Syu’ara ayat 88-89 tersebut
diatas, Syaikh as Sa’di berkata : Orang yang datang menghadap Allah dengan hati
yang bersih akan selamat dari siksa dan berhak mendapat limpahan pahala.
Selanjutnya beliau berkata : Hati yang
selamat, maksudnya adalah hati yang selamat dari kesyirikan, keraguan, cinta
kepada keburukan, suka melakukan bid’ah dan dosa.
Dan juga keselamatannya dari
hal hal tersebut mengharuskannya berpegang teguh kepada lawan lawan (keburukan)
berupa ikhlas, ilmu, yakin, cinta kepada kebaikan yang dan menghiaskannya di
dalam hati dan mengharuskan kehendak dan kecintaannya mengikuti kecintaan Allah
dan hawa nafsunya mengikuti, tunduk kepada apa saja yang datang dari Allah Ta’ala.(Tafsir Taisir Karimir Rahman)
Oleh karena itu, orang oang beriman selalu
berusaha tunduk dan patuh kepada aturan aturan serta petunjuk Allah Ta’ala sehingga memiliki hati yang
selamat dan berbahagia ketika menghadap Allah Ta’ala kelak.
Insya Alla ada manfaatnya bagi kita semua.
Wallahu A’lam. (1.987).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar