JANGAN MAU JADI BUDAK HARTA DUNIA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Kilau harta dunia memang
menjadi daya pikat yang hebat bagi sebagian manusia. Terkadang bisa membutakan matanya dan menutup hatinya.
Akhirnya jadilah dia budak harta. Apapun
yang akan dilakukan, pertimbangan paling utama adalah urusan harta. Ya harta
dunia yang terlihat menggiurkan.
Nah ketika urusan harta dunia memanggilnya
maka dia bersegera datang dengan terbirit birit. Cuma saja tak mau peduli terhadap panggilan agamanya. Itulah salah
satu indikasi bahwa seseorang telah menjadi budak dunia.
Berapa banyak kita melihat para budak dunia
ini disekitar kita. Diantaranya, saat ada panggilan adzan maka : (1) Yang
sedang jualan meneruskan kegiatannya. (2) Yang sedang rapat meneruskan
rapatnya. (3) Yang sedang kerja meneruskan pekerjaannya. (4) Bahkan yang lagi tidur dan sudah terbangun lalu melanjutkan lagi tidurnya. Mereka tak tersentuh
dengan panggilan dan perintah Allah Ta'ala.
Diantara contoh lainnya adalah : (1) Ketika
hartanya telah berlimpah tak mau menunaikan kewajiban untuk berzakat karena
takut miskin. (2) Ketika harta melimpah tak pernah berfikir untuk menunaikan
ibadah haji dan umrah. Mereka tak
tersentuh dengan perintah Allah. Ini
juga termasuk budak harta dunia.
Oleh karena itu janganlah engkau jadi budak
harta. Jadilah engkau Abdullah yaitu budak Allah atau hamba Allah. Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyah berkata : Hamba Allah adalah : (1) Orang yang ridha
terhadap apa yang Allah ridha dan murka terhadap apa yang Allah murkai. (2)
Cinta terhadap apa yang Allah dan Rasul-Nya cintai serta benci terhadap apa
yang Allah dan Rasul-Nya benci.
Selanjutnya beliau berkata : Hamba Allah
adalah orang yang senantiasa menolong wali wali Allah (kekasih Allah dari orang
orang yang beriman) dan membenci musuh musuh Allah (dari orang orang kafir). Lihat Majmu’ al Fatawa.
Allah Ta’ala telah mengingatkan tentang
manusia yang mencintai harta secara berlebihan sebagaimana firman-Nya :
وَتُحِبُّونَ
ٱلْمَالَ حُبًّا جَمًّا
Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang berlebihan. (Q.S al Fajr 20)
Sungguh Rasulullah telah mengingatkan pula
tentang orang orang yang menjadi budak harta sebagai orang yang celaka,
sebagaimana sabda beliau :
تَعِسَ عَبْدُ الدِّيْنَارِ
تَعِسَ عَبْدُ الدِّرْهَمِ، تَعِسَ عَبْدُ الْخَمِيْصَةِ تَعِسَ عَبْدُ
الْخَمِيْلَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ
Celakalah hamba dinar, celakalah
hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang
terbuat dari wol dan sutera). Jika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi
ia marah (H.R Imam Bukhari).
Ibnu Hajar Ashqalani berkata : Budak
harta (dinar) adalah orang yang mencarinya dengan semangat tinggi. (Bila
mendapatkannya) dia menjaganya seolah olah menjadi khadim, pembantu dan budak
(terhadap hartanya, pen.).
Ath Thibbi berkata : Dikhususkan
kata budak untuk menggelarinya karena dia berkubang dalam cinta kepada dunia
serta segala bentuk syahwatnya. Layaknya seorang tawanan yang tidak memiliki upaya
untuk melepaskan dirinya. (Fathul Bari)
Allah Ta’ala
berfirman agar orang beriman tidak lalai
dalam mengingat Allah Ta’ala tersebab
urusan mencari, mengumpulkan dan menjaga dan mengembangkan harta.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ وَمَنْ
يَفْعَلْ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ
Wahai
orang-orang yang beriman !. Janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan
kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah
orang-orang yang rugi. (Q.S al Munafiqun
9).
Syaikh as
Sa’di berkata : Allah Ta’ala melarang hamba hamba-Nya yang beriman agar TIDAK
DIPERSIBUK OLEH HARTA dan anak sehingga lalai mengingat Allah. Karena
kebanyakan jiwa manusia itu terbentuk untuk mencintai harta dan anak sehingga
lebih dikedepankan dari mengingat Allah
sehingga menimbulkan kerugian besar. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Oleh karena
itu, orang orang beriman tak akan mau jadi budak hartanya. Harta tak perlu
ditempatkan di hati tapi di tangannya saja.
Dan orang orang beriman selalu menjaga diri untuk sungguh sungguh
menjadi hamba Allah sampai akhir hayatnya yaitu dengan selalu patuh
melaksanakan perintah-Nya dan berhenti dari semua larangan-Nya.
Insya Alla
ada manfaatnya untuk kita semua. Wallahu A’lam. (1.569)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar