JANGAN MENGAMBIL HARTA ORANG LAIN SECARA BATHIL
Oleh : Azwir B. Chaniago
Di zaman ini ada sebagian manusia suka
mengambil harta orang lain secara bathil. Barangkali mereka tergiur dengan
harta dunia dan segala perhiasannya yang terlihat menarik dan indah di mata
mereka. Lalu berusaha mendapatkan harta dengan berbagai cara meskipun bathil.
Ketahuilah bahwa perbuatan ini adalah buruk,
sangat memalukan dan tercela. Sungguh ini adalah merupakan satu diantara dosa besar.
Allah Ta’ala telah mengingatkan dalam firman-Nya :
وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا
بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ
بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Dan janganlah kamu makan harta di antara kamu
dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu menyuap dengan harta itu kepada
para hakim dengan maksud agar kamu dapat
memakan sebagian harta orang lain itu dengan jalan dosa, padahal kamu
mengetahui. (Q.S al Baqarah 188).
Syaikh as Sa’di berkata : Maksudnya, janganlah
kalian mengambil harta sebagian kalian artinya harta selain kalian. Allah
menyandarkan harta itu kepada mereka karena sepatutnya seorang muslim mencintai
saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia menghormati harta
saudaranya sebagaimana (haknya terhadap hartanya) dihormati.
Dan barangsiapa yang mengemukakan di hadapan
hakim hujjah hujjah yang bathil lalu hakim memenangkan perkaranya maka
sesungguhnya hal itu tidaklah halal buat baginya. Dengan demikian ia telah
memakan harta orang lain secara bathil dan dosa. Dan ia mengetahui hal itu,
maka hukumannya akan lebih keras. (Tafsir Taisir Karimir Rahman).
Sungguh perbuatan mengambil harta orang lain secara bathil
sangatlah banyak macam dan jenis serta keadaannya. Semuanya bermuara kepada
perbuatan zhalim. Setiap bentuk kezhaliman adalah diharamkan dan kezhaliman
adalah kegelapan di akhirat.
اَلظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Kezaliman itu
adalah kegelapan yang berlapis pada hari kiamat. (H.R Imam Bukhari, Imam Muslim
dan at Tirmidzi).
Ketahuilah
bahwa dalam satu hadits qudsi Allah Ta’ala mengharamkan kezhaliman bagi
diri-Nya dan melarang perbuatan zhalim.
يَا عِبَادِيْ إِنِّيْ حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِيْ
وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا، فَلَا تَظَالَمُوْا
Wahai
hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan
Aku menjadikannya haram terjadi diantara kalian, oleh karena itu janganlah
kalian saling menzalimi. (HR Muslim
dan Tirmidzi dari Abu Dzar Al-Ghifari).
Imam adz Dzahabi berkata : Yang termasuk dalam
bab ini (kezhaliman dengan mengambil harta orang lain secara bathil, pen.)
adalah pemalak, pembegal, pencuri, pembohong, pengkhianat, pemalsu, orang yang
meminjam sesuatu kemudian mengingkarinya. (Termasuk juga) yang mengurangi
timbangan dan takaran, orang yang mengambil harta sedangkan dia tidak
mengetahui siapa pemiliknya yang sah, penjual barang cacat akan tetapi dia
merahasiakan cacatnya.
(Termasuk juga) Penjudi dan orang orang yang
melampaui batas dalam memberi penjelasan kepada pembeli (diantaranya adalah
mempromosikan barang dagangan melebihi keadaan barang itu sendiri, pen.). Lihat
Kitab al Kaba-ir).
Diantara hadits yang melarang serta ancaman
memakan harta orang lain secara bathil adalah :
Pertama : Dari
Abu Umamah secara marfu’ disebutkan, Rasulullah
bersabda :
“Barangsiapa yang
mengambil harta saudaranya dengan sumpahnya, maka Allah mewajibkan dia masuk
neraka dan mengharamkan masuk surga. Lalu ada seorang yang bertanya, “Wahai
Rasulullah, meskipun hanya sedikit ?” Beliau menjawab, “Meskipun hanya sebatang
kayu araak (kayu untuk siwak)”. H.R Imam Muslim.
Kedua :
Dari Adi bin Umairah, Rasulullah bersabda :
مَنْ اسْتَعْمَلْنَاهُ
مِنْكُمْ عَلَى عَمَلٍ فَكَتَمَنَا مِخْيَطًا فَمَا فَوْقَهُ كَانَ غُلُولًا
يَأْتِي بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Barangsiapa diantara kalian yang
kami pekerjakan atas suatu pekerjaan, lalu ia menyembunyikan dari kami satu
jarum atau yang lebih kecil, maka dia adalah ghulul dan ia akan datang dengannya pada hari Kiamat.
(Dikeluarkan oleh Muslim).
Ketahuilah bahwa sangatlah banyak
keburukan yang akan mendatangi orang orang yang mengambil dan memakan harta
orang lain secara bathil.
Pertama : Dari
Jabir, Rasulullah bersabda :
يَا كَعْبُ بْنَ عُجْرَةَ
إِنَّهُ لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ
Wahai Ka’ab bin ‘Ujrah,
sesungguhnya tidak akan masuk surga daging yang tumbuh dari makanan haram. (H.R
Ibnu Hibban dalam Shahihnya).
Kedua :
Dari Aisyah, Rasulullah bersabda :
مَنْ
ظَلَمَ قِيْدَ شِبْرٍ مِنَ الأَرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ
Barang siapa yang berbuat zhalim (dengan
mengambil) sejengkal tanah maka dia akan dikalungi (dengan tanah) dari tujuh
lapis bumi. (Mutafaq ‘alaihi).
Ketiga :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda :
“Wahai sekalian manusia,
sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu
melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan
kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul.
Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan
kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah
rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.
Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan
jauh, sehingga rambutnya kusut dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke
langit seraya berdoa: Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku. Padahal, makanannya dari
barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan
diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan doanya?” (HR.
Muslim no. 1015).
Oleh karena itu orang yang
melakukan ghasb yaitu mengambil sesuatu
yang bukan miliknya atau haknya haruslah segera bertobat kepada Allah
Subhaanahu wa Ta’ala dan mengembalikan barang ghasb kepada pemiliknya serta
meminta maaf kepadanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَتْ لَهُ
مَظْلَمَةٌ لأَحَدٍ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَىْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ
، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُونَ دِينَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ ، إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ
صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ ، وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ
أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ » .
Barangsiapa yang pernah menzalimi
seseorang baik kehormatannya maupun lainnya, maka mintalah dihalalkan hari
ini, sebelum datang hari yang ketika itu tidak ada dinar dan dirham. Jika
ia memiliki amal saleh, maka diambillah amal salehnya sesuai kezaliman yang
dilakukannya, namun jika tidak ada amal salehnya, maka diambil kejahatan orang itu,
lalu dipikulkan kepadanya. (H.R Imam Bukhari).
Terakhir,
lalu bagaimana dengan para koruptor yang telah mengambil harta negara yang
hakikatnya adalah milik atau hak lebih dari 250 juta orang. Pastilah para koruptor ini
akan menghadapi kesulitan yang sangat besar terutama di negeri akhirat.
Wallahu A’lam. (1.256).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar