Jumat, 02 Maret 2018

MENJADI MANUSIA MULIA DENGAN TAKWA



MENJADI MANUSIA MULIA DENGAN TAKWA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hampir semua orang ingin menjadi manusia mulia. Cuma saja ada yang keliru memilih diantara dua kemuliaan. Ada yang memilih kemuliaan dunia semata tanpa menghiraukan kemuliaan di akhirat kelak.

Ketahuilah bahwa dua kemuliaan yang dipilih manusia untuk dikejar itu memiliki kriteria yang sangat berbeda. Jauh sekali perbedaannya. Bahkan serasa tak pantas diperbandingkan, diantara kriteria itu adalah :

Pertama : Kriteria kemuliaan dunia adalah hasil pemikiran manusia, reka reka dan anggapan manusia. Diantaranya disebutkan bahwa kemuliaan di dunia ditentukan oleh pangkat, jabatan, harta, nasab atau keturunan darah (biru ?) dan yang lainnya berupa perhiasan dunia.

Manusia umumnya menghormati dan memuliakan manusia yang memiliki kriteria tersebut. Apalagi disertai pula dengan kepentingan orang yang memuliakan itu. Mungkin ada juga benarnya ?. Tetapi ketahuilah bahwa semua itu adalah sangat sementara, semu bahkan terkadang fatamorgana. 

Selain itu, kemuliaan di dunia ditandai dengan berbagai pujian dan hakikat suatu pujian adalah menjadi  musuh terbesar dan penghambat dalam berbuat ikhlas.

Ketahuilah bahwa orang orang yang mulia di dunia bisa hina dan sengsara di akhirat jika mereka tidak memanfaatkan kemuliannya untuk mencari ridha Allah.

Kedua : Kriteria kemuliaan di akhirat ditentukan oleh Allah Ta’ala sebagaimana firman-Nya : : “Inna akramakum ‘indallahi atqaakum” Sesungguhnya yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. (Q.S al Hujurat 13).

Jadi bertakwa adalah tanda kemuliaan yang hakiki pada diri seorang hamba, bukan yang lain. Lalu bagaimana penjelasan tentang takwa itu ?. 

Pertama : Ali bin Abi Thalib pernah ditanya tentang takwa. Beliau memberikan jawaban : Takwa adalah (1) Beriman kepada Allah (2) Mengamalkan apa yang diturunkannya (berupa al Qur-an dan as Sunnah). (3)  Merasa cukup dengan yang sedikit (qana’ah) dan (4) Bersiap diri untuk menempuh perjalanan yang panjang yaitu kematian. (Tafsir ath Thabari).

Kedua : Ibnu Mas’ud berkata  bahwa bertakwa dengan sebenar benar takwa adalah : (1) Taat kepada Allah dan tidak bermaksiat. (2) Ingat kepada-Nya dan tidak lupa. (3) Bersyukur kepada-Nya, tidak kufur. Inilah takwa.

Ketiga : Imam Ibnul Qayyim berkata : Hakikat takwa ialah melakukan ketaatan kepada Allah dilandasi keimanan dan mengharapkan pahalanya karena ada perintah dan larangan sehingga seseorang melakukan perintah dengan mengimani Dzat yang memerintah dan membenarkan janjinya. Dan ia meninggalkan apa yang Allah larang baginya dengan mengimani Dzat yang melarangnya dan takut terhadap ancamannya.

Ketahuilah bahwa seorang hamba yang mencari kemuliaan di negeri akhirat maka umumnya mereka juga mendapat dan merasakan kemuliaan dunia dalam dirinya. Oleh karena itu seorang beriman jangan tertarik dengan kemuliaan di dunia yang sementara, tetapi kejarlah kemuliaan yang abadi di akhirat.

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.240)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar