BOLEH IRI HATI ATAU CEMBURU PADA DUA PERKARA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Hukum
asalnya, sifat iri hati dan cemburu terhadap kelebihan orang lain dalam Islam
tidak diperbolehkan. Sifat ini bisa jadi mengandung prasangka buruk kepada
Allah Ta’ala. Bahkan bisa disebut sebagai tidak ridha dengan pembagian yang
Allah berikan kepada makhluk-Nya.
Akan tetapi,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengecualikan beberapa orang yang boleh
dan pantas untuk dicemburui karena kelebihan besar yang mereka miliki. Siapakah
mereka?. Rasulullah telah menjelaskannya dalam hadits berikut ini.
Dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ
القُرْآنَ، فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَسَمِعَهُ
جَارٌ لَهُ، فَقَالَ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا
يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الحَقِّ، فَقَالَ
رَجُلٌ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا
يَعْمَلُ
“Tidak ada
(sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang :
(1) Seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang
al-Qur-an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah
seorang tetangganya mendengarkan (bacaan al-Qur-an )nya dan berkata: “Duhai
kiranya aku diberi (pemahaman al-Qur-an) seperti yang diberikan kepada si
Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca al-Qur-an) seperti yang
diamalkannya.
(2) Dan
seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia
membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata:
“Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si
Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang
diamalkannya” (HR. Al-Bukhari).
Maksud iri
atau cemburu dalam hadits ini adalah iri yang benar dan tidak tercela, yaitu al-gibthah,
yang artinya menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain tanpa
mengharapkan hilangnya nikmat itu dari orang tersebut (Siyaru alaamin Nubalaa’).
Coba
perhatikan dan renungkan hadits ini dengan seksama. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam menyebutkan dua golongan manusia yang pantas untuk
dicemburui atau iri hati kepadanya, yaitu orang yang memahami al-Qur’an dan
mengamalkannya serta orang yang memiliki harta dan menginfakkannya di jalan
Allah.
Diantara
contoh sikap cemburu atau iri hati yang benar adalah sikap cemburu dalam
kebaikan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang sempurna iman mereka, yaitu
para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang akan disebutkan dibawah
:
Pada satu kali beberapa orang sahabat yang
miskin datang kepada Rasulullah mengadu tentang kemiskinannya. Apakah dia minta
didoakan Rasulullah supaya menjadi kaya seperti sebagian sahabat yang lain. Ternyata tidak.
Mereka mengadu kepada Rasulullah karena tidak
bisa menyamai orang orang kaya dalam beramal. Dan mereka mengharapkan agar
Rasulullah memberi petunjuk kepada mereka agar bisa beramal mengimbangi orang kaya yang banyak bersedekah dan berinfak
di jalan Allah. Hadits berikut ini menunjukkan bahwa sahabat bukan mencintai
harta tapi mencintai amal. Mereka senantiasa
berlomba dalam melakukan amal shalih.
Abu Hurairah
berkata bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin mendatangi
Rasulullah dan berkata :
Orang-orang yang memiliki harta berlomba-lomba menggapai derajat yang tinggi
dan nikmat yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa
sebagaimana kami puasa. Dan mereka
memiliki kelebihan harta hingga mereka (bisa) berhaji, umrah, jihad dan
bersedekah.
Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda
: “Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu untuk mengejar orang-orang
yang telah mendahului kalian dalam beramal dan meninggalkan orang-orang yang
ada di belakang kalian. Dan tidak ada
orang yang lebih baik dari kalian kecuali jika ia melakukan seperti yang kalian
lakukan?, Para sahabat menjawab : Mau, wahai Rasulullah!, Maka Rasulullah
bersabda : Kalian BER-TASHBIH, BER-TAHMID DAN BERTAKBIR setiap selesai shalat
sebanyak 33 kali”.
Abu Shalih yang meriwayatkan dari Abu Hurairah berkata : Ketika Rasulullah ditanya tentang
bagaimana cara menyebutkannya, maka beliau
bersabda : Mengatakan subhaanallaah wal hamdulillaah wallaahu akbar,
hingga setiap kalimat diucapkan sebanyak 33 kali. (Muttafaq ‘alaih)
Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya :
Maka orang-orang yang fakir dari kalangan muhajirin kembali menemui Rasulullah
dan berkata : Saudara saudara kami yang memiliki kelebihan harta telah
mendengar perbuatan kami (mengucapkan tasbih, tahmid dan takbir sehabis shalat
33 kali), sehingga merekapun berbuat seperti yang kami lakukakan!.
Rasulullah bersabda : Itulah karunia
Allah yang DiIa berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.
Akhirnya para
sahabat yang fakir ini tetap ridha dengan keadaannya dan mereka gembira karena
telah mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Rasulullah yaitu bisa
mendapatkan cara menambah amal yaitu dengan dzikir setelah shalat
Imam Ibnu
Hajar berkata : Dalam hadits ini (terdapat dalil yang menunjukkan) lebih
utamanya orang kaya yang menunaikan hak-hak (Allah Ta’ala)
pada (harta) kekayaannya dibandingkan orang miskin, karena berinfak di jalan
Allah (seperti yang disebutkan dalam hadits di atas) hanya bisa dilakukan oleh
orang kaya. (Fathul Bari)
Kesimpulannya,
termasuk orang yang pantas dicemburui, bahkan kecemburuan tersebut dipuji dalam
Islam adalah terhadap orang yang memiliki kelebihan dalam membaca al Qur an
lalu dia membacanya di kala malam dan juga siang hari. Kemudian orang diberi
kelebihan dalam harta dan dia selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah.
Sungguh kecemburuan ini dapat menjadi memberikan dorongan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan yang
diperintahkan dalam agama. Allah berfirman : “Fastabiqul khairaat”.Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan” (Q.S al
Baqarah 148).
Insya Allah ada
manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.238)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar