Kamis, 01 Maret 2018

BOLEH IRI HATI ATAU CEMBURU PADA DUA PERKARA



BOLEH IRI HATI ATAU CEMBURU PADA DUA PERKARA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Hukum asalnya, sifat iri hati dan cemburu terhadap kelebihan orang lain dalam Islam tidak diperbolehkan. Sifat ini bisa jadi mengandung prasangka buruk kepada Allah Ta’ala. Bahkan bisa disebut sebagai tidak ridha dengan pembagian yang Allah berikan kepada makhluk-Nya. 

Akan tetapi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengecualikan beberapa orang yang boleh dan pantas untuk dicemburui karena kelebihan besar yang mereka miliki. Siapakah mereka?. Rasulullah telah menjelaskannya dalam hadits berikut ini. 

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ حَسَدَ إِلَّا فِي اثْنَتَيْنِ: رَجُلٌ عَلَّمَهُ اللَّهُ القُرْآنَ، فَهُوَ يَتْلُوهُ آنَاءَ اللَّيْلِ، وَآنَاءَ النَّهَارِ، فَسَمِعَهُ جَارٌ لَهُ، فَقَالَ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ، وَرَجُلٌ آتَاهُ اللَّهُ مَالًا فَهُوَ يُهْلِكُهُ فِي الحَقِّ، فَقَالَ رَجُلٌ: لَيْتَنِي أُوتِيتُ مِثْلَ مَا أُوتِيَ فُلاَنٌ، فَعَمِلْتُ مِثْلَ مَا يَعْمَلُ
Tidak ada (sifat) iri (yang terpuji) kecuali pada dua orang : 

 (1) Seorang yang dipahamkan oleh Allah tentang al-Qur-an kemudian dia membacanya di waktu malam dan siang hari, lalu salah seorang tetangganya mendengarkan (bacaan al-Qur-an )nya dan berkata: “Duhai kiranya aku diberi (pemahaman al-Qur-an) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan seperti (membaca al-Qur-an) seperti yang diamalkannya. 

(2) Dan seorang yang dilimpahkan oleh Allah baginya harta (yang berlimpah) kemudian dia membelanjakannya di (jalan) yang benar, lalu ada orang lain yang berkata: “Duhai kiranya aku diberi (kelebihan harta) seperti yang diberikan kepada si Fulan, sehingga aku bisa mengamalkan (bersedekah di jalan Allah) seperti yang diamalkannya” (HR. Al-Bukhari).

Maksud iri atau cemburu dalam hadits ini adalah iri yang benar dan tidak tercela, yaitu al-gibthah, yang artinya menginginkan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain tanpa mengharapkan hilangnya nikmat itu dari orang tersebut (Siyaru alaamin Nubalaa).

Coba perhatikan dan renungkan hadits ini dengan seksama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan dua golongan manusia yang pantas untuk dicemburui atau iri hati kepadanya, yaitu orang yang memahami al-Qur’an dan mengamalkannya serta orang yang memiliki harta dan menginfakkannya di jalan Allah.

Diantara contoh sikap cemburu atau iri hati yang benar adalah sikap cemburu dalam kebaikan yang ditunjukkan oleh orang-orang yang sempurna iman mereka, yaitu para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadits yang akan disebutkan dibawah :

Pada satu kali beberapa orang sahabat yang miskin datang kepada Rasulullah mengadu tentang kemiskinannya. Apakah dia minta didoakan Rasulullah supaya menjadi kaya seperti sebagian sahabat  yang lain. Ternyata tidak.

Mereka mengadu kepada Rasulullah karena tidak bisa menyamai orang orang kaya dalam beramal. Dan mereka mengharapkan agar Rasulullah memberi petunjuk kepada mereka agar bisa beramal mengimbangi  orang kaya yang banyak bersedekah dan berinfak di jalan Allah. Hadits berikut ini  menunjukkan bahwa sahabat bukan mencintai harta tapi mencintai amal. Mereka  senantiasa berlomba dalam melakukan amal shalih. 
  
Abu Hurairah  berkata bahwa orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin mendatangi Rasulullah  dan berkata  : Orang-orang yang memiliki harta berlomba-lomba menggapai derajat yang tinggi dan nikmat yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat, mereka puasa sebagaimana kami puasa.  Dan mereka memiliki kelebihan harta hingga mereka (bisa) berhaji, umrah, jihad dan bersedekah. 

Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : “Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu untuk mengejar orang-orang yang telah mendahului kalian dalam beramal dan meninggalkan orang-orang yang ada di belakang kalian.  Dan tidak ada orang yang lebih baik dari kalian kecuali jika ia melakukan seperti yang kalian lakukan?, Para sahabat menjawab : Mau, wahai Rasulullah!, Maka Rasulullah bersabda : Kalian BER-TASHBIH, BER-TAHMID DAN BERTAKBIR setiap selesai shalat sebanyak 33 kali”.

Abu Shalih yang meriwayatkan dari Abu Hurairah  berkata : Ketika Rasulullah ditanya tentang bagaimana cara menyebutkannya, maka beliau  bersabda : Mengatakan subhaanallaah wal hamdulillaah wallaahu akbar, hingga setiap kalimat diucapkan sebanyak 33 kali. (Muttafaq ‘alaih)

Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya : Maka orang-orang yang fakir dari kalangan muhajirin kembali menemui Rasulullah dan berkata : Saudara saudara kami yang memiliki kelebihan harta telah mendengar perbuatan kami (mengucapkan tasbih, tahmid dan takbir sehabis shalat 33 kali), sehingga merekapun berbuat seperti yang kami lakukakan!. Rasulullah  bersabda : Itulah karunia Allah yang DiIa berikan kepada siapa yang Dia kehendaki.

Akhirnya para sahabat yang fakir ini tetap ridha dengan keadaannya dan mereka gembira karena telah mendapat pelajaran yang sangat berharga dari Rasulullah yaitu bisa mendapatkan cara  menambah  amal yaitu dengan dzikir setelah shalat
Imam Ibnu Hajar berkata : Dalam hadits ini (terdapat dalil yang menunjukkan) lebih utamanya orang kaya yang menunaikan hak-hak (Allah Ta’ala) pada (harta) kekayaannya dibandingkan orang miskin, karena berinfak di jalan Allah (seperti yang disebutkan dalam hadits di atas) hanya bisa dilakukan oleh orang kaya. (Fathul Bari)

Kesimpulannya, termasuk orang yang pantas dicemburui, bahkan kecemburuan tersebut dipuji dalam Islam adalah terhadap orang yang memiliki kelebihan dalam membaca al Qur an lalu dia membacanya di kala malam dan juga siang hari. Kemudian orang diberi kelebihan dalam harta dan dia selalu menginfakkan hartanya di jalan Allah. Sungguh kecemburuan ini dapat menjadi memberikan dorongan  untuk berlomba-lomba dalam kebaikan yang diperintahkan dalam agama. Allah berfirman : “Fastabiqul khairaat”.Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan (Q.S al Baqarah 148).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.238)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar