SUKA MEMAAFKAN TERMASUK SIFAT SANTUN
DAN MULIA
Oleh : Azwir B. Chaniago
Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian
dari sikap santun. Orang yang santun adalah ketika dizhalimi dia bersikap
santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.
Memaafkan kesalahan terkadang memang sulit untuk dilakukan karena seseorang yang
dizhalimi punya kecenderungan untuk membalas. Kalau mampu dia akan membalas
dengan balasan yang melebihi dari kezhaliman yang dia terima.
Sungguh Islam yang mulia ini sangat
mendorong umatnya untuk senantiasa menjadi manusia yang suka memaafkan
kesalahan orang lain. Bahkan suka memaafkan kesalahan termasuk salah satu tanda orang yang
bertakwa.
\
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ
الْمُحْسِنِينَ
(Orang yang bertakwa adalah) Orang-orang yang
berinfak baik di waktu lapang maupun di waktu sempit,
dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai
orang-orang yang berbuat baik. Q.S. Ali Imran 134).
Syaikh
as Sa’di berkata : Termasuk dalam tindakan memaafkan adalah memaafkan segala
hal yang terjadi dari orang yang berbuat buruk kepada kita baik perkataan
maupun perbuatan. Memaafkan itu jauh lebih baik daripada hanya sekedar menahan
marah karena memaafkan adalah membalas dengan kelapangan dada terhadap orang
yang berbuat buruk (kepada kita). Kitab Tafsir Karimir Rahman.
Selain itu, ketahuilah bahwa orang yang suka memaafkan
saudaranya akan memperoleh kebaikan yang banyak. Allah Ta’ala berfirman :
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا
وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal tetapi
barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk) maka
pahalanya dari Allah. Sungguh dia tidak menyukai orang orang yang zhalim. (Q.S
asy Syura 40)
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Hendaklah setiap
orang memiliki sikap mudah memaafkan orang lain. Tidak semua isu yang sampai ke
telinganya ia terima mentah mentah. Lantas ia membenci orang yang menyuarakan
isu yang tidak menyenangkan tersebut.
Hendaklah setiap orang memiliki sikap pemaaf. Karena Allah
Ta’ala sangat menyukai orang yang memiliki sifat mulia tersebut yaitu mudah
memaafkan orang lain. Lantaran itu ia diberi ganjaran. Jika dibalas dengan
saling mempermalukan dan menjatuhkan pastilah perseteruan tak kunjung usai.
Permusuhan akan tetap terus ada. Jika dibalas dengan diam, maka rampunglah
perseteruan yang sedang berkecamuk. (Syarh Riyadush Shalihin)
Ketahuilah bahwa puncak
keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan Allah Ta’ala.
Allah berfirman :
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ
اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada.
Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengampun dan
Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22).
Dalam kitab Tafsir al Muyassar, tahqiq Syaikh Bakar Abu Zaid
antara lain dijelaskan bahwa : Ayat ini turun berkenaan dengan sumpah Abu Bakar
ash Shiddiq bahwa dia tidak akan memberi apa apa lagi (tidak akan membantu
lagi) kepada kerabatnya (diantaranya adalah Misthah bin Utsasah) ataupun orang
lain (karena kesalahannya, pen.) yang terlibat dalam menyiarkan dan menyebarkan
berita bohong tentang fitnah yang keji yang ditujukan kepada Aisyah putri
beliau. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu, menyuruh memaafkan dan berlapang dada
terhadap mereka.
Syaikh as Sa’di
menjelaskan : Ketika Abu Bakar mendengar ayat ini maka Abu Bakar berkata
: Ya demi Allah, sungguh aku benar benar senang bila Allah mengampuni diriku.
Selanjutnya Abu Bakar kembali memberikan nafkah kepada Misthah bin Utsasah
(Lihat Tafsir Taisir Karimur Rahman).
Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam.
(1.253)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar