Senin, 26 Maret 2018

SUKA MEMAAFKAN TERMASUK SIFAT SANTUN DAN MULIA


SUKA MEMAAFKAN TERMASUK SIFAT SANTUN DAN MULIA

Oleh : Azwir B. Chaniago

Imam Raghib Ashbahani berkata : Suka memaafkan adalah bagian dari sikap santun. Orang yang santun adalah ketika dizhalimi dia bersikap santun dan ketika dia mampu membalasnya dia malah memaafkan.

Memaafkan kesalahan  terkadang memang  sulit untuk dilakukan karena seseorang yang dizhalimi punya kecenderungan untuk membalas. Kalau mampu dia akan membalas dengan balasan yang melebihi dari kezhaliman yang dia terima. 

Sungguh Islam yang mulia ini sangat mendorong umatnya untuk senantiasa menjadi manusia yang suka memaafkan kesalahan orang lain. Bahkan suka memaafkan kesalahan  termasuk salah satu tanda orang yang bertakwa. 
\
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

(Orang yang bertakwa adalah) Orang-orang yang berinfak baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik. Q.S. Ali Imran 134).

Syaikh as Sa’di berkata : Termasuk dalam tindakan memaafkan adalah memaafkan segala hal yang terjadi dari orang yang berbuat buruk kepada kita baik perkataan maupun perbuatan. Memaafkan itu jauh lebih baik daripada hanya sekedar menahan marah karena memaafkan adalah membalas dengan kelapangan dada terhadap orang yang berbuat buruk (kepada kita). Kitab Tafsir Karimir Rahman.

Selain itu, ketahuilah bahwa orang yang suka memaafkan saudaranya akan memperoleh kebaikan yang banyak. Allah Ta’ala berfirman :

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal tetapi barangsiapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat buruk) maka pahalanya dari Allah. Sungguh dia tidak menyukai orang orang yang zhalim. (Q.S asy Syura 40)

Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin berkata : Hendaklah setiap orang memiliki sikap mudah memaafkan orang lain. Tidak semua isu yang sampai ke telinganya ia terima mentah mentah. Lantas ia membenci orang yang menyuarakan isu yang tidak menyenangkan tersebut.

Hendaklah setiap orang memiliki sikap pemaaf. Karena Allah Ta’ala sangat menyukai orang yang memiliki sifat mulia tersebut yaitu mudah memaafkan orang lain. Lantaran itu ia diberi ganjaran. Jika dibalas dengan saling mempermalukan dan menjatuhkan pastilah perseteruan tak kunjung usai. Permusuhan akan tetap terus ada. Jika dibalas dengan diam, maka rampunglah perseteruan yang sedang berkecamuk. (Syarh Riyadush Shalihin)
 
Ketahuilah bahwa puncak keutamaan dari sikap suka memaafkan manusia adalah memperoleh ampunan Allah Ta’ala.

Allah berfirman :

   وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ

Dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak menginginkan Allah mengampunimu dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang (Q.S an Nuur 22). 

Dalam kitab Tafsir al Muyassar, tahqiq Syaikh Bakar Abu Zaid antara lain dijelaskan bahwa : Ayat ini turun berkenaan dengan sumpah Abu Bakar ash Shiddiq bahwa dia tidak akan memberi apa apa lagi (tidak akan membantu lagi) kepada kerabatnya (diantaranya adalah Misthah bin Utsasah) ataupun orang lain (karena kesalahannya, pen.) yang terlibat dalam menyiarkan dan menyebarkan berita bohong tentang fitnah yang keji yang ditujukan kepada Aisyah putri beliau. Maka turunlah ayat ini melarang beliau melaksanakan sumpahnya itu,  menyuruh memaafkan dan berlapang dada terhadap mereka. 

Syaikh as Sa’di  menjelaskan : Ketika Abu Bakar mendengar ayat ini maka Abu Bakar berkata : Ya demi Allah, sungguh aku benar benar senang bila Allah mengampuni diriku. Selanjutnya Abu Bakar kembali memberikan nafkah kepada Misthah bin Utsasah (Lihat Tafsir Taisir Karimur Rahman).

Insya Allah ada manfaatnya bagi kita semua. Wallahu A’lam. (1.253)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar