NASEHAT SYAIKH SALIM AL HILALI TENTANG TAWADHU
Oleh : Azwir B. Chaniago
Secara
bahasa tawadhu memiliki berbagai makna diantaranya adalah merendahkan (hati) dihadapan orang lain tanpa perlu rendah diri.
Adapun lawan dari kata tawadhu adalah sombong. Sungguh, tawadhu adalah sikap terpuji.
Sungguh
Allah Ta’ala telah memerintahkan Rasul-Nya
untuk merendahkan diri (hati) terhadap orang orang yang beriman yaitu
sebagaimana firman-Nya :
وَاخْفِضْ
جَنَاحَكَ لِمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
Dan
rendahkanlah dirimu terhadap orang orang beriman yang mengikutimu. (Q.S asy
Syu’ara 215).
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian
merendahkan diri (tawadhu) sehingga seseorang tidak menyombongkan diri atas
yang lain dan tidak berbuat zhalim atas yang lain.” (H.R Imam Muslim no. 2588).
Dan
tentang sikap sombong juga dijelaskan oleh Rasulullah dalam sabda beliau :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
Sombong adalah menolak kebenaran dan
merendahkan manusia. (H.R Imam Muslim).
Jadi
sombong itu kata Rasulullah terkait dengan dua hal yaitu : menolak kebenaran dan
merendahkan orang lain. Oleh karena itu seorang hamba hendaknya tidak merasa lebih dari orang lain agar dirinya
terhalang dari sikap merendahkan orang lain.
Oleh
karena itu sikap tawadhu ini haruslah selalu dipelihara oleh orang orang yag beriman. Janganlah
merasa diri lebih baik dari orang lain bahkan lebih suci. Allah berfirman :
فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ
أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
Maka
janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang
orang yang bertakwa. (QS. An Najm:32)
Mengenai
ayat ini, Syaikh Abdurrahman As-Si’di menerangkan bahwa terlarangnya
orang-orang beriman untuk mengabarkan kepada orang-orang akan dirinya yang
merasa suci dengan bentuk suka memuji-memuji dirinya sendiri. (Tafsir Taisir
Karimir Rahman).
Salah
seorang ulama besar Saudi yakni Syaikh Salim al Hilali, memberikan nasehat yang bermanfaat bagi kita.
Beliau mengatakan : Ketahuilah wahai
saudaraku yang tawadhu bahwa :
(1) Orang berakal, ketika ia melihat orang lain
yang lebih tua darinya, (maka) ia bersikap tawadhu terhadapnya, sembari berkata
: Dia telah mendahuluiku dalam Islam.
(2)
Bila ia menjumpai seorang yang lebih
muda usia darinya, iapun bersikap tawadhu kepadanya, sembari berbisik : Aku
telah mendahuluinya dalam berbuat dosa.
(3) Jikalau menyaksikan orang yang seusianya, ia
menjadikannya sebagai saudara. (Maka) bagaimana mungkin ia sombong kepada
saudaranya sendiri.
Dia tidak menghina siapapun, sebab seorang hamba yang
tawadhu tidak melihat dirinya memiliki nilai lebih jika dibanding dengan orang
lain. Dia melihat orang lain tidak membutuhkannya dalam masalah agama atau
dunia.
Seorang hamba tidak akan meninggalkan tawadhu
kecuali kesombongan mencengkeram jiwanya. Dan ia tidak arogan kepada orang
lain, kecuali saat ia takjub dengan dirinya sendiri.
Oleh karenanya Rasulullah Salallahu ‘alaihi Wasallam
menjelaskan bahwa sombong adalah menghina orang lain. Sehingga dapatlah
disimpulkan bahwa tawadhu tercermin pada penghargaan kepada orang lain. (Dari
Kitab at Tawadhu’ Syaikh Salim al Hilali).
Semoga Allah Ta’ala memberi kekuatan kepada kita semua
untuk menjaga sikap tawadhu yaitu rendah hati dan menghargai orang lain.
Wallahu A’lam. (1.251).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar