DIBUTUHKAN KESABARAN
DALAM MENJAUHI LARANGAN ALLAH
Disusun oleh : Azwir B. Chaniago
Dua perkara pokok dalam syariat adalah : (1)
Melaksanakan perintah Allah Ta'ala sesuai kemampuan. (2) Menjauhi larangan-Nya
secara totalitas. Ketahuilah bahwa semua perintah Allah Ta'ala dan semua larangan-Nya
pastilah memiliki kebaikan bagi kita hamba hamba-Nya. Kebaikan itu ada yang
kita ketahui bentuk dan sifatnya tetapi
ada pula yang tidak kita ketahui.
Dua perkara ini, baik dalam melaksanakan perintah
Allah ataupun menjauhi larangan-Nya SUNGGUH SANGAT DIBUTUHKAN KESABARAN. Bahkan
pada tahap awal bisa jadi dibutuhkan pemaksaan diri. Ketahuilah bahwa bagi
orang orang yang takut kepada Allah Ta'ala dengan sebenar benar takut maka dua
perkara ini tentulah terasa lebih ringan.
Ketahuilah bahwa tentang SABAR MENJAUHI LARANGAN ALLAH
TA'ALA dijelaskan oleh Syaikh
Muhammad Shalih al Utsaimin. beliau berkata : Sabar dalam menjauhi yang dilarang
Allah Ta'ala, yaitu hendaklah manusia menahan diri dari yang Allah haramkan,
karena jiwa ini senantiasa memerintah kepada keburukan. Hendaklah seorang hamba
sabar untuk menjauhi yang diharamkan Allah.
Beliau juga memberi nasehat : Sabar dalam menjauhi
larangan Allah, misalnya sebagian orang telah tergelincir dalam kegiatan yang
diharamkan Allah Ta'ala seperti (urusan) riba, penipuan, kecurangan dan lain
lain yang diharamkan Allah Ta'ala, maka hendaklah dikatakan kepadanya :
Bersabarlah saudaraku, janganlah engkau bermuamalah dengan cara yang haram.
Ada yang mempunyai kebiasaan memandang wanita. Kamu dapati
orang seperti ini senang berjalan jalan di pasar (di mal, peny.). Setiap kali
ada wanita melintas ia akan mengamatinya. Hendaklah dikatakan kepadanya :
Bersabarlah saudaraku, jauhilah perbuatan (buruk) ini. (Tafsir Juz 'Amma).
Bersabar dalam menjauhi larangan Allah Ta'ala adalah
sesuatu yang SANGAT BERAT bagi sebagian manusia karena :
(1) Manusia itu memiliki hawa nafsu dan nafsu yang terkadang sulit untuk untuk dikendalikan. Dan hawa nafsu itu
cenderung kepada keburukan dan melalaikan. Allah Ta'ala berfirman :
وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ النَّفْسَ
لَأَمَّارَةٌۢ بِالسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ
رَّحِيمٌ
(Yusuf
berkata) Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena
sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan kecuali (nafsu) yang
diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang.
(Q.S Yusuf 53).
Dalam kitab Tafsir Kariimir Rahman di
sebutkan bahwa : “Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada
kejahatan” maknanya adalah seringkali (nafsu
itu) memerintahkan pemiliknya untuk berbuat keburukan yakni perbuatan keji dan
segala dosa. (Syaikh as S'adi).
(2) Manusia mempunyai musuh yang nyata
yaitu syaithan yang selalu berusaha menggoda dan mendorong untuk melakukan
kemaksiatan dan dosa. Allah Ta'ala berfirman :
إِنَّمَا يَأْمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلْفَحْشَآءِ وَأَن
تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Sesungguhnya
(syaithan) itu hanya menyuruh kamu agar berbuat jahat dan keji dan mengatakan
apa yang tidak kamu ketahui tentang Allah (Q.S al Baqarah 169)
Wallahu
A'lam. (3.308)